"Kehilangan kamu merupakan pukulan terberat dalam hidupku." Apa yang kamu lakukan jika mantan pacarmu tiba-tiba muncul di hadapanmu? Seseorang yang sudah meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas dan sudah membuatmu menderita selama dua belas tahun lamanya. Ketika kamu mulai bisa melupakan rasa sakit di hatimu karena dia, orang itu justru muncul lagi setelah sekian lama. Belinda Anastasya atau Bella---aktris yang terkenal dengan peran antagonisnya---serta wanita yang dikenal sering gonta-ganti pasangan alias playgirl. Memiliki wajah yang cantik merupakan anugerah untuknya, sehingga banyak pria dari kalangan artis yang menyukainya. Bella begitu mudahnya mendapatkan pasangan serta begitu mudah mencampakannya. Bella merasa seolah takdir mempermainkan hidupnya dengan bertemu kembali dengan Rayhan Raditya---seorang CEO muda sebuah rumah produksi ternama---SG Entertainment. Bertemu kembali dengan pria yang paling dia benci dalam hidupnya merupakan sebuah bumerang untuk hidup Bella yang sudah terbiasa tanpa dia. Apalagi pada akhirnya Bella harus menerima takdir bahwa dirinya dan Rayhan terikat sebuah kontrak 'menyebalkan' yang tak bisa untuk dihindari. Sebuah pertanyaan yang sudah dikubur dalam-dalam selama dua belas tahun, kini muncul lagi di benak Bella dan membuatnya penasaran. Apa sebenarnya alasan Rayhan dulu pergi meninggalkannya? cover by tiadesign_
Lihat lebih banyakRayhan dan Mike ada dalam satu mobil yang dikendarai oleh sopir pribadi Mike. Keduanya dalam perjalanan menuju ke rumah. Di sepanjang perjalanan, Mike tidak ada henti-hentinya menerima telepon dari semua pacar-pacarnya silih berganti.
Sementara Rayhan terlihat sibuk menatap ke luar jendela mengamati gedung-gedung tinggi yang mereka lewati sepanjang perjalanan. Di kejauhan dia juga melihat puncak Monas yang terlihat kecil karena jauhnya jarak pandang.Rayhan tersenyum tipis. Akhirnya aku bisa pulang ke Indonesia setelah sekian lama."Iya, iya, nanti aku hubungi lagi. Sekarang aku lagi banyak kerjaan, nih. Aku selesein kerjaan aku dulu baru setelah itu kita ngobrol lagi. Oke? Daaa ...." Mike akhirnya melepas baterai ponselnya sambil ngedumel sendirian. "Dasar cewek. Kalau ada maunya aja, nggak bisa dikasih janji. Maunya yang cepet-cepet aja. Heran gue?""Emang tahun ini ada berapa cewek yang kamu pacarin?" tanya Rayhan. Rupanya topik tentang Mike dan pacarnya berhasil mengalihkan perhatian Rayhan dari gedung-gedung tinggi yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya."Ada banyak. Aku aja sampe lupa siapa aja nama mereka," jawab Mike tanpa rasa bersalah. "Hari ini juga, aku terpaksa batalin janji sama Nindy cuma buat jemput kamu ke bandara."Rayhan tertawa geli melihat tingkah kakak sepupunya yang memang tidak berubah sama sekali dari dulu. "Umur udah 30 tahun, masih aja doyan gonta-ganti pacar.""Ini namanya seleksi, Ray." Mike membela dirinya."Ya, ya.""Oh iya, belakangan ini kenapa kamu nggak jawab telepon aku? Kamu juga nggak bales chat, nggak bales email, nggak online, dan lain-lain?" Mike menyerbu Rayhan dengan berbagai pertanyaan. "Emangnya ke mana aja kamu? Apa yang kamu lakukan di New York? Semua cewek aja nggak ada yang nggak angkat telepon dari aku, nah kamu pacar juga bukan tapi sok-sok nyuekin aku?""Aku sibuk. Soalnya kan aku harus nyelesein tugas-tugas aku di perusahaan sebelum aku balik ke sini. Ya maklum aja," ujar Rayhan sok sibuk.Mike mendengkus. "Dasar. Tapi dari yang aku denger dari om Vicko, kamu dapet kerjaan baru di Jakarta, ya? Perusahaan yang mana? Perusahaan apa?""Emang kapan kamu ngobrol sama bokap?""Kemarin. Emang kamu pikir siapa yang nyuruh aku buat jemput kamu kalau bukan om Vicko?"Rayhan melipat kedua tangannya di belakang kepala dan bersandar di kursi mobil yang empuk. "Iya. Aku dapat rekomendasi langsung dari owner perusahaan di Jakarta, buat gantiin posisi dia jadi CEO. Dan ternyata si owner ini---pak Carlo---dia juga punya perusahaan lain di Amerika. Dia milih buat pindah ke sana dan fokus ngurus perusahaan yang di New York."Mike hanya mengangguk-angguk dan berperan sebagai pendengar."Mulanya aku sih, ragu-ragu apalagi harus balik ke Jakarta dan ngurus perusahaan itu. Kerjaan aku di New York udah klop banget dan aku ngerasa cocok. Sayang kalau aku harus tinggalin gitu aja. Tapi setelah aku lihat berkas-berkas perusahaannya pak Carlo, kayaknya nggak ada ruginya buat aku.""Jadi intinya, kamu balik ke Jakarta setelah seabad lamanya di New York, karena kerjaan baru kamu yang bagus apa karena ada alasan lain?" Mike mengajukan pertanyaan yang lebih tepatnya sedang menyelidiki.Rayhan menatap Mike bingung. Bukan bingung mau menjawab apa, tapi bingung kenapa pria playboy itu bisa mengajukan pertanyaan seperti itu padanya? Tentunya dia tidak pernah berharap akan mendapat pertanyaan serupa, apalagi dari Mike---orang yang tahu dirinya luar dalam."Maksud kamu, kamu berharap aku jawab kalau alasan aku balik ke Indonesia karena aku kangen sama kamu? Jangan ngimpi."Mike tertawa sangat keras. Rayhan memang tipe-tipe orang yang paling bisa mengalihkan topik pembicaraan. "Astaga, Ray, Ray. Sensi amat? Terharu banget aku dengernya.""Sarap," maki Rayhan. "Ya udah pasti aku balik ke sini karena kerjaan. Emangnya ada alasan yang lain?""Ya, siapa tahu aja, Ray. Soalnya aku heran aja, kamu rela ninggalin Sony Pictures yang udah membesarkan nama kamu buat pindah ke Jakarta. Kali aja, ada alasan yang khusus. Mau nemuin mantan pacar mungkin."Rayhan malas menanggapi. "Nggak ada yang kayak gitu," jawabnya jutek."Jadi sekarang kamu kerja di mana? Apa nama perusahaan tempat kamu kerja di Jakarta?" tanya Mike kembali ke topik awal mereka karena Rayhan sepertinya tak mau membahas mengenai masalah pribadinya.Rayhan menoleh ke arah Mike. "SG Entertainment."Mike melotot. "SG Entertainment? Perusahaan perfilman yang terkenal itu?"Rayhan mengangguk."Wah ... jadi kamu bakalan jadi CEO artis-artis juga di sini? Kamu bisa dong, nanti kenalin aku sama artis-artis cewek yang seksi-seksi?""Kalaupun emang ada banyak artis seksi di perusahaan aku, aku nggak bakalan ngijinin mereka buat kenal apalagi ketemu sama kamu.""Kenapa?""Pasti itu bakalan bikin rugi perusahaan aku doang. Soalnya kalau para artis muda dan cantik pacaran sama kamu, pasti bakalan patah hati karena pacaran sama playboy, dan itu akan berakibat buruk pada pekerjaan mereka."Mike sebal. Sifat menyebalkan Rayhan masih tetap mendarah daging. "Lagaknya. Udah kayak bos besar, aja."Rayhan hanya tersenyum penuh makna. Dia tahu Mike tidak sungguh-sungguh akan berpacaran dengan artis.***Bella sedang jalan-jalan santai sendirian sambil berbicara dengan seseorang di telepon. Terlihat sekali dia sedang merasa kesal hari ini, maka dari itu dia putuskan untuk jalan-jalan di luar."Siapa lagi kalo bukan gara-gara si Nirina itu? Dia udah bikin mood aku anjlok hari ini. Lagi-lagi dia nyari masalah sama aku di lokasi syuting. Gimana nggak kesel coba aku?"Bella terus berjalan sambil berbicara dengan asistennya. Langkah santainya tanpa sengaja sampai di sebuah taman dengan banyak pepohonan serta sepasang ayunan di tengah-tengah taman tersebut. Bella sepertinya sangat mengenali tempat itu dan juga terlihat kaget karena tiba-tiba dia bisa berada di tempat itu. Dia mengamati sekeliling."Lho? Ini kan taman belakang sekolah?""Taman belakang sekolah?" Si lawan bicara tampak kebingungan dengan gumaman Bella barusan."Hah? Oh, udah dulu ya, Mel. Aku masih ada urusan." Bella segera memutuskan sambungan teleponnya.Di kejauhan tampak sebuah bagunan bertingkat dan ada beberapa murid SMA keluar-masuk bangunan yang memang adalah gedung sekolah itu. Tidak salah lagi, sekolah itu juga dulunya tempat Bella menimba ilmu saat masih remaja. Dan taman ini sangat akrab dengan Bella selama dia bersekolah di SMA."Kok aku bisa sampe ke sini, ya?" Bella bingung sendiri. Dia menoleh ke belakang dan ternyata dia sudah berjalan cukup jauh dari tempat parkir mobilnya. "Karena udah ke sini, mendingan aku lihat-lihat aja, deh."Bella berjalan-jalan di taman tersebut, lebih jauh dan lebih jauh lagi. Tepatnya ke sebuah tempat yang dipenuhi pepohonan dan terkesan agak tersembunyi. Di sana dia melihat sebuah pohon besar yang sepertinya menyimpan banyak kenangan untuk Bella. Terlihat jelas bagaimana ekspresi wajah Bella ketika melihat pohon besar berdaun lebat itu."Ternyata udah lama banget aku nggak ke sini."Tatapan mata Bella tiba-tiba tertuju ke satu objek. Yaitu dia melihat seorang pria berdiri di dekat pohon itu dengan posisi membelakanginya, dia juga sedang mengamati pohon berdaun lebat tersebut."Siapa sih, tuh? Kok ada orang di sini?"Bella penasaran dan perlahan melangkahkan kakinya untuk lebih mendekat ke pria itu. Dia bermaksud mendekat diam-diam, tapi tanpa sengaja kakinya menginjak ranting pohon dan menimbulkan bunyi 'krosak'. Bella menghentikan langkahnya dengan muka tegang.Pria itu sudah pasti mendengarnya, dengan rasa penuh penasaran dia perlahan memutar tubuhnya. Dan terlihatlah wajah Rayhan.Hati Bella mendadak mencelos, tentu dia kaget melihat Rayhan. Kedua kakinya mendadak terasa lemas seolah tak mampu begitu berdiri.Hal yang sama juga terjadi pada Rayhan. Ekspresi pria itu tampak menunjukkan keterkejutan melihat kehadiran Bella di sana.Keduanya berdiri mematung di tempat masing-masing dan saling berpandangan lama. Mereka sama-sama tidak percaya bisa bertemu di tempat itu, dan kelihatannya memang penah terjadi sesuatu di antara mereka berdua."Cowok itu ...." gumam Bella.Rayhan memandang Bella dengan ekspresi wajah sama persis seperti Bella memandangnya.Jantung Bella berdegup kencang, kedua tangannya gemetar melihat sosok Rayhan di depan matanya. Seseorang yang tak pernah berharap akan ditemuinya, tiba-tiba hadir di depan matanya. Setelah sekian lama ....Mike sedang sibuk dengan ponselnya---membaca berita di internet dalam keadaan tenang. Tiba-tiba ada keributan datang dan mengganggu ketenangannya. Empat anak kecil---dua perempuan dan dua laki-laki yang semuanya masih kecil-kecil berlari menghampirinya. "PAPA!!!!" Mike kaget dan buru-buru meletakkan ponselnya dan menyambut kedatangan mereka. "Ada apa? Kenapa ribut-ribut?" tanya Mike. "Kalian nggak sekolah?" "Aku belum sekolah, Pa," kata salah satu anak perempuannya yang masih kecil. "Aku masih tiga tahun." "Maksud Papa, kakak-kakak kamu itu." Mike menunjuk ketiga anaknya yang lainnya. "Kenapa kalian nggak sekolah?" "Ini kan hari Minggu, Pa," kata salah satu anak laki-lakinya. "Papa aja santai-santai di rumah, nggak kerja." "Apa?" Mike bengong. "Masa Papa nggak tahu kalau hari ini hari Minggu? Ih, ternyata Papa kita payah." Mike langsung kesal. "Hei, biar payah gini, aku ini papa kalian, tahu. Kalau Papa nggak ada, nggak mungkin kalian bakalan ada." Mike mengatakan hal-hal yan
Sepuluh Tahun Kemudian .... Bella sedang menjalani syuting film terbarunya di sebuah taman bermain. Dia berdialog panjang sekali, sampai-sampai harus mengulang sampai tiga kali karena salah terus. Dan di take ke tiga-nya .... "Kamu nggak tahu kenapa aku melakukan ini?" kata Bella dalam dialognya bersama seorang pria yang menjadi lawan mainnya. "Sudah 15 tahun aku menunggu kamu, tapi apa? Kamu hanya memberikan janji-janji tapi nggak pernah menepatinya. Kalau kamu terus seperti ini, mendingan kita---" "MAMA!!!!" Dialog Bella lagi-lagi terputus, kali ini bukan karena Bella lupa dialognya, melainkan ada yang memanggilnya di luar syuting. Dua anak laki-laki memakai seragam SD dan seorang anak perempuan memakai seragam TK berlari ke arahnya dan memasuki lokasi syuting. Mereka bertiga mendekati Bella. "CUT! CUT! CUT!!" teriak sutradara. "Aduh, ada apa lagi sih, itu?!" Sutradara mulai frustrasg "Mama, ayo pulang!" rengek salah seorang anak laki-lakinya yang kembar. "Iya, Mama!" si kemb
Daniel melihat ke foto yang dirobek Naura, lalu tersenyum kecil. "Nyerah?" Naura terdiam, memandangi fotonya yang sudah terpisah dengan foto Rayhan. "Menurut kamu?" "Aku juga udah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan apa yang aku mau. Tapi memang, ada hal-hal yang seharusnya memang bukan menjadi milik kita. Sekeras apapun usaha kita untuk ngejar dia, kalau emang dia bukan milik kita, pasti akan tetep ninggalin kita." Naura masih diam, memandangi foto Rayhan. "Gimana kalau aku nyaranin, mendingan kamu mulai lupain dia?" tanya Daniel. "Emang itu yang mau aku lakuin sekarang," jawab Naura. "Aku udah cukup bahagia Rayhan sekarang sembuh. Aku juga bahagia, kalau Rayhan bahagia." Daniel menoleh, memandangi Naura dengan tatapan aneh. Sebuah pemikiran pun terlintas di benaknya. "Ra?" "Iya, kenapa?" "Kamu mau ikut aku ke Sidney?" tanya Daniel tiba-tiba. Naura memandang Daniel---bingung. "Sidney?" "Aku bakal bantu kamu buat bisa ngelupain Rayhan sepenuhnya," ujar Daniel. "Untuk m
Satu tahun kemudian .... Bella berlari-lari sambil membawa sepatu hak tingginya. Dia berlari di atas rerumputan hijau yang subur, dan berkali-kali dia menginjak tanah becek karena sepertinya habis hujan deras tadi malam. Tentu saja dia sangat kesusahan berlari apalagi dengan mengenakan sepatu hak tinggi, makanya dia memutuskan untuk telanjang kaki saja.Setelah lari-lari dan menghadapi beberapa rintangan, seperti tanah becek, genangan air, dan lain-lain, Bella sampai juga di tempat tujuan. Sebuah pohon besar yang sudah tidak asing lagi untuknya. Napasnya terengah-engah dan hampir saja dia tidak bisa bernapas karena terlalu lelah."Terlambat dua menit, lima puluh tiga detik," kata seseorang.Bella berteriak kesal. "HEI!"Seseorang berdiri membelakangi Bella sambil menatap pohon besar tua di depan matanya yang daunnya tampak lebat dan hijau subur. Rayhan memutar tubuhnya dan tersenyum jahil padanya. "Aku kan udah bilang, aku nggak punya banyak waktu. Aku suruh kamu dateng dalam waktu l
FlashbackRayhan dan Vicko menghabiskan akhir pekannya dengan pergi memancing sesuai rencana. Tempat yang mereka pilih untuk acara memancing adalah sebuah sungai besar yang terletak di tepi hutan. Air sungai yang jernih serta dikelilingi banyak bebatuan, menjadikan tempat itu sangat nyaman untuk bersantai sambil memancing. "Udaranya seger ya, Pa?" Rayhan yang duduk di atas bebatuan sambil memegang kail pancingnya, berkata pada sang papa yang juga melakukan hal yang sama di sebelahnya. "Iya, kebetulan cuaca agak mendung jadi nggak panas. Mudah-mudahan aja nggak hujan." Vicko menengadah ke langit dan melihat gumpalan awan abu-abu yang tersebar di langit sejak pagi tadi. "Sebenernya ya, Pa. Dari pada mancing, aku lebih suka nyemplung aja ke sungai terus berenang." Rayhan berkata sembari tertawa. "Aku udah lupa kapan terakhir kali mandi di sungai." "Waktu kamu kelas 1 SD dan Papa bawa kamu pulang sambil dijewer kupingnya." Vicko menjawab sekaligus mengingatkan. Jawaban Vicko sukses m
Sambungan flashback"Aku janji nggak akan lupa sama pelajaran sekolah kok, Ma." Bella memberikan pembelaan. "Sekolah tetep jadi yang utama buat aku. Lagian, kita pacarannya nggak akan macem-macem, kok."Rayhan mengangguk lagi, mengiyakan ucapan Bella. "Betul, Mama---emm maksud saya Tante. Kita berdua nggak akan ngelakuin hal-hal yang aneh, kok.""Saya sudah menyuruh kamu diam, ya." Evellyn melotot ke arah Rayhan. "Kenapa kamu main nyerobot saja dari tadi? Diam."Rayhan menutup mulutnya rapat-rapat dan kembali menganggukkan kepalanya.Evellyn kembali menatap ke arah putrinya. "Bella, kamu nggak pacaran aja nilai kamu sudah jelek. Kamu bahkan menempati urutan ke tiga terendah di kelas kamu. Apalagi sekarang kamu sok-sok an pacaran segala? Mau jadi apa kamu nanti? Sebenarnya kamu ke sekolah buat belajar apa buat pacaran, sih?""Aku janji bakal rajin belajar kalau Mama ngijinin aku sama Rayhan pacaran, Ma." Bella tetap bersikeras. "Kamu pikir Mama percaya? Pokoknya Mama nggak setuju kali
Bella kembali ke lantai dasar dan sampai di lapangan basket sekolah. Dulu, tempat itu selalu ramai tiap kali jam istirahat karena ada banyak murid laki-laki yang bermain basket di sana dan para murid perempuan menjadi penonton.Di sisi yang lain, dulu pernah ada sebuah panggung hiburan di sana saat pentas seni sekolah. Di panggung itu dulu Bella dan Rayhan berduet menyanyikan lagu sampai tragedi Rayhan lupa lirik dan semua teman-temannya melempari mereka dengan segala macam benda yang ada termasuk sepatu.Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan oleh Bella."Bella!"Bella menoleh lagi mendengar namanya disebut. Lalu dia seolah berada di masa belasan tahun yang lalu, saat hujan turun ketika pelajaran olahraga.Rayhan remaja membawakan payung berwarna kuning dan menghampiri Bella remaja yang sedang asik menikmati hujan pertama di lapangan, sementara semua teman-temannya berteduh."Kamu ngapain hujan-hujanan?" tanya Rayhan remaja sambil memayungi Bella remaja yang seragam olahraganya s
Hari ini tiba-tiba Bella ingin mengunjungi SMA tempatnya dulu bersekolah. Setelah berkali-kali hanya lewat dan lebih sering mengunjungi taman belakangnya yang merupakan tempat kencan favoritnya bersama Rayhan, kali ini Bella menyempatkan mendatangi sekolah lamanya dan menyapa beberapa guru yang dulu pernah mengajarnya di kelas. SMA Pelangi---papan nama itu masih tetap terpampang dengan jelas di atas pintu gerbang. Bella sengaja datang di saat jam pelajaran berlangsung karena dia ingin berjalan-jalan di sekolah tanpa ada keramaian. Ketika melangkahkan kakinya memasuki halaman sekolah, Bella langsung bernostalgia tentang masa-masa SMA nya dulu. Seolah dia melihat dirinya sendiri yang memakai seragam SMA sedang berlarian bersama teman-temannya---dengan tawa candanya. Senyuman Bella mengembang saat dia mulai teringat masa remajanya dulu. Dia melanjutkan langkahnya menuju serambi sekolah. Suasana sangat sepi seperti yang dia harapkan dikarenakan proses belajar mengajar masih berlangsung
Bella memarkir mobilnya di tepi jalan dengan lampu sein sebelah kiri menyala. Di dalam ada Daniel yang duduk di sebelahnya. Suara kendaraan berlalu lalang menjadi latar belakang."Sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu, Bel." Daniel membuka percakapan mereka. "Aku minta maaf karena udah minta kamu buat ketemu sama mama aku. Aku juga nggak tahu ternyata mamaku kayak gitu. Aku pikir dia minta mau ketemu kamu buat tujuan yang baik. Nggak tahunya ...." Daniel benar-benar menyesalkan semuanya."Nggak apa-apa. Aku ngerti, kok." Bella berusaha memahami perasaan Daniel, walaupun dia merasa sedikit tersinggung dengan ucapan Catherine tempo hari. "Aku juga minta maaf mewakili mama aku, Bel. Aku janji, aku bakal kasih pengertian lagi ke mama. Aku nggak akan nyerah biar mama aku bisa terima kamu.""Dan." Bella berusaha menjelaskan. "Aku yang harus minta maaf ke kamu. Mungkin selama ini aku terkesan ngasih harapan palsu ke kamu."Daniel seolah tahu apa yang akan dikatakan Bella selanjutnya, tamp
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen