Beranda / Romansa / Love Me, Like I Do / Bab 5 - Tidak Biasa

Share

Bab 5 - Tidak Biasa

Penulis: hanyagemarmenulis
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 18:54:20

Dari sekian banyak SMS dan chat, Aiko tidak berniat membaca apalagi membalasnya. Aiko tidak jual mahal, Aiko hanya merasa ini adalah efek dari penampilan baruny. Mereka tidak benar benar serius pada Aiko. Aiko sudah menghapus 32 chat pagi ini, dan sepertinya hal ini akan menjadi rutinitas barunya setiap hari.

Drrrtt drrrtt drrrtt.. Getaran handphone yang baru saja Aiko letakkan di meja membuatnya kaget, nama Mic muncul pada layar mini tersebut.

"Ai, apakah kau sibuk malam ini? Mau bergabung denganku ke klab bersama teman teman dari divisi pemasaran?" Aku mengerutkan keningku, jarang jarang Mic mengajakku ke klab.

"Tidak, aku mau di rumah saja. Jangan pulang terlalu larut Mic. Jangan terlalu banyak minum juga," Aiko bersiap menutup telepon sebelum Mic kembali bersuara.

"Baiklah, aku tidak akan pulang larut. Bye!" sambungan terputus dan Aiko kembali dibuat kaget ketika sepasang mata sinis menatapnya.

Ivander berjalan mendekati Aiko dan membuat orang orang disekitar mereka berbisik bisik. Aiko berusaha mengabaikan dan berusaha fokus pada pekerjaan di depannya.

"Saat ini bukan waktunya bersantai, apakah pekerjaanmu kurang?" Aiko berdiri dari tempat duduknya tanpa rasa ragu. Seperti biasa, Ivander sudah memasang wajah arogan dan meremehkan. Berbeda dengan kelakuannya semalam saat menjagak Aiko pulang bersamanya.

"Selamat siang Mr. Ivander, maaf sebelumnya. Aku hanya mengangkat telepon yang bahkan tidak sampai tiga puluh detik. Jika itu dianggap bersantai, aku mohon maaf sekali lagi," Aiko menatap wajah Ivander tersebut tanpa rasa takut. Ivander ingin mengintimidasi Aiko dengan posisinya saat ini. Ditengah banyaknya orang yang memerhatikan mereka.

Beberapa orang mendatangi Aiko dan bertanya terkait sikap Ivander yang dinilai cukup berlebihan dan ini baru pertama kali terjadi.

"Apa kau melakukan kesalahan padanya? Ini hal yang tidak biasa, dia selalu menghindari kontak langsung dengan karyawannya. Tapi kali ini dia hanya datang untuk menegurmu, padahal itu hal yang sama sekali tidak perlu," Rene berjalan ke mejaku sambil mengamati punggung Ivander yang berjalan cepat meninggalkan ruangan tersebut.

Aiko hanya mengedikkan bahu, dan kembali duduk untuk memfokuskan pikirannya.

***

Dua pekan lagi akan ada acara kantor yang rutin diadakan oleh Lemme Fashion jika mendekati bulan lahir perusahaan ini. Acaranya menyenangkan, karena akan ada musisi ternama yang diundang, beberapa model terkenal yang bekerja sama dengan Lemme Fashion, terlebih beberapa petinggi tentu saja akan hadir.

Para wanita siap menampilkan pertunjukan antar divisi, sedangkan para pria siap dengan persaingan beberapa cabang olahraga yang tentu saja akan membuat para wanita berteriak histeris.

Aiko bisa kembali menikmati ritme kerjanya seperti biasa, seperti sebelum Aiko bertemu secara 'kebetulan' dengan Ivander. Dan semenjak kejadian teguran Ivander pada Aiko beberapa waktu lalu, Aiko tidak pernah bertemu lagi dengannya.

Sebentar lagi jam istirahat siang dan pekerjaan Aiko sis sedikit lagi. Tapi lagi lagi panggilan telepon dari Steve membuat Aiko was was. Hal yang sama tidak akan terjadi lagi kan?

Aiko mengangkat panggilannya, suaranya cukup santai untuk sebuah hal yang besar, Aiko bergegas ke ruangannya.

Aiko cukup terkejut ketika masuk dan sudah ada Ivander di sana. Ini lebih mengerikan dari apa yang Aiko bayangkan sebelumnya.

"Selamat siang, ada yang bisa aku bantu?," Aiko berdiri di dekat pintu masuk, rasanya tatapan tajam mata Ivander membuat langkah kaki Aiko menjadi kaku.

"Maaf karena menghubungimu tiba tiba. Aku ingin minta tolong sesuatu Ai. Akan ada pertemuan dengan beberapa brand yang memercayakan design musim dinginnya pada kita. Apakah kau bisa ikut? Aku, kau dan Ivander akan pergi bersama," Aiko  masih dengan seksama mencerna kata kata Steve barusan. Kenapa harus Aiko? Kan ada Ara sebagai asisten managernya.

"Maaf kalau aku lancang. Tapi bukankah ini menjadi tanggung jawab Bu Ara? Aku tidak bisa pergi, jika aku harus mengambil alih pekerjaan orang lain," Aiko menolaknya dengan takut takut, astaga harusnya dia tidak perlu ada di ruangan ini.

"Ara sudah memegang project lain, lagipula yang merekomendasikanmu adalah Ara, jadi tidak ada yang perlu kau khawatirkan," Ivander berdiri dari tempat duduknya kemudian berjalan menuju meja Steve dan mengambil beberapa lembar sketch di sana.

Aiko mengangguk patuh mendengar kata kata Ivander, bagaimana Aiko bisa melupakan pria ini jika intensitas pertemuan kami justru meningkat??

"Kita akan pergi dalam dua hari satu malam, aku sudah melakukan reservasi tempat. Jadi sekarang kau pulanglah dan berkemas, bawa beberapa informasi tentang brand ini, aku akan menjemputmu pukul lima sore nanti," Steve memberikan tumpukan lembaran pada Aiko sebagai referensi.

Aiko berjalan keluar meninggalkan ruangan Steve dengan pundak lemas dan tidak bergairah.

Bagaimana semua hal ini terjadi secara beruntutan?

Aiko masih duduk di tempatnya lima belas menit sejak kembali dari ruangan Steve, tapi tak ada satupun yang bisa Aiko lakukan selain mencerna apa yang akan terjadi berikutnya.

Kesadaran Aiko kembali saat Ara menepuk pelan pundaknya.

"Aku pikir kau akan pulang untuk berkemas Ai? Steve baru saja menginfokan bahwa kalian akan berangkat sore nanti. Aku pikir kalian akan berangkat besok pagi, mengingat jaraknya yang lumayan jauh. Apa kau tidak apa apa?" Ara menarik kursi di samping Aiko dan duduk menghadapnya.

"Hm, aku baik baik saja. Terima kasih karena telah mengkhawatirkanku. Apakah Anda memiliki masukan atau saran untuk brand brand yang akan bekerjasama dengan kita nanti?" Aiko mengesampingkan rasa cemasnya untuk hal hal yang akan terjadi nanti. Aiko mengambil notes di lacinya dan mencatat beberapa informasi dari Ara.

***

Aiko sudah menghubungi Mic bahwa dirinya akan ke luar kota bersama Steve dan juga Ivander. Seperti biasa, Mic dengan heboh dan histeris menanggapi telpon dari Aiko.

Aiko sudah selesai mengemasi barangnya dan menunggu Steve untuk menjemputnya, masih ada dua puluh menit menunggu sambil membaca beberapa referensi tentang brand brand yang akan bekerja sama dengan perusahaan mereka.

Handphone Aiko berdering dan nomor baru tertera di sana, awalnya Aiko ragu untuk mengangkatnya. Aiko membiarkan sambungan tersebut dimatikan sepihak. Tidak lama nomor yang sama kembali menghubunginya. Akhirnya dengan ragu Aiko mengangkatnya.

"Aku ada di bawah, cepatlah turun," aku tidak perlu bertanya siapa pemilik suara itu.

Aiko segera mengambil komper dan tas kecilnya. Kenapa bisa Ivander yang menjemputny? Steve juga tidak bilang apa apa padanya. Bagaimana Aiko menikmati perjalanan nanti jika Aiko harus pergi dengan Ivander? Beberapa pertanyaan memenuhi kepalanya. Dicerna bagaimanapun, ini tidak masuk akal.

Saat tiba di basement apartment, Aiko bisa melihat Ivander sedang memainkan tablet di tangannya, terlihat serius.

Aiko memasukkan kopernya ke bagasi mobil Ivander, kemudian duduk di sampingnya.

"Maaf jika membuat Anda menunggu, bukannya yang akan menjemputku adalah Steve? Apa sesuatu yang buruk terjadi padanya dan tidak bisa menjemputku?" Ivander mendelik tidak suka dengan berbagai rentetan pertanyaan yang Aiko ajukan.

"Dia terlambat, tunangannya masuk rumah sakit, bisa jadi bahkan dia tidak akan ikut jika kondisi tunangannya tidak memungkinkan," Aiko menciut di kursinya. Ini akan menjadi bumerang untuknya, bagaimana bisa  Aiko dan Ivander hanya pergi berdua saja?

"Semoga Steve bisa menyusul," ucap Aiko lirih, Aiko tidak berharap Ivander bisa mendengar suaranya, karena saat ini Aiko harus berpikir bagaimana dirinya harus bersikap kedepannya.

Bab terkait

  • Love Me, Like I Do   Bab 6 - Dinas Luar Kota

    Perjalanan Aiko dan Ivander diliputi keheningan, hanya sesekali Ivander bersenandung kecil mengikuti lagu yang diputar di radio. Karena bingung harus bagaimana, Aiko hanya bisa pura pura tidur untuk menikmati suara Ivander. Suaranya terdengar merdu, astaga maksudnya, suaranya tidak jelek.Aiko merasa mobil berhenti dan Ivander di sampingnya juga tertidur - astaga niat Aiko hanya pura pura tertidur sambil menikmati suaranya, tapi Aiko justru benar benar tertidur. Aiko memerhatikan sekeliling dan saat ini mereka berada di depan sebuah patisserie yang cukup unik.Aiko mengubah posisinya dan melihat wajah lelap Ivander yang sangat teduh dan manis.Aiko merutuki dirinya sendiri karena masih selalu jatuh pada pesona pria arogan ini."Kau sudah selesai mengagumi wajahku? Jika sudah, ayo kita turun, aku ingin membeli beberapa camilan," wajah Aiko terasa memanas, dirinya malu setengah mati.Aiko ikut turun setelah Ivander, membiarkan Ivander berjalan jauh di depannya. Aiko, kenapa kau selalu

  • Love Me, Like I Do   Bab 7 - Jatuh Lebih Dalam

    Luar biasa! Meeting ini benar benar menguras energi. Meeting dimulai pukul sebelas dan baru selesai pukul enam sore. Yah tentu saja karena Aiko dan Ivander meeting dengan beberapa klien. Dan sejauh ini, para klien sangat puas dengan hasil kerja team mereka.Saat ini meeting telah selesai, tapi Ivander masih berbincang santai dengan beberapa kenalannya. Aiko mengecek handphonenya dan ada beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan dari Mic."Kau sulit sekali dihubungi. Hubungi kembali jika sudah ada waktu luang yah," Aiko melirik sekilas Ivander yang masih asik berbincang, dan Aiko segera melakukan panggilan dengan Mic.Seperi biasa Mic selalu antusias jika menyangkut tentang Aiko dan Ivander. Pertanyaan yang dilontarkan Mic walaupun lewat telepon tidak ada habisnya. Aiko hanya tersenyum sesekali menanggapi kata katanya, walaupun Mic tidak bisa melihat ekspresinya."Kita akan makan malam sebelum ke hotel," Ivander jalan mendekati Aiko kemudian berdiri di belakangnya. Aiko mendongak mel

  • Love Me, Like I Do   Bab 8 - Sakit

    Tak ada suara, Aiko pasti sudah tidur. Ivander kembali ke kasur dan berusaha untuk tidur, tapi lagi lagi Ivander kembali duduk dan memikirkan bagaimana caranya Ivander tahu kalau Aiko sudah tidur atau belum? Ivander mencoba mengetuk pelan pintu penghubung tersebut, tak ada respon. Tapi Ivander tidak tenang, kemudian mengambil handphonenya dan mencoba mengubungi Aiko. Tidak aktif. Apakah Aiko benar benar tidur atau sesuatu yang buruk terjadi padanya? Segala pikiran negatif membuat Ivander berjalan menuju telepon meja dan segera menghubungi resepsionis. Ivander menjelaskan kondisi yang terjadi.Tangannya dingin, Ivander merasa sangat khawatir sekarang. Ivander menunggu pihak hotel datang membawakan kartu cadangan untuk membuka pintu kamar Aiko dari luar. Tak berapa lama seorang pegawai hotel membawakan kartu tersebut, Ivander segera menuju keluar dan menempelkan kartu tersebut pada gagang pintu.Pintu terbuka, Ivander berjalan pelan menuju kamar Aiko. Tak ada seorangpun di kasur, Ivande

  • Love Me, Like I Do   Bab 9 - Permintaan Mendadak

    "Aku minta maaf karena sudah merepotkan Anda, harusnya Anda bisa menikmati akhir pekan ini dengan beristirahat. Sekali lagi aku minta maaf. Semalam aku merasa sangat lelah dan ketiduran di bathup. Setelah itu, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya," Ivander kaget, apa Aiko bilang? Tertidur di bathup? Ivander bukan pertama kali mendengarnya, tapi ternyata ini benar benar bisa terjadi.Ivander menahan tawanya agar tidak keluar dan akan membuat Aiko semakin merasa bersalah."Kau harus membalas kebaikanku suatu hari nanti. Aku akan menagihnya padamu, jadi jangan kabur dan mencoba melupakannya," Ivander tidak bisa berkata apa apa saat Aiko yang berada begitu dekat dengannya menanggung lemah, dia sangat penurut.Ttok ttok ttokSuara ketukan pintu berhasil mengalihkan pikiran Ivander dari Aiko. Perjalanan tiga hari bersamanya benar benar mengambil alih pikiran Ivander. Ivander berjalan menuju pintu untuk mengecek siapa yang datang."Selamat pagi tuan, dokter Carrine menyuruh saya

  • Love Me, Like I Do   Bab 1 - Tidak Dianggap

    New York City 11.30 AMAiko memperhatikan seorang pria yang sedang berbincang bincang dengan beberapa temannya. Mata Aiko tidak sedikitpun bergeser dari pria tersebut. Pria dengan sejuta pesona, namun mampu mematahkan hati wanita sebanyak yang dia mau.Cleosa Nicolas Ivander, pria dengan perawakan tinggi, tegap, gagah dan segala macam kesempurnaan ada padanya. Cukup banyak wanita yang rela bertekuk lutut demi mendapatkan perhatiannya. Namun Aiko cukup tahu diri siapa dirinya, perbedaan Aiko dengan Ivander bagaikan bumi dan langit, bagaikan hitam dan putih. Terlalu banyak hal yang membuat Aiko berkecil hati untuk bisa dekat dengan pria tersebut. Berbagai macam cara Aiko lakukan untuk menarik perhatian Ivander, namun semua hasilnya nihil. Aiko sudah memasuki tahun ketiga bekerja di perusahaan fashion milik keluarga Ivander, COO di perusahaan tersebut. Namun selama itu pula Aiko bagaikan butiran debu di mata Ivander, tidak dianggap. "YA! Berhenti menatapnya seperti itu! Kau seperti aka

  • Love Me, Like I Do   Bab 2 - Perubahan

    Masih hening. Aiko merenungkan apa yang dikatakan Mic barusan."Kau juga masih muda, pasti banyak pria di luar sana yang akan tertarik padamu, jika kau sedikit saja mengubah penampilanmu. Aku pikir sudah seharusnya kau meninggalkan kacamata burung hantu itu. Bagaimana kalau kita sedikit berbelanja besok?", Mic menatap Aiko dengan tatapan penuh harap."Kau tahu jika minus-ku ini cukup mengganggu, aku tidak bisa meninggalkannya", Mic memutar bola matanya jengah mendengar kalimat yang Aiko ucapkan."Kau bisa menggantinya dengan model yang baru, atau kau bisa menggunakan kontak lens. Bagaimana kau tahu kau bisa jika tidak mencobanya? Itu adalah kebiasaan burukmu", Mic mulai menyendokkan makanan ke piring lalu memberikannya pada Aiko dan dibalas dengan senyuman padanya."Terima kasih Mic. Kau memang selalu yang paling mengerti. Aku mencintaimu", Aiko dengan gerakan tiba tiba mencium pipi Mic, membuatnya menghapus bekas ciuman tersebut dengan keras.Bagi Aiko kehadiran Mic sudah lebih dari

  • Love Me, Like I Do   Bab 3 - Tugas Tambahan

    Lalu ingatan Aiko kembali pada kejadian dua hari yang lalu. Perasaannya jadi tidak enak, hal ini ada kaitannya dengan kejadian tersebut."Aku akan berusaha menyelesaikannya, semampuku. Permisi," Aiko mengumpulkan semua kertas yang ada di meja tersebut kemudian membawanya ke mejanya.***"Mic, maaf aku belum bisa pulang. Masih ada beberapa sketch lagi yang harus aku selesaikan. Iya, aku akan menceritakannya nanti. Bye," sambungan telepon Aiko dengan Mic mati, Aiko berusaha tidak membuat Mic khawatir, apalagi membuat wanita itu kembali datang ke kantor.Aiko tetap berusaha menyelesaikan pekerjaan yang diminta oleh Steve. Mata Aiko sudah mulai lelah, Aiko juga sudah melewatkan jam makan malam. Pikiran Aiko berkecamuk, antara menyerah dan melanjutkannya. Tapi jika Aiko menyerah dan dipecat, pasti akan sulit mencari pekerjaan lagi. "Tidak! Aku harus semangat, sisa sedikit lagi. Semangat Ai! Kau pasti bisa," Aiko berusaha menyemangati dirinya sendiri.Karena malam sudah larut, Aiko memutus

  • Love Me, Like I Do   Bab 4 - Kejadian Yang Sama

    "Sebenarnya aku tidak berhak marah atau apapun, itu sama sekali bukan hakku. Tapi rasa sukaku padanya tiga tahun ini tidak dapat kuhapus begitu saja. Andai saja menghapus perasaanku padanya semudah membalikkan telapak tangan," Aiko mendesah pelan, rasanya menghapus perasannya pada Ivander begitu sulit. "Mic, maafkan aku karena masih berlaku kekanakan. Harusnya aku tidak seperti ini." "Ai, waktu tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Aku mengerti itu, tapi aku berharap karena ini adalah kejadian kedua kau melihatnya bersama orang lain, aku ingin kau memutuskan langkahmu kedepannya. Semua keputusan itu ada padamu," Mic menatap Aiko dalam, astaga Aiko memang tidak bisa melepaskan teman sebaik Mic. Aiko mengangguk mendengarkan kata kata Mic, hatinya merasa lega karena Mic selalu ada untuknya. Akhirnya Aiko dan Mic keluar dari toilet dan kembali menuju mejanya. Berbagai bahan kain memenuhi ruangan tersebut. Aiko cukup takjub karena Mic sangat keren dalam melakukan pekerjaannya. Aiko

Bab terbaru

  • Love Me, Like I Do   Bab 9 - Permintaan Mendadak

    "Aku minta maaf karena sudah merepotkan Anda, harusnya Anda bisa menikmati akhir pekan ini dengan beristirahat. Sekali lagi aku minta maaf. Semalam aku merasa sangat lelah dan ketiduran di bathup. Setelah itu, aku tidak ingat lagi apa yang terjadi setelahnya," Ivander kaget, apa Aiko bilang? Tertidur di bathup? Ivander bukan pertama kali mendengarnya, tapi ternyata ini benar benar bisa terjadi.Ivander menahan tawanya agar tidak keluar dan akan membuat Aiko semakin merasa bersalah."Kau harus membalas kebaikanku suatu hari nanti. Aku akan menagihnya padamu, jadi jangan kabur dan mencoba melupakannya," Ivander tidak bisa berkata apa apa saat Aiko yang berada begitu dekat dengannya menanggung lemah, dia sangat penurut.Ttok ttok ttokSuara ketukan pintu berhasil mengalihkan pikiran Ivander dari Aiko. Perjalanan tiga hari bersamanya benar benar mengambil alih pikiran Ivander. Ivander berjalan menuju pintu untuk mengecek siapa yang datang."Selamat pagi tuan, dokter Carrine menyuruh saya

  • Love Me, Like I Do   Bab 8 - Sakit

    Tak ada suara, Aiko pasti sudah tidur. Ivander kembali ke kasur dan berusaha untuk tidur, tapi lagi lagi Ivander kembali duduk dan memikirkan bagaimana caranya Ivander tahu kalau Aiko sudah tidur atau belum? Ivander mencoba mengetuk pelan pintu penghubung tersebut, tak ada respon. Tapi Ivander tidak tenang, kemudian mengambil handphonenya dan mencoba mengubungi Aiko. Tidak aktif. Apakah Aiko benar benar tidur atau sesuatu yang buruk terjadi padanya? Segala pikiran negatif membuat Ivander berjalan menuju telepon meja dan segera menghubungi resepsionis. Ivander menjelaskan kondisi yang terjadi.Tangannya dingin, Ivander merasa sangat khawatir sekarang. Ivander menunggu pihak hotel datang membawakan kartu cadangan untuk membuka pintu kamar Aiko dari luar. Tak berapa lama seorang pegawai hotel membawakan kartu tersebut, Ivander segera menuju keluar dan menempelkan kartu tersebut pada gagang pintu.Pintu terbuka, Ivander berjalan pelan menuju kamar Aiko. Tak ada seorangpun di kasur, Ivande

  • Love Me, Like I Do   Bab 7 - Jatuh Lebih Dalam

    Luar biasa! Meeting ini benar benar menguras energi. Meeting dimulai pukul sebelas dan baru selesai pukul enam sore. Yah tentu saja karena Aiko dan Ivander meeting dengan beberapa klien. Dan sejauh ini, para klien sangat puas dengan hasil kerja team mereka.Saat ini meeting telah selesai, tapi Ivander masih berbincang santai dengan beberapa kenalannya. Aiko mengecek handphonenya dan ada beberapa panggilan tidak terjawab dan pesan dari Mic."Kau sulit sekali dihubungi. Hubungi kembali jika sudah ada waktu luang yah," Aiko melirik sekilas Ivander yang masih asik berbincang, dan Aiko segera melakukan panggilan dengan Mic.Seperi biasa Mic selalu antusias jika menyangkut tentang Aiko dan Ivander. Pertanyaan yang dilontarkan Mic walaupun lewat telepon tidak ada habisnya. Aiko hanya tersenyum sesekali menanggapi kata katanya, walaupun Mic tidak bisa melihat ekspresinya."Kita akan makan malam sebelum ke hotel," Ivander jalan mendekati Aiko kemudian berdiri di belakangnya. Aiko mendongak mel

  • Love Me, Like I Do   Bab 6 - Dinas Luar Kota

    Perjalanan Aiko dan Ivander diliputi keheningan, hanya sesekali Ivander bersenandung kecil mengikuti lagu yang diputar di radio. Karena bingung harus bagaimana, Aiko hanya bisa pura pura tidur untuk menikmati suara Ivander. Suaranya terdengar merdu, astaga maksudnya, suaranya tidak jelek.Aiko merasa mobil berhenti dan Ivander di sampingnya juga tertidur - astaga niat Aiko hanya pura pura tertidur sambil menikmati suaranya, tapi Aiko justru benar benar tertidur. Aiko memerhatikan sekeliling dan saat ini mereka berada di depan sebuah patisserie yang cukup unik.Aiko mengubah posisinya dan melihat wajah lelap Ivander yang sangat teduh dan manis.Aiko merutuki dirinya sendiri karena masih selalu jatuh pada pesona pria arogan ini."Kau sudah selesai mengagumi wajahku? Jika sudah, ayo kita turun, aku ingin membeli beberapa camilan," wajah Aiko terasa memanas, dirinya malu setengah mati.Aiko ikut turun setelah Ivander, membiarkan Ivander berjalan jauh di depannya. Aiko, kenapa kau selalu

  • Love Me, Like I Do   Bab 5 - Tidak Biasa

    Dari sekian banyak SMS dan chat, Aiko tidak berniat membaca apalagi membalasnya. Aiko tidak jual mahal, Aiko hanya merasa ini adalah efek dari penampilan baruny. Mereka tidak benar benar serius pada Aiko. Aiko sudah menghapus 32 chat pagi ini, dan sepertinya hal ini akan menjadi rutinitas barunya setiap hari.Drrrtt drrrtt drrrtt.. Getaran handphone yang baru saja Aiko letakkan di meja membuatnya kaget, nama Mic muncul pada layar mini tersebut."Ai, apakah kau sibuk malam ini? Mau bergabung denganku ke klab bersama teman teman dari divisi pemasaran?" Aku mengerutkan keningku, jarang jarang Mic mengajakku ke klab."Tidak, aku mau di rumah saja. Jangan pulang terlalu larut Mic. Jangan terlalu banyak minum juga," Aiko bersiap menutup telepon sebelum Mic kembali bersuara."Baiklah, aku tidak akan pulang larut. Bye!" sambungan terputus dan Aiko kembali dibuat kaget ketika sepasang mata sinis menatapnya.Ivander berjalan mendekati Aiko dan membuat orang orang disekitar mereka berbisik bisik

  • Love Me, Like I Do   Bab 4 - Kejadian Yang Sama

    "Sebenarnya aku tidak berhak marah atau apapun, itu sama sekali bukan hakku. Tapi rasa sukaku padanya tiga tahun ini tidak dapat kuhapus begitu saja. Andai saja menghapus perasaanku padanya semudah membalikkan telapak tangan," Aiko mendesah pelan, rasanya menghapus perasannya pada Ivander begitu sulit. "Mic, maafkan aku karena masih berlaku kekanakan. Harusnya aku tidak seperti ini." "Ai, waktu tiga tahun bukan waktu yang sebentar. Aku mengerti itu, tapi aku berharap karena ini adalah kejadian kedua kau melihatnya bersama orang lain, aku ingin kau memutuskan langkahmu kedepannya. Semua keputusan itu ada padamu," Mic menatap Aiko dalam, astaga Aiko memang tidak bisa melepaskan teman sebaik Mic. Aiko mengangguk mendengarkan kata kata Mic, hatinya merasa lega karena Mic selalu ada untuknya. Akhirnya Aiko dan Mic keluar dari toilet dan kembali menuju mejanya. Berbagai bahan kain memenuhi ruangan tersebut. Aiko cukup takjub karena Mic sangat keren dalam melakukan pekerjaannya. Aiko

  • Love Me, Like I Do   Bab 3 - Tugas Tambahan

    Lalu ingatan Aiko kembali pada kejadian dua hari yang lalu. Perasaannya jadi tidak enak, hal ini ada kaitannya dengan kejadian tersebut."Aku akan berusaha menyelesaikannya, semampuku. Permisi," Aiko mengumpulkan semua kertas yang ada di meja tersebut kemudian membawanya ke mejanya.***"Mic, maaf aku belum bisa pulang. Masih ada beberapa sketch lagi yang harus aku selesaikan. Iya, aku akan menceritakannya nanti. Bye," sambungan telepon Aiko dengan Mic mati, Aiko berusaha tidak membuat Mic khawatir, apalagi membuat wanita itu kembali datang ke kantor.Aiko tetap berusaha menyelesaikan pekerjaan yang diminta oleh Steve. Mata Aiko sudah mulai lelah, Aiko juga sudah melewatkan jam makan malam. Pikiran Aiko berkecamuk, antara menyerah dan melanjutkannya. Tapi jika Aiko menyerah dan dipecat, pasti akan sulit mencari pekerjaan lagi. "Tidak! Aku harus semangat, sisa sedikit lagi. Semangat Ai! Kau pasti bisa," Aiko berusaha menyemangati dirinya sendiri.Karena malam sudah larut, Aiko memutus

  • Love Me, Like I Do   Bab 2 - Perubahan

    Masih hening. Aiko merenungkan apa yang dikatakan Mic barusan."Kau juga masih muda, pasti banyak pria di luar sana yang akan tertarik padamu, jika kau sedikit saja mengubah penampilanmu. Aku pikir sudah seharusnya kau meninggalkan kacamata burung hantu itu. Bagaimana kalau kita sedikit berbelanja besok?", Mic menatap Aiko dengan tatapan penuh harap."Kau tahu jika minus-ku ini cukup mengganggu, aku tidak bisa meninggalkannya", Mic memutar bola matanya jengah mendengar kalimat yang Aiko ucapkan."Kau bisa menggantinya dengan model yang baru, atau kau bisa menggunakan kontak lens. Bagaimana kau tahu kau bisa jika tidak mencobanya? Itu adalah kebiasaan burukmu", Mic mulai menyendokkan makanan ke piring lalu memberikannya pada Aiko dan dibalas dengan senyuman padanya."Terima kasih Mic. Kau memang selalu yang paling mengerti. Aku mencintaimu", Aiko dengan gerakan tiba tiba mencium pipi Mic, membuatnya menghapus bekas ciuman tersebut dengan keras.Bagi Aiko kehadiran Mic sudah lebih dari

  • Love Me, Like I Do   Bab 1 - Tidak Dianggap

    New York City 11.30 AMAiko memperhatikan seorang pria yang sedang berbincang bincang dengan beberapa temannya. Mata Aiko tidak sedikitpun bergeser dari pria tersebut. Pria dengan sejuta pesona, namun mampu mematahkan hati wanita sebanyak yang dia mau.Cleosa Nicolas Ivander, pria dengan perawakan tinggi, tegap, gagah dan segala macam kesempurnaan ada padanya. Cukup banyak wanita yang rela bertekuk lutut demi mendapatkan perhatiannya. Namun Aiko cukup tahu diri siapa dirinya, perbedaan Aiko dengan Ivander bagaikan bumi dan langit, bagaikan hitam dan putih. Terlalu banyak hal yang membuat Aiko berkecil hati untuk bisa dekat dengan pria tersebut. Berbagai macam cara Aiko lakukan untuk menarik perhatian Ivander, namun semua hasilnya nihil. Aiko sudah memasuki tahun ketiga bekerja di perusahaan fashion milik keluarga Ivander, COO di perusahaan tersebut. Namun selama itu pula Aiko bagaikan butiran debu di mata Ivander, tidak dianggap. "YA! Berhenti menatapnya seperti itu! Kau seperti aka

DMCA.com Protection Status