Kirana, seorang istri sekaligus menantu yang selalu dihina. Semenjak menikah dan ikut tinggal bersama keluarga suami, Kirana justru diperlukan sangat buruk oleh suami, mertua bahkan iparnya. Kirana dianggap seperti pembantu, padahal sebelum menikah kehidupan keluarganya sangat harmonis. Tak jarang, Kirana mendapati suaminya memberikan uang kepada ibu dan iparnya. Namun, Aldi suaminya bahkan melupakan nafkah untuk istrinya. Ia memberikan uang sesukanya tanpa memikirkan cukup atau tidak untuk keperluan, Kirana. Bahkan untuk keperluan dapur semua harus ditanggung, Kirana dari uang yang diberikan oleh suaminya. Setelah bertahun-tahun membina rumah tangga bersama Aldi, akhirnya Kirana mengetahui bahwa dirinya dinikahi hanya untuk balas dendam.
View MoreAldi tidak menyangka, Kinanti sudah mengetahui semuanya, atau jangan-jangan, Kinanti memang pergi mengikutiku bertemu dengan, Sandra tadi. Aldi mencoba berkelit, ia tidak mau semua yang sudah direncanakannya gagal hanya karena, Kirana sudah mengetahui semuanya.“Sa,,,Sandra siapa, Sayang. Aku tidak mengerti maksud kamu?” Jawab Aldi gugup. “Ya ampun, kenapa aku bisa keceplosan begini.” Batin Kirana.“Itu, Mas. Maksud aku, siapa tau, Mas Aldi kenal sama, Sandra. Soalnya dulu kan, Mas Aldi pernah bilang punya teman namanya, Sandra.” Jawab Kirana berharap suaminya percaya.Aldi kembali mengingat-ingat, ternyata benar dia pernah mengatakan itu pada, Kirana. Tapi apa mungkin itu yang dimaksud, Kirana. Aku harus lebih hati-hati sekarang, jangan sampai, Kirana curiga.“Gak mungkin lah, Sayang. Sandra temanku itu sudah menikah dan punya anak, gak mungkin dia mau menjalin hubungan sama suami orang.” Jawab Aldi.“Siapa tau aja, Mas, kalau memang benar aku kan bisa minta tolong kamu buat ngasih
Kirana pulang dengan perasaan campur aduk, kecewa, marah dan sakit hati dengan semua yang sudah ia dengar. Suami yang seharusnya melindungi istrinya justru ia yang paling menyakiti. Pernikahan macam apa ini, sebenarnya apa tujuan kamu menikah denganku, Mas?Kirana pulang naik taksi, dengan berlinang air mata ia tetap berusaha kuat. Ingin sekali aku mengadu pada kedua orang tuaku, tapi mereka pasti akan kecewa. Aku takut darah tinggi, Bapak kumat lagi.“Dari mana kamu, Kirana?” Tanya Nuri melihat menantunya turun dari mobil.“Dari luar, Bu.” Jawab Kirana lalu pergi ke kamarnya.“Mbak, Kirana kenapa, Bu? Matanya sembab begitu seperti habis nangis.” Tanya Tania pada Ibunya “Ibu juga gak tau, tadi, Ibu liat dia baru saja pulang diantar taksi.” Jawab Nuri.“Aneh, pulang-pulang malah nangis. Jadi penasaran dia dari mana.” Ujar Tania.Tak berselang lama, Aldi pulang. Nuri dan Tania yang masih berada di ruang tamu siap mengintrogasi, Aldi.“Aldi sini cepetan.” Panggil Nuri padahal, Aldi baru
Entah apa yang sebenarnya keluarga ini inginkan, mereka selalu memperlakukanku dengan buruk di rumah ini, padahal sebelum aku menikah dengan, Mas Aldi mereka semua bersikap sangat baik. Aku benar-benar dibuat bingung, apalagi sekarang suamiku justru mengganggu, Mas Tama dan Mbak Ratih. Rasanya aku sangat ingin bertanya langsung pada suamiku, namun aku khawatir ia melakukan hal yang lebih jika mengetahui aku sudah mulai mencurigainya.“Dari mana kamu, Ki?” Tanya Aldi saat, Kirana baru saja masuk kamar.“Dari depan bantuin, Ibu angkat belanjaannya.” Jawab Kirana.“Kamu kenapa lancang mengangkat handphone, Mas?” “Maksud, Mas Aldi apa? Aku gak ngerti.”“Jangan bohong kamu, Ki. Kalau bukan kamu yang angkat lalu siapa?” Tanyanya lagi.“Ya mana aku tau, bukannya handphone, Mas selalu terkunci. Kenapa sekarang jadi menuduhku?” Jawab Kirana berbohong.“Tapi disini terlihat jelas ada notifikasi panggilan masuk dan diangkat.”“Siapa tau, Mas yang angkat sendiri. Mas ngigau kali.”“Masa orang me
Tama mendorong tubuh, Sandra hingga ia tersungkur di lantai. Sandra merasakan sakit di lututnya, namun ia tetap tersenyum senang.“Mas, kamu jahat banget. Tolongin, ini sakit.” Ucap Sandra bersandiwara.“Sayang, ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku tidak mengenal perempuan ini, dia tiba-tiba ingin bertemu denganku hari ini.” Terang Tama.“Gak kenal kamu bilang, Mas. Kalian saling berpelukan tapi kamu masih berani bilang tidak mengenal wanita ini?” Tanya Ratih merasakan sesak di dada.“Aku gak bohong, Sayang, kamu harus percaya.” “Mas, tega kamu ya berpura-pura tidak mengenalku. Bukankah ini bukan pertemuan pertama kita.” Sahut Sandra semakin memperkeruh keadaan.“Cukup, apa mau kamu sebenarnya.” Bentak Tama.“Kamu yang cukup, Mas. Jadi selama ini kalian bermain api di belakangku, tega kamu, Mas. Dan kamu wanita tidak tau diri, dia ini laki-laki beristri. Masih banyak laki-laki lajang di luaran sana.” Ratih berusaha menahan air matanya, hatinya teramat sakit menerima kenyataannya in
Sebagai seorang istri sekaligus menantu yang tinggal seatap dengan mertua, Kirana kini bisa merasakan apa yang pernah teman-temannya ceritakan bahwa tidak ada mertua yang benar-benar bisa menyayangi menantunya.Dulu aku mengelak dengan pernyataan itu, aku selalu membanggakan calon ibu mertua dan juga iparku pada teman-teman kantorku sebelum aku mengundurkan diri. Kini aku justru merasakan itu semua, Dengan derai air mata aku berusaha menguatkan diriku sendiri. Karena suamiku sendiri enggan untuk membelaku di depan, Ibu Mertua dan kedua iparku.“Kenapa nasibku begini, Tuhan. Aku baru saja tinggal beberapa hari disini, tapi tempat ini sudah seperti neraka.”Tiba-tiba terdengar seseorang membuka gagang pintu, Kirana bergegas menghapus air matanya karena tak ingin terlihat menangis.“Ibu manggil tuh, disuruh beresin piring kotor bekas sarapan tadi.” Ucap Aldi, lalu ia langsung berbaring di atas tempat tidur.“Kenapa harus aku, Mas? Kan ada, Tania.” Jawab Kirana.Kemudian, Aldi langsung be
Kehidupan, Kirana sangat berbeda dari sebelum ia menikah dengan, Aldi. Bukannya bahagia, Kirana justru hidup menderita. Rasanya ingin sekali, Kirana menelpon dan mengadu pada orang tuanya, tapi ia mengurungkan niatnya. Biar bagaimanapun ia sudah berumah tangga, ia harus ikhlas menjalani ini semua. Selain itu, Kirana tak ingin membuat orang tuanya khawatir, apalagi yang mereka tau, Aldi adalah laki-laki yang baik.“Kamu kenapa?” Tanya Aldi saat melihat, Kirana masuk kamar dengan mata yang masih merah karena habis menangis.“Ibu melarang aku makan, Mas. Padahal aku sangat lapar, kamu bahkan tak menyisakan sarapan pagi untukku, dan saat aku hendak makan, Ibu datang dan membuang makananku.” Ujar Kirana berharap, Aldi membelanya.“Lagian kamu kenapa gak ikut sarapan, malah nyalahin, Ibuku.” Jawab Aldi.“Mas, kenapa kamu tidak mengerti perasaanku, Ibu selalu menyalahkan aku dan suka marah-marah.” “Sudahlah, Kirana. Kalau kamu menjadi menantu yang baik, gak mungkin, Ibu marah-marah.” Ucap A
“Kamu belum tidur, Sayang?” Tanya Aldi.“Aku nungguin kamu, Mas. Kita ini masih pengantin baru, tapi kamu pergi-pergi terus, sebenarnya apa yang kamu lakukan di luaran sana?” Tanya balik Kirana.“Mas diundang makan malam sama bos di kantor.” Jawab Aldi beralasan.“Selarut ini, Mas?” Tanya Kirana tak percaya.“Sudahlah, Mas ngantuk.” Jawab Aldi kemudian tidur membelakangi, Kirana.Seketika, Kirana meneteskan air mata, ia tak menyangka ternyata begini sifat asli suaminya. “Entah kenapa firasatku mengatakan kamu sedang berbohong, Mas.” Ucap Kirana dalam hati dengan masih berlinang air mata.Tiba-tiba terdengar ponsel, Aldi yang terus berbunyi tanda pesan masuk. Namun diabaikan oleh, Aldi. Sepertinya dia benar-benar tertidur sehingga tak menyadari ada pesan masuk.Setelah memastikan, Aldi benar-benar tidur, Kirana pelan-pelan mengambil ponsel milik suaminya. Ia penasaran siapa yang mengirimkan pesan tengah malam begini, Kirana mencoba beberapa kali membuka sandi ponsel suaminya, mulai dar
Sandra telah mengirimkan lokasi pertemuan mereka, mereka akan bertemu di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari tempat tinggal Sandra.Kirana melihat gelagat suaminya merasa curiga, apalagi semenjak ia melihat pesan yang meminta suaminya untuk tanggung jawab. Di tambah lagi ia mendengar suaminya yang sedang menghubungi seseorang dan terlihat sangat marah.Kirana sengaja tidak menyinggung apapun tentang pesan itu ke suaminya. Ia takut nantinya akan terjadi salah paham yang dapat menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga mereka.Malam hari, setelah Kirana selesai melaksanakan sholat isya', ia memakai pakaian tidur pendek dan sedikit menerawang. Aldi yang berada di atas ranjang tempat tidur memandang istrinya dengan penuh senyuman. "Waw... Istriku cantik banget" puji Aldi"Biasa aja, Mas. Gak usah gombal."Tanpa berpikir lama, akhirnya Aldi menarik dan mengukung Kirana di bawahnya. Kirana tentu sudah tidak dapat berkutik lagi.Dengan sangat bernafsu, Aldi mencumbui setiap inci tubuh
Kirana dikejutkan dengan Aldi yang tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Ia segera meletakkan ponsel Aldi di sebarang tempat."Sudah selesai mandinya, Mas? Ini aku sudah siapkan pakaian kerjanya Mas. Setelah itu kita sarapan bersama." "Aku hari ini gak kerja, tolong siapkan baju rumahan di lemari sebelah sana!" Tunjuk Aldi ke arah lemari yang ia maksud."Bukannya hari ini kamu sudah mulai bekerja kembali, Mas?" Tanya Kirana."Aku masih libur, Minggu depan baru masuk kantor lagi." Jawab Aldi dengan santainya, padahal baru kemarin ia mengatakan jatah cutinya hanya dua hari."Jadi kamu membohongi aku, Mas?" "Kalau aku gak berbohong, kamu pasti menolak untuk pulang cepat ke rumah ibuku.""Keterlaluan kamu, Mas. Padahal orang tuaku ingin kita sedikit lebih lama berada di sana.""Memangnya salah jika aku mengajak kamu ke sini. Disini juga rumah Ibu.""Sudahlah, Mas. Aku malas berdebat."Kirana pergi menuju ke ruang makan setelah menyiapkan kembali baju ganti yang diminta oleh Aldi.Saat di
Hari ini pernikahan Kirana dan Aldi digelar dengan cukup mewah dikediaman orang tua, Kirana. Banyak tetangga yang ikut serta membantu karena, Kirana tinggal di perkampungan yang warganya masih suka bergotong royong jika ada yang melaksanakan hajatan. "Kamu deg-degan, Ki?" Tanya Ara sepupunya. "Iya ni, Ra. Aku deg-degan banget." Jawab Kirana dengan wajah yang terlihat tidak tenang karena, Aldi sebentar lagi akan melaksanakan ijab kabul. Sementara, Kirana menunggu di kamar dan akan keluar setelah sah menjadi seorang istri. "Doakan saja semoga semuanya lancar, Ki. Jangan terlalu gelisah." Kemudian Aldi telah bersiap untuk melaksanakan ijab kabul yang diwalikan langsung oleh Ayah kandung Kirana. "Saya terima nikahnya, Kirana Larasati binti bapak Syamsuddin dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 40 juta rupiah di bayar tunai." Aldi mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas dan hanya sekali, karena saksi sudah mengatakan sah. "Alhamdulillah..." Mereka yang ik...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments