Kirana dikejutkan dengan Aldi yang tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Ia segera meletakkan ponsel Aldi di sebarang tempat.
"Sudah selesai mandinya, Mas? Ini aku sudah siapkan pakaian kerjanya Mas. Setelah itu kita sarapan bersama." "Aku hari ini gak kerja, tolong siapkan baju rumahan di lemari sebelah sana!" Tunjuk Aldi ke arah lemari yang ia maksud. "Bukannya hari ini kamu sudah mulai bekerja kembali, Mas?" Tanya Kirana. "Aku masih libur, Minggu depan baru masuk kantor lagi." Jawab Aldi dengan santainya, padahal baru kemarin ia mengatakan jatah cutinya hanya dua hari. "Jadi kamu membohongi aku, Mas?" "Kalau aku gak berbohong, kamu pasti menolak untuk pulang cepat ke rumah ibuku." "Keterlaluan kamu, Mas. Padahal orang tuaku ingin kita sedikit lebih lama berada di sana." "Memangnya salah jika aku mengajak kamu ke sini. Disini juga rumah Ibu." "Sudahlah, Mas. Aku malas berdebat." Kirana pergi menuju ke ruang makan setelah menyiapkan kembali baju ganti yang diminta oleh Aldi. Saat di meja makan ternyata semuanya sudah berkumpul kecuali suaminya. Kirana segera ikut bergabung dengan ibu mertua dan iparnya. "Pagi, buk..." "Aldi gak ikut sarapan?" Tanya, bu Nuri. "Mas Aldi katanya nyusul, buk." "Terus kamu sarapan gak nungguin Aldi, seharusnya tugas istri itu melayani suami dengan baik." Bentak bu Nuri. "Dengerin itu kata ibuk, Mbak. Masa Mas Aldi disuruh sarapan sendiri." "Mas Aldi sebentar lagi juga turun, buk. Jawab Kirana. Di kamar, Aldi yang sudah rapi dengan pakaian santainya mencari ponselnya yang ternyata tidak ada di atas meja rias. "Mana ponselku?" Batin Aldi, ia masih ingat betul tadi menyimpan ponselnya di atas meja rias sebelum pergi ke kamar mandi. Aldi mencari ponselnya yang ternyata berada di atas tempat tidur. Saat membuka ponselnya, Aldi dikejutkan dengan pesan dari nomor yang tidak dikenal. "Mas Aldi, kamu harus tanggung jawab atas apa yang sudah kamu lakukan semalam. Kalau gak, aku akan datang dan menemui istri kamu, Mas." Isi pesan dari Sandra. Kurang ajar... Aldi langsung menghubungi nomor Sandra saat itu juga. Sandra yang memang menunggu Aldi membalas pesannya terus menatap layar ponselnya. Tiba-tiba dering telpon masuk, Sandra segera mengangkatnya. [Hallo, Mas] Sapa Sandra [Gak usah basa-basi, katakan apa yang kamu inginkan!] [Kamu, Mas. Aku ingin kamu] Jawab, Sandra dengan beraninya. [Cukup, aku sudah menikah dan kamu tau itu. Lagi pula bukankah kamu hanya seorang wanita penghibur, itu memang sudah menjadi pekerjaanmu bukan?] [Aku memang bekerja sebagai wanita penghibur, Mas. Tapi tidak sampai harus melayani pria] Jawab, Sandra yang amarahnya mulai memuncak. Kirana yang menunggu suaminya di meja makan, ia merasa heran kenapa Aldi lama sekali. Akhirnya, Kirana menyusul Aldi ke kamarnya. Saat ia hendak membuka pintu, terdengar suara Aldi yang sedang memaki seseorang. [Dasar wanita jal**g, kamu pasti menjebak ku] [Hebat kamu Mas, setelah apa yang sudah kamu lakukan. Sekarang kamu bilang aku wanita jal**g.] [Aku gak akan pernah bertanggung jawab, semua itu terjadi karena kamu yang membawaku ke hotel bukan?] [Aku hanya ingin menolong kamu, Mas. Kalau tau akhirnya akan seperti ini lebih baik aku tidak menolong mu semalam.] Ucap, Sandra sambil menangis. [Aku gak minta kamu tolong, jadi stop minta pertanggung jawaban dariku. Kalau sampai kamu berani mengadu pada istriku, lihat saja hidup kamu gak akan pernah tenang.] Ancam, Aldi. [Aku gak takut, liat saja aku akan tunjukkan buktinya ke istri kamu. Kalau aku gak bisa memiliki kamu, istri kamu juga gak bisa.] [Bukti apa maksud kamu?] Tutt...tuuttt...tuuutttt... Sandra mematikan sambungan teleponnya. Brengsek... Kirana yang sedang berada dibalik pintu akhirnya masuk. "Kamu kenapa, Mas?" Tanya, Kirana yang berpura-pura tidak tahu apa-apa. "Sejak kapan kamu disitu?" Aldi terlihat sedikit gugup. "Baru saja, Mas. Kenapa kamu masih di kamar, kita semua mengganggu Mas untuk sarapan." "Ya sudah, ayo kita sarapan." Aldi merangkul pundak Kirana menuju meja makan. "Pagi, buk." Sapa, Aldi. "Pagi, Aldi. Ayo kita sarapan." Ajak, bu Nuri. Kirana mengambilkan sepiring nasi goreng dan satu telur ceplok di atasnya untuk suaminya. "Ini, Mas." "Makasih, sayang." Kirana hanya tersenyum, dalam hatinya ia merasa aneh dengan sikap suaminya yang tiba-tiba baik padanya. Kirana sebenarnya curiga dengan suaminya, namun ia memilih diam dan akan menyelidiki sendiri nantinya. Sebab ia tau, jika bertanya pada suaminya pasti ujung-ujungnya hanya bertengkar. "Sebenarnya apa yang kamu sembunyikan, Mas. Apa ada wanita lain selain aku, lalu siapa yang kamu larang untuk mengadu padaku?" Batin, Kirana yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. "Sayang..." Kirana yang sedang melamun langsung tersentak kaget. "I...iya, Mas. Kenapa?" "Itu makanan di piring mau di anggurin, ayo makan jangan malah melamun." "Iya, Mas. Maaf." Kirana melanjutkan sarapannya, ia berusaha menelan makanan ke mulutnya. Meskipun sebenarnya ia tidak nafsu makan. "Kirana, nanti kamu bereskan kalau sudah selesai makan. Jangan lupa cuci piring dan pakaian ibu juga adik-adik kamu, nanti ambil saja di kamar!" Perintah, Bu Nuri di hadapan Aldi. "Iya, buk." Kirana malas berdebat, jadi ia langsung mengiyakan apa yang diperintahkan ibu mertuanya. "Mas, kenapa ibu jadi kasar padaku. Ibu sampai menyuruh aku melakukan semua pekerjaan rumah sendirian, padahalkan ada Tania yang juga bisa ibu suruh." Tanya, Kirana berharap suaminya dapat membelanya. "Kamu turutin saja apa kata ibuk, tunjukkan kalau kamu itu menantu yang bisa diandalkan. Lagian, Tania juga harus fokus sama kuliahnya." "Kalian ternyata sama saja." Batin, Kirana. "Mas sarapannya sudah selesai, kalau gitu Mas ke kamar duluan ya sayang." "Ya sudah, Mas." Kirana segera membereskan meja makan lalu mencuci piring kotor bekas mereka sarapan. Dengan cekatan, hanya dalam waktu satu setengah jam rumah sudah rapi. Cucian juga sudah selesai Kirana kerjakan. Kirana sejak masih gadis memang rajin bebenah, jadi tidak heran jika ia bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Sekarang saatnya, Kirana masak untuk makan siang. Tapi, ia ingat di kulkas stok bahan makanan sudah habis. Itu artinya, Kirana harus belanja. Tiba-tiba, bu Nuri keluar dari kamarnya. Ia sedikit takjub melihat rumah yang begitu rapi, padahal sebelum Kirana tinggal disini rumah belum pernah serapi ini. "Bagus juga hasil kerja anak itu." Batin, bu Nuri. Bu Nuri bergegas mencari Kirana yang ternyata sedang berada di depan kulkas yang masih terbuka. "Kirana..." Panggil, bu Nuri. Kirana menoleh "Iya, buk." Jawab Kirana. "Kamu ngapain berdiri disitu?" "Ini, buk. Kirana mau masak untuk makan siang, tapi stok bahan makanannya habis. Cuma ada telur, itupun hanya ada dua buk." "Ya sudah kamu belanja, ngapain malah berdiri di depan situ." Perintah, bu Nuri. "Iya, buk. Kalau gitu aku minta uang ke Mas Aldi dulu." Kirana hendak beranjak pergi ke kamar untuk mencari suaminya. "Eh, Kirana. Ngapain minta uang ke Aldi, tinggal pakai uang kamu kan bisa. Jangan apa-apa bergantung sama suami." "Tapi, buk. Kirana kan sudah gak kerja lagi, Kirana punya uang dari mana?" Jawab bohong Kirana yang sebenarnya ia mempunyai tabungan dari hasil kerjanya dulu saat masih gadis. "Orang tua kamu itu kaya, Kirana. Masa kami kesini gak dikasih apa-apa?" "Ada buk, tapi gak banyak." "Pakai saja uang itu, lagian Aldi juga belum tentu punya uang. Uangnya sudah habis untuk mahar pernikahan yang kamu minta. Ya sudah sana cepat pergi ke warung, sekalian isi stok kulkas untuk beberapa ke depan!" Perintah, bu Nuri lalu pergi meninggalkan menantunya. Astagfirullah... Kirana sampai mengelus dada melihat kelakuanku ibu mertuanya. Kemudian, Kirana masuk ke kamarnya untuk mengambil uang untuk belanja ke warung bu Imah yang tidak jauh dari rumah mertuanya. Saat masuk ternyata Aldi suaminya sedang tidur, lebih tepatnya pura-pura tidur setelah mendengar ganggang pintu dibuka oleh Kirana. Setelah mengambil uang, Kirana sedikit merapikan diri dan pakaiannya lalu pergi berbelanja. Di kamar, Aldi ternyata sedang bertukar pesan dengan Sandra. Ia takut dengan bukti yang dimiliki oleh Sandra. "Aku akan transfer uang ke kamu, anggap saja aku membayarmu untuk semalam." Pesan terkirim ke Sandra. "Kamu gak takut kalau foto ini sampai ke istri kamu, Mas?" Sandra mengirimkan fotonya saat di ranjang bersama Aldi. Sialan, ternyata ini memang sudah ia rencanakan. "Oke, sekarang apa yang sebenarnya kamu inginkan?" "Sudah aku katakan, aku ingin kamu Mas. Nanti malam kamu datang temui aku, untuk lokasinya aku yang menentukan." "Jangan malam ini, istriku bisa-bisa curiga. Karena semalam aku sudah tidak pulang." "Gampang, aku tinggal kirim foto ini ke istri kamu." Aldi terlihat begitu marah, baru kali ini ada seorang wanita yang berani memerintahnya. Namun, Aldi tidak punya pilihan selain menurutinya. "Aku memang tidak mencintai, Kirana. Tapi belum saatnya aku bercerai sekarang, dendamku belum tuntas. Bahkan ini baru permulaan." Ucap Aldi pada dirinya sendiri. Dendam apa sebenarnya yang dimaksud Aldi...?Sandra telah mengirimkan lokasi pertemuan mereka, mereka akan bertemu di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari tempat tinggal Sandra.Kirana melihat gelagat suaminya merasa curiga, apalagi semenjak ia melihat pesan yang meminta suaminya untuk tanggung jawab. Di tambah lagi ia mendengar suaminya yang sedang menghubungi seseorang dan terlihat sangat marah.Kirana sengaja tidak menyinggung apapun tentang pesan itu ke suaminya. Ia takut nantinya akan terjadi salah paham yang dapat menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga mereka.Malam hari, setelah Kirana selesai melaksanakan sholat isya', ia memakai pakaian tidur pendek dan sedikit menerawang. Aldi yang berada di atas ranjang tempat tidur memandang istrinya dengan penuh senyuman. "Waw... Istriku cantik banget" puji Aldi"Biasa aja, Mas. Gak usah gombal."Tanpa berpikir lama, akhirnya Aldi menarik dan mengukung Kirana di bawahnya. Kirana tentu sudah tidak dapat berkutik lagi.Dengan sangat bernafsu, Aldi mencumbui setiap inci tubuh
Hari ini pernikahan Kirana dan Aldi digelar dengan cukup mewah dikediaman orang tua, Kirana. Banyak tetangga yang ikut serta membantu karena, Kirana tinggal di perkampungan yang warganya masih suka bergotong royong jika ada yang melaksanakan hajatan. "Kamu deg-degan, Ki?" Tanya Ara sepupunya. "Iya ni, Ra. Aku deg-degan banget." Jawab Kirana dengan wajah yang terlihat tidak tenang karena, Aldi sebentar lagi akan melaksanakan ijab kabul. Sementara, Kirana menunggu di kamar dan akan keluar setelah sah menjadi seorang istri. "Doakan saja semoga semuanya lancar, Ki. Jangan terlalu gelisah." Kemudian Aldi telah bersiap untuk melaksanakan ijab kabul yang diwalikan langsung oleh Ayah kandung Kirana. "Saya terima nikahnya, Kirana Larasati binti bapak Syamsuddin dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 40 juta rupiah di bayar tunai." Aldi mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas dan hanya sekali, karena saksi sudah mengatakan sah. "Alhamdulillah..." Mereka yang ik
Keesokan harinya, Aldi mengajak istrinya untuk pulang ke rumah ibunya."Kamu siapin semua barangĀ² yang mau dibawa, setelah itu siap-siap untuk pulang ke rumah ibu!!!""Mas, bukannya kita disini selama seminggu?" Jawab, Kirana yang sedikit kaget tiba-tiba suaminya mengajaknya pulang."Aku harus kerja" jawab Aldi ketus."Kamu itu manager, Mas. Bukannya seharusnya mendapatkan cuti? Staf karyawan biasa juga biasanya mendapat cuti nikah, bagaimana mungkin kamu tidak?""Baru juga sehari jadi istri udah gak nurut apa kata suami" Bentak Aldi yang membuat Kirana sedikit takut."Pak, itukan suara Aldi. Mereka kenapa?" Bu Risma berbicara pada suaminya dengan raut wajah khawatir."Bapak juga gak tau, buk. Gak mungkin mereka bertengkar, apalagi masih pengantin baru""Tapi, pak?""Sudahlah, buk. Kita jangan terlalu ikut campur."Sebenarnya Aldi mendapat cuti dari perusahaan selama 1 Minggu, namun ia sengaja berbohong pada Kirana agar segera pulang ke rumah ibunya.Aldi merupakan anak pertama dari t
Kirana yang masih terus mencoba menghubungi suaminya, namun tidak ada jawaban. Kirana juga mengirimkan pesan melalui aplikasi hijau menanyakan keberadaan Aldi suaminya."Sebenarnya kamu ke mana, Mas. Kenapa pergi gak pamit?" Batin Kirana.Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Kirana yang sedang menunggu suaminya mulai gelisah. Ia takut terjadi sesuatu pada Aldi suaminya.Di tempat lain...Aldi yang sedang berada di bar bersama dengan teman tongkrongannya sedang asyik menikmati bir, mereka minum dengan ditemani oleh beberapa teman wanitanya. Lebih tepatnya, wanita yang memang bekerja untuk menghibur tamu yang datang."Gila lo, Aldi. Baru kemarin menikah udah nyari cewek aja Lo disini." Ucap, Anton teman tongkrongan Aldi."Bodo amat, bro. Gue gak peduli sama itu cewek." Jawab, Aldi yang sudah mulai meracau karena efek alkohol."Terus apa gunanya lo nikah kalau masih main perempuan di luar?""Itu urusan gue, bukan urusan kalian semua. Ngerti?"Aldi yang memang keras kepala tidak akan bis
Sandra telah mengirimkan lokasi pertemuan mereka, mereka akan bertemu di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari tempat tinggal Sandra.Kirana melihat gelagat suaminya merasa curiga, apalagi semenjak ia melihat pesan yang meminta suaminya untuk tanggung jawab. Di tambah lagi ia mendengar suaminya yang sedang menghubungi seseorang dan terlihat sangat marah.Kirana sengaja tidak menyinggung apapun tentang pesan itu ke suaminya. Ia takut nantinya akan terjadi salah paham yang dapat menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga mereka.Malam hari, setelah Kirana selesai melaksanakan sholat isya', ia memakai pakaian tidur pendek dan sedikit menerawang. Aldi yang berada di atas ranjang tempat tidur memandang istrinya dengan penuh senyuman. "Waw... Istriku cantik banget" puji Aldi"Biasa aja, Mas. Gak usah gombal."Tanpa berpikir lama, akhirnya Aldi menarik dan mengukung Kirana di bawahnya. Kirana tentu sudah tidak dapat berkutik lagi.Dengan sangat bernafsu, Aldi mencumbui setiap inci tubuh
Kirana dikejutkan dengan Aldi yang tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Ia segera meletakkan ponsel Aldi di sebarang tempat."Sudah selesai mandinya, Mas? Ini aku sudah siapkan pakaian kerjanya Mas. Setelah itu kita sarapan bersama." "Aku hari ini gak kerja, tolong siapkan baju rumahan di lemari sebelah sana!" Tunjuk Aldi ke arah lemari yang ia maksud."Bukannya hari ini kamu sudah mulai bekerja kembali, Mas?" Tanya Kirana."Aku masih libur, Minggu depan baru masuk kantor lagi." Jawab Aldi dengan santainya, padahal baru kemarin ia mengatakan jatah cutinya hanya dua hari."Jadi kamu membohongi aku, Mas?" "Kalau aku gak berbohong, kamu pasti menolak untuk pulang cepat ke rumah ibuku.""Keterlaluan kamu, Mas. Padahal orang tuaku ingin kita sedikit lebih lama berada di sana.""Memangnya salah jika aku mengajak kamu ke sini. Disini juga rumah Ibu.""Sudahlah, Mas. Aku malas berdebat."Kirana pergi menuju ke ruang makan setelah menyiapkan kembali baju ganti yang diminta oleh Aldi.Saat di
Kirana yang masih terus mencoba menghubungi suaminya, namun tidak ada jawaban. Kirana juga mengirimkan pesan melalui aplikasi hijau menanyakan keberadaan Aldi suaminya."Sebenarnya kamu ke mana, Mas. Kenapa pergi gak pamit?" Batin Kirana.Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Kirana yang sedang menunggu suaminya mulai gelisah. Ia takut terjadi sesuatu pada Aldi suaminya.Di tempat lain...Aldi yang sedang berada di bar bersama dengan teman tongkrongannya sedang asyik menikmati bir, mereka minum dengan ditemani oleh beberapa teman wanitanya. Lebih tepatnya, wanita yang memang bekerja untuk menghibur tamu yang datang."Gila lo, Aldi. Baru kemarin menikah udah nyari cewek aja Lo disini." Ucap, Anton teman tongkrongan Aldi."Bodo amat, bro. Gue gak peduli sama itu cewek." Jawab, Aldi yang sudah mulai meracau karena efek alkohol."Terus apa gunanya lo nikah kalau masih main perempuan di luar?""Itu urusan gue, bukan urusan kalian semua. Ngerti?"Aldi yang memang keras kepala tidak akan bis
Keesokan harinya, Aldi mengajak istrinya untuk pulang ke rumah ibunya."Kamu siapin semua barangĀ² yang mau dibawa, setelah itu siap-siap untuk pulang ke rumah ibu!!!""Mas, bukannya kita disini selama seminggu?" Jawab, Kirana yang sedikit kaget tiba-tiba suaminya mengajaknya pulang."Aku harus kerja" jawab Aldi ketus."Kamu itu manager, Mas. Bukannya seharusnya mendapatkan cuti? Staf karyawan biasa juga biasanya mendapat cuti nikah, bagaimana mungkin kamu tidak?""Baru juga sehari jadi istri udah gak nurut apa kata suami" Bentak Aldi yang membuat Kirana sedikit takut."Pak, itukan suara Aldi. Mereka kenapa?" Bu Risma berbicara pada suaminya dengan raut wajah khawatir."Bapak juga gak tau, buk. Gak mungkin mereka bertengkar, apalagi masih pengantin baru""Tapi, pak?""Sudahlah, buk. Kita jangan terlalu ikut campur."Sebenarnya Aldi mendapat cuti dari perusahaan selama 1 Minggu, namun ia sengaja berbohong pada Kirana agar segera pulang ke rumah ibunya.Aldi merupakan anak pertama dari t
Hari ini pernikahan Kirana dan Aldi digelar dengan cukup mewah dikediaman orang tua, Kirana. Banyak tetangga yang ikut serta membantu karena, Kirana tinggal di perkampungan yang warganya masih suka bergotong royong jika ada yang melaksanakan hajatan. "Kamu deg-degan, Ki?" Tanya Ara sepupunya. "Iya ni, Ra. Aku deg-degan banget." Jawab Kirana dengan wajah yang terlihat tidak tenang karena, Aldi sebentar lagi akan melaksanakan ijab kabul. Sementara, Kirana menunggu di kamar dan akan keluar setelah sah menjadi seorang istri. "Doakan saja semoga semuanya lancar, Ki. Jangan terlalu gelisah." Kemudian Aldi telah bersiap untuk melaksanakan ijab kabul yang diwalikan langsung oleh Ayah kandung Kirana. "Saya terima nikahnya, Kirana Larasati binti bapak Syamsuddin dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai 40 juta rupiah di bayar tunai." Aldi mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas dan hanya sekali, karena saksi sudah mengatakan sah. "Alhamdulillah..." Mereka yang ik