Kirana yang masih terus mencoba menghubungi suaminya, namun tidak ada jawaban. Kirana juga mengirimkan pesan melalui aplikasi hijau menanyakan keberadaan Aldi suaminya.
"Sebenarnya kamu ke mana, Mas. Kenapa pergi gak pamit?" Batin Kirana. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Kirana yang sedang menunggu suaminya mulai gelisah. Ia takut terjadi sesuatu pada Aldi suaminya. Di tempat lain... Aldi yang sedang berada di bar bersama dengan teman tongkrongannya sedang asyik menikmati bir, mereka minum dengan ditemani oleh beberapa teman wanitanya. Lebih tepatnya, wanita yang memang bekerja untuk menghibur tamu yang datang. "Gila lo, Aldi. Baru kemarin menikah udah nyari cewek aja Lo disini." Ucap, Anton teman tongkrongan Aldi. "Bodo amat, bro. Gue gak peduli sama itu cewek." Jawab, Aldi yang sudah mulai meracau karena efek alkohol. "Terus apa gunanya lo nikah kalau masih main perempuan di luar?" "Itu urusan gue, bukan urusan kalian semua. Ngerti?" Aldi yang memang keras kepala tidak akan bisa dinasehati, apalagi oleh teman sebayanya. Semua temen-temen Aldi akhirnya pulang, mereka juga mengajak Aldi untuk ikut pulang bersama mereka. Namun, Aldi menolak. "Kalian kalau mau pulang, pulang aja duluan. Gue masih mau disini." Ucap Aldi. Akhirnya mereka meninggalkan, Aldi sendirian dengan tiga orang wanita cantik dan juga seksi. Mereka menggunakan pakaian yang begitu ketat dan pendek. Aldi yang sedang mabuk menatap ketiga wanita itu dengan tatapan penuh nafsu. Perlahan, ia meraba paha seksi salah satu dari mereka. "Kalian berdua mending pergi deh, sepertinya dia tertarik padaku!" Ucap, Sandra yang mengusir kedua temannya. Sandra yang memang menyukai Aldi sejak pertama kali ia melihat Aldi datang ke Bar merasa menang, karena selama ini ketika Sandra ingin mendekati Aldi teman-temannya yang lebih cantik darinya selalu lebih dulu mendekati Aldi. "Pak, tolong bantu saya membawa laki-laki ini ke mobilnya!" Perintah, Sandra pada petugas keamanan disana. "Mbak kenal sama Mas nya?" Tanya petugas keamanan tersebut. "Kenal, bapak tenang saja. Ayo pak bantu saya membawanya ke mobil." Sesampainya ke parkiran... "Mobilnya yang mana, Mbak?" Sandra menoleh kiri, kanan mencari keberadaan mobil Aldi. Karena sering melihat Aldi datang, Sandra sampai hafal yang mana mobilnya Aldi. Apalagi sekarang kunci mobilnya sudah di tangan Sandra. "Itu, Pak." Tunjuk Sandra ke arah mobil milik Aldi. Mereka berjalan menuju mobil dengan membawa Aldi yang terlihat sedang mabuk berat. "Makasih ya, Pak. Ini buat bapak." Sandra memberikan uang lima puluh ribu rupiah sebagai tanda terima kasih. "Sama-sama, Mbak. Uangnya saya terima." Sandra membawa, Aldi ke sebuah hotel yang tidak jauh dari Bar. Sandra mengaku bahwa Aldi adalah suaminya sehingga petugas hotel mengijinkan mereka menginap. Melihat Sandra yang kesulitan membawa Aldi yang sedang mabuk, sehingga petugas hotel tidak terlalu banyak tanya pada Sandra, mereka percaya begitu saja ketika Sandra mengatakan bahwa mereka adalah suami istri. Setelah sampai di kamar hotel, Aldi tiba-tiba tidak sadarkan diri. Dengan sengaja Sandra membuka kancing kemeja Aldi lalu mereka berpose mesra. "Aku akan simpan foto ini, kali ini Mas Aldi gak mungkin berani nolak aku." Batin Sandra sambil menyunggingkan senyum di bibirnya. Aldi akhirnya sadar, namun karena masih ada pengaruh alkohol ia terlihat masih sempoyongan. Kemudian, Sandra memberikan minuman teh hangat pada Aldi yang di dalamnya sudah diberikan obat oleh Sandra. "Kamu siapa?" Tanya, Aldi yang merasa asing dengan wanita yang ada dihadapannya. "Sudahlah, Mas. Kamu minum dulu tehnya, nanti keburu dingin." Aldi terlihat seperti orang yang sedang kebingungan, namun ia tetap meminum teh yang diberikan oleh Sandra. Setelah obatnya bereaksi, Aldi menatap Sandra dengan buas. Sandra tersenyum senang, karena rencananya berhasil. Tanpa berpikir panjang, Aldi langsung mendekap Sandra dan mencumbuinya dengan brutal. Tangannya dengan cekatan melepaskan seluruh pakaian Sandra. Akhirnya mereka berdua sudah sama-sama polos. Terjadilah adegan panas antara mereka yang memang sudah direncanakan oleh Sandra. Di kediaman orang tua Aldi, Kirana masih menunggu suaminya pulang. "Sekarang ponselnya malah gak aktif, sebenarnya kamu ke mana Mas?" Kirana yang sedang bingung dan juga mengkhawatirkan suaminya, akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar ibu mertuanya. "Ibu marah gak ya kalau aku ganggu tengah malam begini, ibu juga pasti sudah tidur. Tapi gak ada salahnya aku coba bertanya, siapa tau tadi Mas Aldi pamit sama Ibu." Tok...tok...tok... "Ibu, ini aku Kirana." Hening, tidak ada terdengar suara apapun. Aku coba deh sekali lagi. "Ibu, maaf mengganggu. Apa ibu sudah tidur?" Teriak, Kirana dari depan pintu. "Aku mendengar seperti ada suaranya, atau jangan-jangan maling." Bu, Nuri menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 11 malam. "Bu, ini aku. Kirana." "Astaga, Kirana. Hampir saja aku jantungan karena ketakutan." Bu, Nuri dengan malasnya berjalan ke arah pintu... "Ada apa malam-malam begini kamu mengganggu, apa kamu gak tau ini sudah jam berapa. Baru juga sehari tinggal disini sudah mau bikin ulah, dasar menantu tidak tau sopan santun." Cerca, bu Nuri tanpa memikirkan perasaan menantunya. "Maaf, buk. Kirana tau kalau gak sopan, tapi Kirana sedang mengkhawatirkan Mas Aldi yang sampai jam segini belum pulang. Apa ibu tau, Mas Aldi pergi ke mana?" "Mana ibu tau, itukan suami kamu masa nanya ke ibu. Makanya kalau punya suami itu diurus yang bener, jadinya gak keluyuran begini." "Bu, tapi Mas Aldi pergi gak pamit. Kalau aku tau pasti sudah aku larang, apalagi cuma pergi karena urusan yang gak penting." "Suami pergi ke mana saja kamu gak tau, istri macam apa kamu, gak usah terlalu mengatur hidup Aldi. Dia itu sudah dewasa, nanti juga bisa pulang sendiri." "Tapi, buk..." "Sudah, ibu ngantuk mau tidur." Bu, Nuri sengaja menutup pintu kamarnya dengan kencang sehingga membuat Kirana mengelus dada. Sebenarnya hati Kirana dongkol mendengar cacian ibu mertuanya, tapi apa boleh buat. Kirana juga tidak berani melawan, ia takut dikatakan menantu durhaka. Kirana kembali ke kamarnya, ia terus menatap jam di ponselnya. Bahkan sudah hampir 1 jam, Kirana mondar mandir di kamarnya berharap Aldi akan pulang. Setelah lelah menunggu, akhirnya Kirana tertidur dengan memegang ponsel di tangannya...sejak tadi ia menunggu kabar dari suaminya. Pagi harinya, ketika Aldi bangun ia merasa kaget ada wanita disampingnya. Dan wanita itu bukan istrinya. Sandra tiba-tiba membuka matanya, "sudah bangun, Mas?" "Siapa kamu sebenarnya, kenapa aku bisa berada disini bersamamu. Apa yang sebenarnya sudah terjadi diantara kita?" Tanya Aldi yang merasa aneh bagaimana bisa ia berada ditempat ini. "Mas, pelan-pelan dong kalau nanya. Sebenarnya semalam kamu mabuk berat dan aku hanya berniat menolong. Aku membawa Mas ke hotel ini karena memang aku tidak tau di mana alamat rumah kamu, Mas. Tapi saat aku ingin keluar, kamu malah menarik tanganku dan memaksaku melakukannya sampai aku gak bisa menolaknya." Jawab Sandra dengan mengarang cerita bohong. "Jadi semalam kita melakukannya?" "Iya, Mas." Aldi tertunduk lemas, ia memang sering bermain banyak wanita. Tapi tidak pernah sampai menidurinya. "Mas, mau tanggung jawab kan?" Tanya, Sandra dengan percaya dirinya. "Bagaimana mungkin aku bisa bertanggung jawab, sementara aku sendiri sudah menikah... Kalau sampai istriku tau bisa-bisa dia langsung minta cerai." "Terus kamu mau lepas tanggung jawab begitu saja, Mas?" Sandra sampai meneteskan air mata yang memang sengaja dibuat-buat. Sejak Aldi datang ke Bar malam itu, Sandra sudah mengetahui dari cerita temen Aldi, bahwa Aldi baru saja menikah. Akan tetapi Sandra justru berniat ingin merebut Aldi dari istrinya. "Lupakan saja kejadian semalam, lagi pula semua terjadi karena aku sedang tidak sadar. Aku harus segera pulang, permisi." Ucap Aldi sambil berjalan meninggalkan kamar hotel tanpa rasa bersalah. "Mas, tunggu. Kalau kamu gak mau tanggung jawab aku akan datang ke rumah mu dan menceritakan semuanya pada istrimu." Ancam Sandra sambil berteriak. Aldi yang sudah sampai di depan pintu hendak keluar tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah Sandra "Berani kamu mengancamku, dasar wanita jalang." Bentak Aldi. "Kurang ajar kamu, Mas. Kamu jahat, liat saja apa yang bisa aku lakukan." Aldi bergegas keluar dari hotel menuju mobilnya, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi saat mengingat bahwa dirinya tidak pulang semalam. Sesampainya Aldi di rumah, ia melihat Kirana yang sedang menata sarapan di meja makan. Tiba-tiba, Kirana menoleh... "Mas, sudah pulang? Aku sangat mengkhawatirkan kamu Mas," Kirana berlari kecil ke arah suaminya. " Gak perlu khawatir, kamu liat sendiri Mas baik-baik saja. Mas mau ke kamar dulu." "Mas, tunggu. Sebenarnya semalam kamu ke mana, kenapa gak pulang?" Tanya Kirana, ia sangat penasaran ke mana sebenarnya suaminya pergi. Aldi yang sedang berjalan, tiba-tiba berhenti lalu menoleh ke arah Kirana. "Mas menginap di rumah teman." Jawab Aldi singkat. "Tapi kenapa kamu gak kabarin aku, Mas. Paling gak kamu kirim pesan ke aku." "Kamu gak percaya sama suami kamu?" "Mas, kita ini baru saja menikah. Gak seharusnya kamu tidur di rumah teman kamu, dan mengabaikan aku. Ditambah lagi Mas perginya gak pamit." "Ya udah oke, Mas minta maaf." Aku gak tau sebenernya apa salahku, Mas. Kamu berubah setelah kita menikah, padahal dulu kamu yang selalu peduli dan perhatian padaku. Setelah selesai menata makanan di atas meja, Kirana menyusul suaminya ke kamar. Ternyata Aldi sedang mandi, kemudian Kirana menyiapkan baju kerja untuk suaminya. Tring.... Terdengar notif pesan masuk melalui aplikasi hijau di handphone Aldi. Kirana sedikit mengintip pesan tersebut ternyata dari nomor tidak di kenal. Tapi, yang membuat Kirana heran kenapa dia bilang minta pertanggung jawaban sama Mas Aldi. Kirana hanya membaca sedikit dari pesan tersebut, saat ia hendak melihat dan membuka kunci handphone nya gagal. "Ternyata, Mas Aldi sudah menggantinya." Apakah Sandra akan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga Aldi dan Kirana...?Kirana dikejutkan dengan Aldi yang tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Ia segera meletakkan ponsel Aldi di sebarang tempat."Sudah selesai mandinya, Mas? Ini aku sudah siapkan pakaian kerjanya Mas. Setelah itu kita sarapan bersama." "Aku hari ini gak kerja, tolong siapkan baju rumahan di lemari sebelah sana!" Tunjuk Aldi ke arah lemari yang ia maksud."Bukannya hari ini kamu sudah mulai bekerja kembali, Mas?" Tanya Kirana."Aku masih libur, Minggu depan baru masuk kantor lagi." Jawab Aldi dengan santainya, padahal baru kemarin ia mengatakan jatah cutinya hanya dua hari."Jadi kamu membohongi aku, Mas?" "Kalau aku gak berbohong, kamu pasti menolak untuk pulang cepat ke rumah ibuku.""Keterlaluan kamu, Mas. Padahal orang tuaku ingin kita sedikit lebih lama berada di sana.""Memangnya salah jika aku mengajak kamu ke sini. Disini juga rumah Ibu.""Sudahlah, Mas. Aku malas berdebat."Kirana pergi menuju ke ruang makan setelah menyiapkan kembali baju ganti yang diminta oleh Aldi.Saat di
Sandra telah mengirimkan lokasi pertemuan mereka, mereka akan bertemu di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari tempat tinggal Sandra.Kirana melihat gelagat suaminya merasa curiga, apalagi semenjak ia melihat pesan yang meminta suaminya untuk tanggung jawab. Di tambah lagi ia mendengar suaminya yang sedang menghubungi seseorang dan terlihat sangat marah.Kirana sengaja tidak menyinggung apapun tentang pesan itu ke suaminya. Ia takut nantinya akan terjadi salah paham yang dapat menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga mereka.Malam hari, setelah Kirana selesai melaksanakan sholat isya', ia memakai pakaian tidur pendek dan sedikit menerawang. Aldi yang berada di atas ranjang tempat tidur memandang istrinya dengan penuh senyuman. "Waw... Istriku cantik banget" puji Aldi"Biasa aja, Mas. Gak usah gombal."Tanpa berpikir lama, akhirnya Aldi menarik dan mengukung Kirana di bawahnya. Kirana tentu sudah tidak dapat berkutik lagi.Dengan sangat bernafsu, Aldi mencumbui setiap inci tubuh
“Kamu belum tidur, Sayang?” Tanya Aldi.“Aku nungguin kamu, Mas. Kita ini masih pengantin baru, tapi kamu pergi-pergi terus, sebenarnya apa yang kamu lakukan di luaran sana?” Tanya balik Kirana.“Mas diundang makan malam sama bos di kantor.” Jawab Aldi beralasan.“Selarut ini, Mas?” Tanya Kirana tak percaya.“Sudahlah, Mas ngantuk.” Jawab Aldi kemudian tidur membelakangi, Kirana.Seketika, Kirana meneteskan air mata, ia tak menyangka ternyata begini sifat asli suaminya. “Entah kenapa firasatku mengatakan kamu sedang berbohong, Mas.” Ucap Kirana dalam hati dengan masih berlinang air mata.Tiba-tiba terdengar ponsel, Aldi yang terus berbunyi tanda pesan masuk. Namun diabaikan oleh, Aldi. Sepertinya dia benar-benar tertidur sehingga tak menyadari ada pesan masuk.Setelah memastikan, Aldi benar-benar tidur, Kirana pelan-pelan mengambil ponsel milik suaminya. Ia penasaran siapa yang mengirimkan pesan tengah malam begini, Kirana mencoba beberapa kali membuka sandi ponsel suaminya, mulai dar
Kehidupan, Kirana sangat berbeda dari sebelum ia menikah dengan, Aldi. Bukannya bahagia, Kirana justru hidup menderita. Rasanya ingin sekali, Kirana menelpon dan mengadu pada orang tuanya, tapi ia mengurungkan niatnya. Biar bagaimanapun ia sudah berumah tangga, ia harus ikhlas menjalani ini semua. Selain itu, Kirana tak ingin membuat orang tuanya khawatir, apalagi yang mereka tau, Aldi adalah laki-laki yang baik.“Kamu kenapa?” Tanya Aldi saat melihat, Kirana masuk kamar dengan mata yang masih merah karena habis menangis.“Ibu melarang aku makan, Mas. Padahal aku sangat lapar, kamu bahkan tak menyisakan sarapan pagi untukku, dan saat aku hendak makan, Ibu datang dan membuang makananku.” Ujar Kirana berharap, Aldi membelanya.“Lagian kamu kenapa gak ikut sarapan, malah nyalahin, Ibuku.” Jawab Aldi.“Mas, kenapa kamu tidak mengerti perasaanku, Ibu selalu menyalahkan aku dan suka marah-marah.” “Sudahlah, Kirana. Kalau kamu menjadi menantu yang baik, gak mungkin, Ibu marah-marah.” Ucap A
Sebagai seorang istri sekaligus menantu yang tinggal seatap dengan mertua, Kirana kini bisa merasakan apa yang pernah teman-temannya ceritakan bahwa tidak ada mertua yang benar-benar bisa menyayangi menantunya.Dulu aku mengelak dengan pernyataan itu, aku selalu membanggakan calon ibu mertua dan juga iparku pada teman-teman kantorku sebelum aku mengundurkan diri. Kini aku justru merasakan itu semua, Dengan derai air mata aku berusaha menguatkan diriku sendiri. Karena suamiku sendiri enggan untuk membelaku di depan, Ibu Mertua dan kedua iparku.“Kenapa nasibku begini, Tuhan. Aku baru saja tinggal beberapa hari disini, tapi tempat ini sudah seperti neraka.”Tiba-tiba terdengar seseorang membuka gagang pintu, Kirana bergegas menghapus air matanya karena tak ingin terlihat menangis.“Ibu manggil tuh, disuruh beresin piring kotor bekas sarapan tadi.” Ucap Aldi, lalu ia langsung berbaring di atas tempat tidur.“Kenapa harus aku, Mas? Kan ada, Tania.” Jawab Kirana.Kemudian, Aldi langsung be
Tama mendorong tubuh, Sandra hingga ia tersungkur di lantai. Sandra merasakan sakit di lututnya, namun ia tetap tersenyum senang.“Mas, kamu jahat banget. Tolongin, ini sakit.” Ucap Sandra bersandiwara.“Sayang, ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku tidak mengenal perempuan ini, dia tiba-tiba ingin bertemu denganku hari ini.” Terang Tama.“Gak kenal kamu bilang, Mas. Kalian saling berpelukan tapi kamu masih berani bilang tidak mengenal wanita ini?” Tanya Ratih merasakan sesak di dada.“Aku gak bohong, Sayang, kamu harus percaya.” “Mas, tega kamu ya berpura-pura tidak mengenalku. Bukankah ini bukan pertemuan pertama kita.” Sahut Sandra semakin memperkeruh keadaan.“Cukup, apa mau kamu sebenarnya.” Bentak Tama.“Kamu yang cukup, Mas. Jadi selama ini kalian bermain api di belakangku, tega kamu, Mas. Dan kamu wanita tidak tau diri, dia ini laki-laki beristri. Masih banyak laki-laki lajang di luaran sana.” Ratih berusaha menahan air matanya, hatinya teramat sakit menerima kenyataannya in
Entah apa yang sebenarnya keluarga ini inginkan, mereka selalu memperlakukanku dengan buruk di rumah ini, padahal sebelum aku menikah dengan, Mas Aldi mereka semua bersikap sangat baik. Aku benar-benar dibuat bingung, apalagi sekarang suamiku justru mengganggu, Mas Tama dan Mbak Ratih. Rasanya aku sangat ingin bertanya langsung pada suamiku, namun aku khawatir ia melakukan hal yang lebih jika mengetahui aku sudah mulai mencurigainya.“Dari mana kamu, Ki?” Tanya Aldi saat, Kirana baru saja masuk kamar.“Dari depan bantuin, Ibu angkat belanjaannya.” Jawab Kirana.“Kamu kenapa lancang mengangkat handphone, Mas?” “Maksud, Mas Aldi apa? Aku gak ngerti.”“Jangan bohong kamu, Ki. Kalau bukan kamu yang angkat lalu siapa?” Tanyanya lagi.“Ya mana aku tau, bukannya handphone, Mas selalu terkunci. Kenapa sekarang jadi menuduhku?” Jawab Kirana berbohong.“Tapi disini terlihat jelas ada notifikasi panggilan masuk dan diangkat.”“Siapa tau, Mas yang angkat sendiri. Mas ngigau kali.”“Masa orang me
Kirana pulang dengan perasaan campur aduk, kecewa, marah dan sakit hati dengan semua yang sudah ia dengar. Suami yang seharusnya melindungi istrinya justru ia yang paling menyakiti. Pernikahan macam apa ini, sebenarnya apa tujuan kamu menikah denganku, Mas?Kirana pulang naik taksi, dengan berlinang air mata ia tetap berusaha kuat. Ingin sekali aku mengadu pada kedua orang tuaku, tapi mereka pasti akan kecewa. Aku takut darah tinggi, Bapak kumat lagi.“Dari mana kamu, Kirana?” Tanya Nuri melihat menantunya turun dari mobil.“Dari luar, Bu.” Jawab Kirana lalu pergi ke kamarnya.“Mbak, Kirana kenapa, Bu? Matanya sembab begitu seperti habis nangis.” Tanya Tania pada Ibunya “Ibu juga gak tau, tadi, Ibu liat dia baru saja pulang diantar taksi.” Jawab Nuri.“Aneh, pulang-pulang malah nangis. Jadi penasaran dia dari mana.” Ujar Tania.Tak berselang lama, Aldi pulang. Nuri dan Tania yang masih berada di ruang tamu siap mengintrogasi, Aldi.“Aldi sini cepetan.” Panggil Nuri padahal, Aldi baru
Aldi tidak menyangka, Kinanti sudah mengetahui semuanya, atau jangan-jangan, Kinanti memang pergi mengikutiku bertemu dengan, Sandra tadi. Aldi mencoba berkelit, ia tidak mau semua yang sudah direncanakannya gagal hanya karena, Kirana sudah mengetahui semuanya.“Sa,,,Sandra siapa, Sayang. Aku tidak mengerti maksud kamu?” Jawab Aldi gugup. “Ya ampun, kenapa aku bisa keceplosan begini.” Batin Kirana.“Itu, Mas. Maksud aku, siapa tau, Mas Aldi kenal sama, Sandra. Soalnya dulu kan, Mas Aldi pernah bilang punya teman namanya, Sandra.” Jawab Kirana berharap suaminya percaya.Aldi kembali mengingat-ingat, ternyata benar dia pernah mengatakan itu pada, Kirana. Tapi apa mungkin itu yang dimaksud, Kirana. Aku harus lebih hati-hati sekarang, jangan sampai, Kirana curiga.“Gak mungkin lah, Sayang. Sandra temanku itu sudah menikah dan punya anak, gak mungkin dia mau menjalin hubungan sama suami orang.” Jawab Aldi.“Siapa tau aja, Mas, kalau memang benar aku kan bisa minta tolong kamu buat ngasih
Kirana pulang dengan perasaan campur aduk, kecewa, marah dan sakit hati dengan semua yang sudah ia dengar. Suami yang seharusnya melindungi istrinya justru ia yang paling menyakiti. Pernikahan macam apa ini, sebenarnya apa tujuan kamu menikah denganku, Mas?Kirana pulang naik taksi, dengan berlinang air mata ia tetap berusaha kuat. Ingin sekali aku mengadu pada kedua orang tuaku, tapi mereka pasti akan kecewa. Aku takut darah tinggi, Bapak kumat lagi.“Dari mana kamu, Kirana?” Tanya Nuri melihat menantunya turun dari mobil.“Dari luar, Bu.” Jawab Kirana lalu pergi ke kamarnya.“Mbak, Kirana kenapa, Bu? Matanya sembab begitu seperti habis nangis.” Tanya Tania pada Ibunya “Ibu juga gak tau, tadi, Ibu liat dia baru saja pulang diantar taksi.” Jawab Nuri.“Aneh, pulang-pulang malah nangis. Jadi penasaran dia dari mana.” Ujar Tania.Tak berselang lama, Aldi pulang. Nuri dan Tania yang masih berada di ruang tamu siap mengintrogasi, Aldi.“Aldi sini cepetan.” Panggil Nuri padahal, Aldi baru
Entah apa yang sebenarnya keluarga ini inginkan, mereka selalu memperlakukanku dengan buruk di rumah ini, padahal sebelum aku menikah dengan, Mas Aldi mereka semua bersikap sangat baik. Aku benar-benar dibuat bingung, apalagi sekarang suamiku justru mengganggu, Mas Tama dan Mbak Ratih. Rasanya aku sangat ingin bertanya langsung pada suamiku, namun aku khawatir ia melakukan hal yang lebih jika mengetahui aku sudah mulai mencurigainya.“Dari mana kamu, Ki?” Tanya Aldi saat, Kirana baru saja masuk kamar.“Dari depan bantuin, Ibu angkat belanjaannya.” Jawab Kirana.“Kamu kenapa lancang mengangkat handphone, Mas?” “Maksud, Mas Aldi apa? Aku gak ngerti.”“Jangan bohong kamu, Ki. Kalau bukan kamu yang angkat lalu siapa?” Tanyanya lagi.“Ya mana aku tau, bukannya handphone, Mas selalu terkunci. Kenapa sekarang jadi menuduhku?” Jawab Kirana berbohong.“Tapi disini terlihat jelas ada notifikasi panggilan masuk dan diangkat.”“Siapa tau, Mas yang angkat sendiri. Mas ngigau kali.”“Masa orang me
Tama mendorong tubuh, Sandra hingga ia tersungkur di lantai. Sandra merasakan sakit di lututnya, namun ia tetap tersenyum senang.“Mas, kamu jahat banget. Tolongin, ini sakit.” Ucap Sandra bersandiwara.“Sayang, ini tidak seperti yang kamu lihat. Aku tidak mengenal perempuan ini, dia tiba-tiba ingin bertemu denganku hari ini.” Terang Tama.“Gak kenal kamu bilang, Mas. Kalian saling berpelukan tapi kamu masih berani bilang tidak mengenal wanita ini?” Tanya Ratih merasakan sesak di dada.“Aku gak bohong, Sayang, kamu harus percaya.” “Mas, tega kamu ya berpura-pura tidak mengenalku. Bukankah ini bukan pertemuan pertama kita.” Sahut Sandra semakin memperkeruh keadaan.“Cukup, apa mau kamu sebenarnya.” Bentak Tama.“Kamu yang cukup, Mas. Jadi selama ini kalian bermain api di belakangku, tega kamu, Mas. Dan kamu wanita tidak tau diri, dia ini laki-laki beristri. Masih banyak laki-laki lajang di luaran sana.” Ratih berusaha menahan air matanya, hatinya teramat sakit menerima kenyataannya in
Sebagai seorang istri sekaligus menantu yang tinggal seatap dengan mertua, Kirana kini bisa merasakan apa yang pernah teman-temannya ceritakan bahwa tidak ada mertua yang benar-benar bisa menyayangi menantunya.Dulu aku mengelak dengan pernyataan itu, aku selalu membanggakan calon ibu mertua dan juga iparku pada teman-teman kantorku sebelum aku mengundurkan diri. Kini aku justru merasakan itu semua, Dengan derai air mata aku berusaha menguatkan diriku sendiri. Karena suamiku sendiri enggan untuk membelaku di depan, Ibu Mertua dan kedua iparku.“Kenapa nasibku begini, Tuhan. Aku baru saja tinggal beberapa hari disini, tapi tempat ini sudah seperti neraka.”Tiba-tiba terdengar seseorang membuka gagang pintu, Kirana bergegas menghapus air matanya karena tak ingin terlihat menangis.“Ibu manggil tuh, disuruh beresin piring kotor bekas sarapan tadi.” Ucap Aldi, lalu ia langsung berbaring di atas tempat tidur.“Kenapa harus aku, Mas? Kan ada, Tania.” Jawab Kirana.Kemudian, Aldi langsung be
Kehidupan, Kirana sangat berbeda dari sebelum ia menikah dengan, Aldi. Bukannya bahagia, Kirana justru hidup menderita. Rasanya ingin sekali, Kirana menelpon dan mengadu pada orang tuanya, tapi ia mengurungkan niatnya. Biar bagaimanapun ia sudah berumah tangga, ia harus ikhlas menjalani ini semua. Selain itu, Kirana tak ingin membuat orang tuanya khawatir, apalagi yang mereka tau, Aldi adalah laki-laki yang baik.“Kamu kenapa?” Tanya Aldi saat melihat, Kirana masuk kamar dengan mata yang masih merah karena habis menangis.“Ibu melarang aku makan, Mas. Padahal aku sangat lapar, kamu bahkan tak menyisakan sarapan pagi untukku, dan saat aku hendak makan, Ibu datang dan membuang makananku.” Ujar Kirana berharap, Aldi membelanya.“Lagian kamu kenapa gak ikut sarapan, malah nyalahin, Ibuku.” Jawab Aldi.“Mas, kenapa kamu tidak mengerti perasaanku, Ibu selalu menyalahkan aku dan suka marah-marah.” “Sudahlah, Kirana. Kalau kamu menjadi menantu yang baik, gak mungkin, Ibu marah-marah.” Ucap A
“Kamu belum tidur, Sayang?” Tanya Aldi.“Aku nungguin kamu, Mas. Kita ini masih pengantin baru, tapi kamu pergi-pergi terus, sebenarnya apa yang kamu lakukan di luaran sana?” Tanya balik Kirana.“Mas diundang makan malam sama bos di kantor.” Jawab Aldi beralasan.“Selarut ini, Mas?” Tanya Kirana tak percaya.“Sudahlah, Mas ngantuk.” Jawab Aldi kemudian tidur membelakangi, Kirana.Seketika, Kirana meneteskan air mata, ia tak menyangka ternyata begini sifat asli suaminya. “Entah kenapa firasatku mengatakan kamu sedang berbohong, Mas.” Ucap Kirana dalam hati dengan masih berlinang air mata.Tiba-tiba terdengar ponsel, Aldi yang terus berbunyi tanda pesan masuk. Namun diabaikan oleh, Aldi. Sepertinya dia benar-benar tertidur sehingga tak menyadari ada pesan masuk.Setelah memastikan, Aldi benar-benar tidur, Kirana pelan-pelan mengambil ponsel milik suaminya. Ia penasaran siapa yang mengirimkan pesan tengah malam begini, Kirana mencoba beberapa kali membuka sandi ponsel suaminya, mulai dar
Sandra telah mengirimkan lokasi pertemuan mereka, mereka akan bertemu di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari tempat tinggal Sandra.Kirana melihat gelagat suaminya merasa curiga, apalagi semenjak ia melihat pesan yang meminta suaminya untuk tanggung jawab. Di tambah lagi ia mendengar suaminya yang sedang menghubungi seseorang dan terlihat sangat marah.Kirana sengaja tidak menyinggung apapun tentang pesan itu ke suaminya. Ia takut nantinya akan terjadi salah paham yang dapat menyebabkan pertengkaran dalam rumah tangga mereka.Malam hari, setelah Kirana selesai melaksanakan sholat isya', ia memakai pakaian tidur pendek dan sedikit menerawang. Aldi yang berada di atas ranjang tempat tidur memandang istrinya dengan penuh senyuman. "Waw... Istriku cantik banget" puji Aldi"Biasa aja, Mas. Gak usah gombal."Tanpa berpikir lama, akhirnya Aldi menarik dan mengukung Kirana di bawahnya. Kirana tentu sudah tidak dapat berkutik lagi.Dengan sangat bernafsu, Aldi mencumbui setiap inci tubuh
Kirana dikejutkan dengan Aldi yang tiba-tiba membuka pintu kamar mandi. Ia segera meletakkan ponsel Aldi di sebarang tempat."Sudah selesai mandinya, Mas? Ini aku sudah siapkan pakaian kerjanya Mas. Setelah itu kita sarapan bersama." "Aku hari ini gak kerja, tolong siapkan baju rumahan di lemari sebelah sana!" Tunjuk Aldi ke arah lemari yang ia maksud."Bukannya hari ini kamu sudah mulai bekerja kembali, Mas?" Tanya Kirana."Aku masih libur, Minggu depan baru masuk kantor lagi." Jawab Aldi dengan santainya, padahal baru kemarin ia mengatakan jatah cutinya hanya dua hari."Jadi kamu membohongi aku, Mas?" "Kalau aku gak berbohong, kamu pasti menolak untuk pulang cepat ke rumah ibuku.""Keterlaluan kamu, Mas. Padahal orang tuaku ingin kita sedikit lebih lama berada di sana.""Memangnya salah jika aku mengajak kamu ke sini. Disini juga rumah Ibu.""Sudahlah, Mas. Aku malas berdebat."Kirana pergi menuju ke ruang makan setelah menyiapkan kembali baju ganti yang diminta oleh Aldi.Saat di