Istri Cantikku Ternyata Lampir

Istri Cantikku Ternyata Lampir

Oleh:  Zi Aldina  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
48Bab
1.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kehidupan naas menimpa putri cantik dari kerajaan Champa berbama Siti. Dia mencoba menghidupkan kekasihnya yang terbunuh dengan menukar kecantikannya. Malang nasib Siti, setelah sehat Kumbang malah meninggalkannya. Siti yang sakit hati menjadi penyihir jahat bernama Lampir untuk membalas dendam kepada Kumbang. Sayangnya, ada yang menolong kumbang dengan membuang Siti ke masa depan tanpa kekuatan. Di masa depan Siti hidup menjadi gelandangan yang diselamatkan oleh Bima; seorang agen mata-mata kepolisian yang hampir saja dipecat karena segudang masalahnya. Untuk membalas jasa, Siti pun terlibat dalam pekerjaan Bima yang akhirnya memunculkan benih-benih cinta di antara mereka. Bagaimana kalau Bima tahu sebenarnya Siti adalah Lampir si penyihir melegenda? akankah Bima menerima jati dirinya atau sama seperti Kumbang yang menyakitinya? Akankah Siti bisa kembali ke dunianya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Alnayra
aku gemes baca cerita ini
2023-07-11 08:56:06
1
user avatar
Inthary
ceritanya seru Thor. Ampe lupa kalau udah abis babnya
2023-07-04 22:03:05
1
48 Bab

1. Hilangnya Sang Putri

Semua orang mempunyai kotak kecil terkunci di dalam sebuah ruang bernama, “rahasia.” Pernahkah terpikir olehmu bagaimana tetanggamu yang ketampanannya bak Lee Dong Wook ternyata seorang pendekar mabuk, atau pernahkah kamu mengetahui kalau temanmu yang kuper ternyata adalah manusia Kalong Super. Ya, semua tertutup rapat dalam kotak pendora terkunci yang ada di dalam memori otak manusia. Seperti halnya seorang pemulung bernama Siti.“Orang gila ... orang gila ...” para bocah mengekori Siti ketika memasuki area perumahan warga. Bagaimana tidak disebut orang gila, meski waras Siti tidak punya uang untuk sekedar membeli pakaian. Dia selalu menambal pakaiannya yang sobek. Begitu juga dengan sepatu hasil curiannya yang sudah lama menganga menampakkan jari-jarinya.“Eh, dia bukan orang gila ...” Ajun bocah gembul menjatuhkan bungkusan tahu bulatnya begitu melihat Siti di depan mata. Dia mengernyit lalu mengumpat di belakang tubuh Dodo.“Lu kenapa sih?!” tanya Dodo tak ingin Ajun menggelandoti
Baca selengkapnya

2. Demi Cinta

Siti tidak dapat hidup tanpa Kumbang. Dia terus mencari kekasihnya yang hilang. Tidak kalah pun dia dengan kesusahan meski harus meninggalkan harta dan takhtanya, Siti rela asalkan bisa bersama Kumbang. Suatu hari ketika perdagangan asing di buka. Diam-diam Siti mengikut kapal pelayaran ke Nusantara tepatnya ke pulau Sumatra. Dari mulut ke mulut Siti mendengar kabar kalau Datuk termasyhur itu tidak lagi tinggal di Minang Kabau, dia menghilang, benar-benar menghilang.“Kau dengar kemarin baru saja terjadi perampokan lagi di kampung kita.”“Iya, sekarang sering sekali terjadi hal meresahkan di sini. Perampokanlah, penculikan anak gadis, sampai anak bayi pun jadi korban.”“Itulah, semenjak Datuk Kumbang pergi dari kampung, banyak penjahat yang berdatangan.”Siti yang tengah minum di warung makan menjadi tertarik dengan percakapan lelaki di sebelahnya. Dia sedikit mendekat ke arah para pemuda itu. “Adakah Tuan sekalian tahu keberadaan Datuk Kumbang sekarang?”Para pemuda di samping Siti m
Baca selengkapnya

3. Kejam

Berdarah-darahlah dada itu. Kumbang menunduk menengok luka yang seketika membuat lumpuh tubuhnya. Dipegangnya panah sembari menengadahkan kepala menatap kekasihnya. Matanya memerah, mulutnya bergetar mengucap, “Dinda ....”Siti terkesiap menangkap tubuh roboh Kumbang. Pandangannya berkeliling berupaya mencari bantuan di tengah hiruk pikuk pertempuran. Tidak ada, tidak ada yang bisa menolong kumbang bahkan ketika sekuat tenaga Siti menyalurkan tenaga dalamnya.Kumbang memucat, bibirnya melirih pelan, “Din-da ....”“Datuk, bertahanlah. Bertahan, kita tak akan terpisah lagi selepas ini.” Siti masih terus berusaha memulihkan Kumbang yang terkena panah beracun. Racun yang dibubuhkan Serintil pada ujung tombak, pedang dan anak panah pasukannya.“Meski keadaannya seperti ini. Awak bersyukur masih bisa dipertemukan dengan Dinda.” Tangan gemetar Kumbang terangkat bermaksud menyeka air mata kekasihnya. Namun belum juga sampai, kelopak mata kumbang mengatup. Tangannya jatuh tergelepai menyentuh
Baca selengkapnya

4. Dendam

Setahun berlalu, Siti memberi waktu untuk Kumbang berpikir, ya mungkin dia akan berpikir dan tersadar jika Siti adalah wanita si buruk rupa yang sebenarnya sangat Kumbang cintai. Cinta pasti akan membawa Kumbang kembali kepada Siti. Dia meyakini itu sampai rasa rindunya tidak dapat terbendung lagi. Siti pun memutuskan untuk menengok Kumbang di kampung halamannya.Siti tahu penampilannya pasti akan menarik perhatian. Dia menutupi segala keburukan yang ada pada tubuhnya dengan jubah. Menutupi wajahnya dengan kerudung berwarna hijau yang dililitkan dari hidung sampai leher. Beberapa malam Siti datang ke desa Umayang hanya untuk menengok kumbang dari kejauhan. Setelah dia memastikan Kumbang baik-baik saja, hatinya pun lega untuk meninggalkan.Saat Siti hendak pulang, dia melihat seorang gadis yang sedang dicekik oleh siluman berkekuatan hitam. Siluman itu menghirup sari pati sang gadis hingga kulitnya menjadi kisut. Sontak Siti berlari bermaksud mengusir siluman jahat tadi.“Lepaskan dia!
Baca selengkapnya

5. Dunia Baru

Sejak saat itu, saat semua orang menganggapnya adalah penyihir jahat--Lampir benar-benar mengikuti saran Serintil. Tidak ada gunanya menjadi manusia baik, bila tidak ada yang mempercayai dirinya adalah makhluk baik. Untuk apa ilmu yang dia pelajari selama ini kalau bukan untuk menguasai dunia. Menyingkirkan manusia-manusia munafik, lelaki hidung belang dan para penguasa yang tamak harta. Tak terkecuali menyingkirkan semua orang yang menyakiti hatinya. Malam itu Siti menyelinap ke desa Umayang mengendap ke rumah Kumbang dan keluarga kecilnya. Melihat kekasihnya yang jahanam itu bersenda gurau dengan istri dan anaknya. Luntur sudah rasa cinta berganti kebencian yang tersirat dalam gelap bola mata Siti. “Datuk! Datuk!” seseorang mengetuk pintu rumah Kumbang. “Ada apa? Kenapa napas kau naik turun begitu?” tanya Kumbang saat mengetahui pemuda di depan pintu membungkuk memegangi lutut seolah telah menempuh jarak yang jauh untuk sampai. “Tadi, ada warga yang melihat Mak Lampir terbang mem
Baca selengkapnya

6. Derita Maling Kelas Teri

“Heh gelandangan, senaknya aja tidur di depan ruko! Pergi! Pergi sana!” teriakan lelaki gempal membangunkan pagi Siti yang terasa dingin. Dia mengucak mata terus terduduk belum sepenuhnya tersadar sampai si lelaki mengambil sapu dan memukulkan gagang sapu tadi ke lantai sambil berseru menggelegar, “disuruh pergi malah bengong! Lu tuli?! Cepetan pergi sana!” Mau tak mau Siti bangkit dari lantai. Dia mengikuti langkah kakinya entah ke mana tak ada tujuan. Teringat apa yang dikatakan oleh Nenek Serintil, bahwasanya dunia itu memanglah kejam. Manusia-manusia itu baik pada orang-orang berduit. Orang-orang yang mempunyai harta dan takhta, dan semua itu telah lenyap darinya. Perut Siti mulai tidak bersahabat. Lupalah dia belum makan sejak kemarin siang. Dilihatnya tukang jajanan di sepanjang jalan, lantas Siti meraba kantong bajunya yang bolong hingga jari-jari tangannya terlihat dari luar. Malang nian nasib mantan putri Champa dan penguasa kegelapan. Tak ada cara lain baginya untuk mengeny
Baca selengkapnya

7. Lelaki Beroda Dua

“Rupanya Lu malingnya! Ayo, bangun!” Bima menarik kasar Siti, wanita aneh bertubuh langsing layaknya wanita muda tapi berwajah tua. “Wah, memang harus diberi pelajaran! Kenapa lu nyuri?!”Siti tidak menjawab, dia merasa tidak perlu menjawab pertanyaan orang asing, apa gunanya? Melihat Siti diam saja, Bima merasa diremehkan. “Bukannya jawab! Lu tuli?!” hardik Bima, sebelah tangannya terangkat untuk memukul Siti. Tapi begitu mengingat dia perempuan, apalagi melihat luka-luka pada wajahnya, Bima menjadi tidak tega. “Gue tanya sekali lagi, kenapa lu nyuri?!”“Lapar! Saya lapar!” jawab Siti sambil membelalak.“Yang lu curi bukan makanan tapi perhiasan.” Untung perhiasan itu sudah dikembalikan warga pada pemiliknya dan si pemilik tidak membuat laporan lebih lanjut. Sayangnya Bima merasa perlu mengamankan pencuri seperti Siti yang mungkin akan berulah lagi.“Saya mencuri ya karena untuk ditukarkan makanan!” Perempuan itu memegang perutnya, Bima yakin dia memang kelaparan. Untuk apa juga Bim
Baca selengkapnya

8. Susu Buat Montok

“Terus enggak ada keluarganya yang lain?!” Bima mendesah lemah begitu tidak ada yang mau merawat bayi malang dalam gendongnya.“Enggak ada yang di Jakarta. Satu di luar negeri yang satunya lagi di Bengkulu. Lu aja Bim, masalahnya anak-anak gue hiperaktif semua. Takurnya malah dibuat mainan sama anak-anak, mana istri gue dagang. Enggak bisa lah. Coba tanya Siska.” Edo yang sedang mengetik laporan melirik Siska, polisi wanita yang baru saja datang.“Ada berita apa nih? Ih lucu banget.” Siska menaruh tasnya cepat-cepat begitu melihat bayi montok itu. “Anak siapa ini?”Bima langsung memberikan bayi itu pada Siska. “Anak korban kecelakaan. Enggak ada yang mau rawat. Lu aja ya, lagian cuma sementara kok sampai keluarganya datang.”“Eh, kok gitu!” Siska tampak keberatan.“Lu kan perempuan, masih single. Sedang kita ini laki-laki mana ngerti ngurus bayi,” timpal Edo yang langsung dapat tanggapan dari Siska.“Enggak bisa gitu dong. Lu kan tahu gue tinggal sendiri. Kalau gue tugas tiba-tiba, te
Baca selengkapnya

9. Berubah

“Mengasuh bayi?!” Mana mungkin?! Dia tidak punya pengalaman mengasuh bayi, yang ada juga malah menelannya hidup-hidup. Dahulu Siti melakukan berbagai macam eksperimen untuk mengembalikan kecantikannya termasuk bereksperimen dengan bayi, namun tak ada satu pun yang berhasil. “Saya tidak bisa!”Bima mengangkat sebelah alisnya. “Kenapa enggak bisa?”Siti terdiam, haruskah dia bilang. Jika bayi itu menangis dan membuatnya kewalahan dia akan menggigit pahanya atau menyedot ruh dari ubun-ubunnya seperti menyeruput sum-sum pada tulang belakang sapi. “Saya tidak pernah punya anak, mana saya tahu cara mengurusnya.”“Enggak ada alasan, kamu bisa baca buku panduan.” Bima mengeluarkan buku tebal dari dalam tasnya.“Saya tidak bisa baca!” Ya, jelas saja Siti tidak bisa baca, dia hidup di zaman Sangsekerta.Bima tetap tidak bisa menerima alasan Siti. Dia mengeluarkan gawainya dan memutar tutorial cara mengurus bayi. “Kamu cukup lihat kalau begitu.”“Kalau begitu kenapa tidak kamu saja?” kilah Siti
Baca selengkapnya

10. Rasa Terselubung

“Ini tidak mungkin, mustahil!” Siti memegangi hidungnya sambil bercermin di lemari stainlis. Mengingat-ingat lagi apa yang dilakukannya sampai perubahan ini terjadi.“Tapi tulang hidungnya memang tidak kenapa kok Pak. Tidak ada patah atau retak.”“Dok, saya lihat sendiri hidungnya berubah.”Siti kembali duduk begitu Bima datang bersama dokter. Bima mengalihkan atensinya pada Siti lalu mencubit hidungnya. “Ini tadinya ada bengkok di bagian sini dan lebih panjang di bagian sini.”Siti diam saja ketika Bima mengotak-atik hidungnya. Sementara dokter tertawa menanggapi Bima.“Mungkin halusinasi, Pak.”“Halusinasi?!” tadinya Bima ingin marah, tapi perkataan dokter ada benarnya. Mungkin karena kelelahan Bima jadi berhalusinasi atau mungkin selama ini Siti memakai hidung palsu. Ah, sudahlah bukannya dia ke klinik cuma ingin memastikan keadaan si Montok baik-baik saja. “Gimana bayinya Dok? Apa ada yang luka?”“Enggak ada. Alhamdulillah bayinya sehat. Dia menangis karena syok. Tapi sudah jauh
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status