Kehidupan naas menimpa putri cantik dari kerajaan Champa berbama Siti. Dia mencoba menghidupkan kekasihnya yang terbunuh dengan menukar kecantikannya. Malang nasib Siti, setelah sehat Kumbang malah meninggalkannya. Siti yang sakit hati menjadi penyihir jahat bernama Lampir untuk membalas dendam kepada Kumbang. Sayangnya, ada yang menolong kumbang dengan membuang Siti ke masa depan tanpa kekuatan. Di masa depan Siti hidup menjadi gelandangan yang diselamatkan oleh Bima; seorang agen mata-mata kepolisian yang hampir saja dipecat karena segudang masalahnya. Untuk membalas jasa, Siti pun terlibat dalam pekerjaan Bima yang akhirnya memunculkan benih-benih cinta di antara mereka. Bagaimana kalau Bima tahu sebenarnya Siti adalah Lampir si penyihir melegenda? akankah Bima menerima jati dirinya atau sama seperti Kumbang yang menyakitinya? Akankah Siti bisa kembali ke dunianya?
Lihat lebih banyak“Sebenarnya saya tidak percaya pada dia.” Datok Ranggih melirik Siti berganti melirik tongkat sakti yang Siti pegang.“Datok, percayalah Siti tidak bermaksud--" kalimat Bima terjeda oleh Siti.“Bima, wajar bila ada yang tidak percaya pada saya,” Siti menyadari betul kebodohannya 600 tahun mempercayai Serintil.“Lalu apa yang kau inginkan sekarang Lampir?” tanya Datok Ranggih masih menilik penjelasan Siti. “Apa kau ingin Bima membukakan pusaran waktu kembali?”“Apa kamu ingin kembali ke kehidupan lamamu Siti?” kini mata Bima berkaca-kaca. Dia tahu Siti masih terjebak pada zaman yang tidak seharusnya. Mungkinkah Siti masih ingin memperbaiki masa lalunya?“Saya ...” Siti menjeda kalimatnya. Dia memberikan tongkat saktinya pada Bima. “Pertama saya ingin mengembalikan tongkat pusaka ini pada negara.” Lalu dia menggenggam tangan Bima seraya memandangi kedua manik ma
“Ke mana dia pergi Malik?” tanya Datok Ranggih yang kini sudah berubah menjadi manusia.“Saya tidak tahu Datok. Dia sudah nekat! Saya cemas malah Uda Bima nanti yang terbawa tipu muslihat istrinya.”“Istrinya?! Apa maksud kau?” lelaki tua itu terkejut menilik Malik.Mengetahui kesalahannya Malik langsung membungkuk di depan gurunya. “Maaf Datok. Saya berhutang janji pada Uda Bima agar tidak mengatakan rahasia ini.”“Jelaskan pada saya apa maksud perkataan kau tadi!”“Sebelum Uda Bima tahu dirinya adalah Inyiak Balang. Dia sudah menikah dengan Lampir, Datok. Dia juga tidak tahu istri yang dia nikahi sebenarnya adalah Lampir.”Datok Ranggih hanya bisa menggeleng lemah. “Mengapa sedari kemarin kau tak bilang pada Datok! Tak tahukah kau, dengan melibatkan cinta nyawa Bima terancam. Lampir pandai merayunya, bertipu muslihat berpura-pura lemah di depan Bima sampai anak m
Dalam kabut hitam nan pekat, meski mata Siti memejam saat menyilangkan kedua kakinya di atas batu tempat sang guru dahulu sering bertapa. Mata batinnya melihat sesosok itu datang dari balik kabut hitam. Rambut putih, punggung bengkok, kulit keriput dan celak mata hitam. Serintil mengikik berjalan pelan ke arah Siti. “Bagaimana keadaanmu Lampir?” “Tidaklah baik Nek. Mengapa Nenek tidak pernah bicara kalau dialah Inyiak yang saya cari.” Mata Siti terus memejam, ya dia hanya bisa menemui Serintil lewat perantara mimpi atau bersemedi seperti sekarang. “Kau pikir aku lebih sakti dari Batara Kala? Aku sudah sering kali berkata padamu jangan sekali-sekali mempercayai manusia. Kau terperdaya pada cinta Siti, tidak ingatkah kau bertapa menyakitkannya leluhur Inyiak muda itu melukaimu. Mereka semua sama sebab dalam diri pemuda itu mengalir darah murni Inyiak, darah dari Kumbang si busuk itu! Sebelum dia terlanjur melukaimu, bunuh dia Lampir ... sebelum dia membunuhmu ... jebak dia dengan per
“Astagfirullah ... uda kenapa?” tanya Malik begitu Bima mendatangi tempat tinggalnya. Dadanya berdarah jalannya sempoyongan. Begitu masuk Bima langsung terduduk di lantai, dia mengeluarkan tusuk konde dari dalam kantungnya.“Saya ... saya sudah bertemu dia.” Bima memberikan tusuk konde itu pada Malik.“Lampir? Dia menusuk Uda?”Bima tidak menjawab, dia masih syok, linglung, entah apa lagi sebutannya. “Saya pikir dia akan langsung membunuh saya.”Malik menilik ujung tusuk konde itu kemudian mengendus. “Dia tidak membubuhkan racun bunga kalmia. Lampir selalu membubuhkan racun di setiap senjatanya.”Bima tertegun, berarti Siti memang tidak berniat membunuhnya. Jikalau dia memang ingin membunuh Bima saat itu. Lampir bisa menggunakan tongkat saktinya seperti yang dia lakukan pada Rodrigo dan Pram. Siti hanya menancapkan ujung tusuk konde kecil ke dada Bima. “Mengapa ... kami harus saling membunuh?” tanya Bima bersandar pada dinding.“Karena dia sudah berjanji akan membunuh semua keturuna
“Katakan di mana perempuan busuk itu?!” Pram menarik rambut Bima hingga kepalanya menengadah. Dia belum puas menyiksa Bima sampai lelaki itu bicara.“Saya tidak tahu!” Tentu saja Bima bisa langsung menghabisi mereka semua dengan kekuatan tersembunyinya andai kata dia boleh membunuh banyak orang tanpa takut jati dirinya terbuka.“Katakan! Atau saya akan menghabisimu perlahan!”“Lebih baik saya mati dari pada mengatakannya!”Pram menertawakan Bima. “Mana mungkin aku percaya pada polisi yang menyembunyikan seorang penyihir. Kalian pasti berkomplot dan kau Bima ... kau telah mencoreng institusi negara dengan menyembunyikan tongkat itu.”“Siti bukan penyihir! Dan kau yang telah berkhianat pada negara! Memalukan!” Bima membuang ludah mengenai Pram.“Beraninya kau!” Pram kembali menarik rambut Bima lalu berseru pada anak buahnya. “Siksa dia sampai bicara!&rdqu
“Sudah aku bilang kan Bima. Dia enggak mungkin bisa kabur kalau bukan agen mata-mata yang diberi perangkat canggih.” Pandangan Mena berkeliling ke segala penjuru. Memerhatikan slot jeruji yang masih utuh. Mencari cela untuk Siti kabur. Tidak ada, semua masih rapi seperti sediakala.“Saya akan mencarinya sendiri. Dia pasti menemui saya.” Bima tidak menyangka istrinya bisa menghilang lagi. Dia pun bingung bagaimana cara menghubungi gawai Siti. Tak ada guna, sebab gawai itu sudah hilang entah ke mana.Bima kembali ke rumah berharap bisa menemukan Siti, Tapi nihil. Dari rumah satu ke rumah lainnya Bima datangi, semua rumahnya yang berupa-rupa itu pun masih kosong tak ada jejak manusia. Bima meremas kepalanya pertanda lelah sudah menghinggapi dirinya. Bima teringat perkataan Malik tentang penyihir hitam yang mungkin saja mencelakai keluarga Bima bukan hanya klan inyiak saja. Sontak Bima bergegas mencari Malik, mungkin saja Siti diculik dengan makhluk gaib bukannya melarikan diri seperti pe
“Saya sudah tahu semuanya,” kata Bima langsung membuka percakapan dengan Malik. Dia menengok ke pemuda itu kemudian berkata, “berarti ... kamu harimau yang menolong saya waktu itu?”“Ya, saya datang ke sini sebagai utusan untuk membimbing Uda Bima.”“Saya tidak perlu dibimbing.” Bima mengembalikan kertas pemberian Malik. “Ini silakan ambil kertas ini. Saya sudah memutuskan untuk tidak ikut campur pada urusan inyiak, saya akan tetap menjadi Bima sebagai manusia dan tidak ada sangkut pautnya lagi dengan dunia-dunia gaib kalian.”Malik menahan tangan Bima agar dia tidak pergi. “Tunggu, Uda tidak bisa berdiam diri saja. Mau tidak mau Uda harus menerima jati diri Uda sebagai seorang Inyiak balang.Bima merasa kesal, dia mendorong Malik dan menarik kerah pakaiannya. “Kenapa? Kenapa saya harus menjadi Inyiak?! Saya punya kehidupan sendiri, saya sudah cukup tenang dengan kehidupan saya. Hidup saya adalah pilihan saya! Bukan kamu yang menentukannya!”“Tidak ada pilihan selain menerima dirimu a
Bima terjaga lebih dulu, pagi ini dia merasa sangat bahagia bisa bersama sang istri. Semua kalutnya hilang sudah selepas semalam mereka memadu kasih menjalani ibadah suami istri. Bima menopang kepalanya dengan sebelah tangan sambil memandang Siti. Menatap perempuan itu tertidur lelap seperti orang yang terjaga selama seminggu penuh. Bima tersenyum mengelus wajah ayu sang istri, kulitnya yang lembut, anak rambut tipis yang berada di pangkal keningnya, hidung mungil dan bibir merekah. Tak tahan Bima ingin menciumnya lagi. “Eng.” Siti membuka kelopak matanya perlahan. Kemudian menyipit. “Maaf saya mengganggu tidur kamu. Habis ... kamu membuat saya jatuh cinta sepanjang waktu.” Bima merekahkan senyumnya pada Siti. “Pagi-pagi sudah merayu.” Siti memukul kecil dada bidang Bima. “Siapa yang merayu, memang kenyataannya begitu." Kinu Bima berganti mengecup jemari Siti. Sang istri membalas dengan senyum malu-malu. Siti mendekatkan kepalanya bersandar pada tubuh Bima dalam satu selimut. Jemar
“Sebenarnya ... ibu sudah berjanji pada ayahmu untuk tidak menceritakannya padamu.”Bima menatap Ratna sendu. “Bu, ini bukan hanya persoalan janji. Tapi ini menyangkut jati diri Bima, Bu. Bahkan bisa meluas lagi. Tolong Bu ....”Ratna terdiam sejenak sebelum memulai ucapannya, “Sesungguhnya Seluruh keluargamu sangat memedulikanmu Bima. Dulu mereka sangat mendambakan kelahiranmu, engkaulah Inyiak Balang terakhir yang mereka tunggu-tunggu. Mereka bilang kamu adalah penyelamat. Namun begitu isi kitab Sarisang sampurna berubah. Orang tuamu mulai takut, mereka menyembunyikan identitasmu dari siapa pun termasuk dari suku mereka.”“Apa itu Inyiak Balang? Lalu apa isi dari kitab itu?”“Kamu adalah keturunan manusia harimau. Separuh jiwamu adalah siluman. Darah itu mengalir kental dari kedua orang tuamu yang sama-sama keturunan Inyiak, dan kamu adalah Inyiak sempurna dari Inyiak-Inyiak yang tersisa. Kamu adalah Inyiak penutup dari inyiak yang sudah ada. Lalu tiba-tiba isi kitab para Inyiak ber
Semua orang mempunyai kotak kecil terkunci di dalam sebuah ruang bernama, “rahasia.” Pernahkah terpikir olehmu bagaimana tetanggamu yang ketampanannya bak Lee Dong Wook ternyata seorang pendekar mabuk, atau pernahkah kamu mengetahui kalau temanmu yang kuper ternyata adalah manusia Kalong Super. Ya, semua tertutup rapat dalam kotak pendora terkunci yang ada di dalam memori otak manusia. Seperti halnya seorang pemulung bernama Siti.“Orang gila ... orang gila ...” para bocah mengekori Siti ketika memasuki area perumahan warga. Bagaimana tidak disebut orang gila, meski waras Siti tidak punya uang untuk sekedar membeli pakaian. Dia selalu menambal pakaiannya yang sobek. Begitu juga dengan sepatu hasil curiannya yang sudah lama menganga menampakkan jari-jarinya.“Eh, dia bukan orang gila ...” Ajun bocah gembul menjatuhkan bungkusan tahu bulatnya begitu melihat Siti di depan mata. Dia mengernyit lalu mengumpat di belakang tubuh Dodo.“Lu kenapa sih?!” tanya Dodo tak ingin Ajun menggelandoti
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen