Ibu Untuk Anak Tuan Mafia

Ibu Untuk Anak Tuan Mafia

Oleh:  OH HA LU  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat
13Bab
159Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Aku tidak punya anak, apalagi dengan b*jing"n sepertimu." Teriak Hani murka. Tacka yang hendak membalas perkataan dari Hani, jadi urung saat melihat kedatangan anaknya. Dan begitu Syiga telah sampai di hadapannya, Tacka langsung menggendong tubuh bocah itu. "Lihatlah dia baik-baik. Apakah kau tak ingin menggendong ataupun memeluknya?." Tanya Tacka kepada Hani. Wanita itu hanya diam saja tanpa mengatakan satu patah katapun. Hanya mata bundarnya saja yang bergerak mengikuti pergerakan Syiga dan Tacka yang berjalan semakin mendekat. Langkah Tacka terhenti tepat di hadapan Hani. "Kau boleh membenciku, tapi bagaimana pun dia.. "Stop!." Teriak Hani memotong perkataan Tacka begitu saja. "Apapun yang bersangkutan denganmu aku sangat membencinya. Termasuk dia." Hani menunjuk anaknya mengunakan jari telunjuknya. "Ku harap kalian tidak pernah muncul lagi di hadapanku." Setelah mengatakan itu, Hani langsung berlari pergi entah ke mana. Sedangkan Tacka hanya memandang kepergian wanita itu tanpa berniat menghentikan ataupun menahannya. "Semoga suatu saat kau akan mengakuinya." Batin Tacka.

Lihat lebih banyak
Ibu Untuk Anak Tuan Mafia Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
W Wulan Whuolant
Ceritanya menarik ...
2024-08-30 23:32:56
0
13 Bab

01: Ingin Bertemu Ibu

Katanya seorang Ibu adalah cinta pertama bagi anak laki-lakinya, dan pelukan terhangat seorang anak adalah pelukan Ibunya. Namun kenapa Syiga tidak pernah mendapatkannya?. "Anda harus makan, Tuan muda." Seorang pelayan wanita sedang membujuk anak majikannya untuk makan. Jika tidak, pasti dia akan di marahi oleh majikannya. "Aku tidak mau makan!." Teriak bocah itu lantang. "Tapi Tuan Tacka pasti akan marah jika anda tidak mau makan." Bujuk pelayan itu dengan sabar. "Pokoknya aku tidak mau makan sebelum aku ketemu Ibu!." Brak!!! Syiga menutup pintu dengan bantingan yang cukup keras, lalu setelah itu menguncinya dari dalam. "Aku kangen Ibu!." Gumam Syiga seraya duduk di lantai seraya bersandar di daun pintu. "Kenapa aku tidak punya Ibu? Aku ingin seperti teman-teman yang selalu di buatkan bekal Ibunya, Ingin sekolah di anterin Ibunya, dan ingin tidur di peluk oleh Ibunya. Kenapa hanya aku yang tidak punya ibu?." Bocah kecil itu melipat tangannya di atas kedua lututnya
Baca selengkapnya

02: Gadis Bukan Perawan

"Mas Reno?." "Iya. ini aku, Hani." Pemuda tampan yang bernama Reno itu mengulas senyum manis kepada Hani yang tampak Shock saat melihat kedatangannya. "Happy graduation. Aku bangga padamu!." Ujar Reno sembari memberikan sebuah buket bunga yang cukup besar kepada Hani. "Terimakasih, Mas. Tapi aku tidak bisa menerimanya karena tangan ku sudah penuh dengan.. Belum sempat Hani menyelesaikan perkataannya, Mila dan Alma telah lebih dulu mengambil buket yang ada di tangan Hani, supaya gadis itu bisa menerima buket pemberian Reno. Dengan malu-malu, Hani pun menerima buket bunga dari tangan Reno."Terimakasih untuk buket bunga yang indah ini, Mas." Ucapnya. "Sama-sama." Mereka berdua saling mengulas senyum, sebelum kemudian suara Alma mengalihkan fokus mereka berdua. "Mumpung kita semua lagi ngumpul di hari bahagia ini. Bagaimana kalo kita ber-empat foto bareng. Setuju?." Usul Alma. "Setuju banget dong!." Jawab Mila penuh antusias. Mila segera memposisikan dirinya di sampin
Baca selengkapnya

03: Membalaskan Dendam

"Apakah kamu dendam padanya?." "Sangat! Aku sangat dendam sekali padanya. Karena dia, masa remaja-ku hancur. Karena dia, hidupku tidak bisa lagi tenang. Dan karena dia, aku kehilangan segalanya!. " Jawab Hani penuh dendam yang membara. "Haruskah aku membantu-mu membalaskan dendam?." "Apakah bisa?." "Aku tidak yakin akan berhasil atau tidak, tapi aku akan berusaha demi kamu." "Dengan cara apa, Mas?." "Mungkin dengan membuat bisnisnya hancur." Hani masih memandang lekat wajah Reno, menunggu kelanjutannya lagi. "Dia memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan keluarga ku. Mungkin aku bisa sedikit memanfaatkan kesempatan ini untuk membalaskan dendam-mu." "Jika nantinya akan mempengaruhi bisnis-mu, lebih baik jangan, Mas." "Demi kamu, aku rela mengorbankan semuanya, Hani! Bila perlu nyawaku lah yang menjadi taruhannya." . . . "Syiga! Kok duduk di sini sendirian, Sayang?." Seorang wanita berpakaian sexy mendekati Syiga yang sedang duduk seorang diri di ayunan bes
Baca selengkapnya

04: Meminta Uang Lagi

Ke-esokan harinya.. Syiga dan Tacka sedang sarapan bersama, namun kali ini ada yang berbeda dari bocah itu. Syiga terus saja diam tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Kenapa diam saja? Kau sedang marah pada Papa?." Tanya Tacka. Masih tak ada jawaban apapun dari bocah itu. Syiga hanya menyoroti Tacka penuh kekesalan. "Percuma kau memberontak seperti ini. Tak akan bisa merubah apapun. Ibu-mu tidak akan kembali di sini hanya dengan diam mu itu." Ujar Tacka datar sambil melanjutkan sarapannya. "Lalu aku harus bagaimana supaya Ibu bisa kembali?." Tanya Syiga setelah sekian lamanya hanya terdiam. "Berdoalah supaya Ibu-mu bisa sadar dan kemudian kembali bersama kita." "Aku sudah lelah berdoa, tapi Ibu tak kunjung kembali." "Kalo begitu berhentilah berharap!." Jawab Tacka santai. Syiga diam mengamati wajah sang Papa yang terlihat datar sekali. Kadang dia bertanya-tanya, sebenarnya apa yang membuat Ibunya sampai harus pergi meninggalkannya? Apakah ini ada sangkut-pautnya dengan
Baca selengkapnya

05: Ketahuan Di Hotel

Respon yang Syiga berikan membuat Hani kaget. Tanpa sadar Hani mulai menjaga jarak dengan bocah itu. Sikap Syiga mengingatkannya pada seseorang yang amat sangat dia benci. Hani baru sadar, setelah di amati lebih lama lagi, ternyata bukan hanya sikap bocah itu yang mirip dengan seseorang, tapi wajah bocah itu juga sangat mirip. "Kenapa dia sangat mirip dengan dia?." Batin Hani dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Melihat sikap Hani yang aneh membuat Syiga bingung. "Kenapa Kakak malah melihatku seperti itu?." Tanyanya penasaran, namun tak mendapatkan respon apapun dari gadis itu. "Kak cantik, tolong berikan saja kue itu kepadaku, ya?." Desak Syiga kembali pada pembahasan awal. Hani mengusap kasar wajahnya sembari menarik nafas panjang. Dia menyakinkan dirinya sendiri bahwa anaknya telah tiada, dan anak kecil yang sedang di hadapannya saat ini hanya kebetulan saja mirip dengan orang yang dulu telah merenggut segalanya darinya. "T-tapi kalo kue itu buat kamu, lalu bagaimana kal
Baca selengkapnya

06: Meminta Ibu Baru

"Aku menyukai Kakak cantik yang berjualan kue." "Menyukai?." Syiga mengangguk. "Aku ingin Kakak itu yang menjadi Ibuku." Tacka tersenyum tipis. Salah makan atau kenapa bocah itu? kenapa tiba-tiba bisa ngelantur?. "Daripada berbicara yang tidak-tidak, lebih baik kita masuk. Papa membeli makanan kesukaan-mu." Set! Tanpa aba-aba Tacka langsung membopong tubuh anaknya, dan kemudian membawanya masuk ke dalam rumah. Udara di luar sangat dingin, Tacka tak ingin kalo Syiga sampai jatuh sakit. Sementara itu Syiga hanya pasrah. Kalo boleh jujur, dia tak suka saat di gendong oleh Papanya. Dia sudah besar, tak sepantasnya masih di gendong seperti anak kecil. *** Syiga menikmati makanan yang di belikan oleh Papanya saat pulang kerja tadi. Meskipun Tacka adalah seorang Ayah yang keras, tapi Tacka sangat sayang sekali pada Anaknya. Apapun yang Syiga inginkan selalu di kabulkan oleh Tacka. Hanya satu yang tak bisa Tacka kabulkan, yaitu mempertemukan Syiga dengan Ibu kandungnya. "
Baca selengkapnya

07: Di Pertemukan Kembali

Di sisi lain.. Selepas sholat dzuhur, Hani duduk termenung di teras mushola. Tidak ada siapapun di sana selain dia sendiri, karena semua orang sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Hani menghela nafas panjang. Semenjak pertemuannya dengan Syiga, gadis itu menjadi lebih banyak diam. Ada banyak sekali dugaan dan pertanyaan demi pertanyaan yang memenuhi isi kepala Hani. Sebenarnya siapa bocah itu? kenapa dia sangat mirip sekali dengan seseorang di masa lalunya (Tacka)? atau jangan-jangan dia memang anaknya? tapi bukankah anaknya waktu itu sudah kritis dan tidak ada lagi harapan untuk hidup?. "Astaghfirullah!." Hani mengusap wajahnya sambil beristighfar. Semakin ia mengingat masa lalunya, maka semakin ia merasa bersalah dan terluka. Bersalah karena telah tega meninggalkan anaknya saat sedang sekarat, dan terluka atas perlakuan Tacka di masa lampau. Karena kebencian dan rasa traumanya kepada Tacka yang terlalu besar, Hani sampai tega meninggalkan bayinya begitu saja. Padah
Baca selengkapnya

08: Tak Mau Mengakui

"Kata anakku, dia telah bertemu Ibu kandungnya." Jawab Tacka tersenyum smirk. Deg! Jantung Hani seakan berhenti berdetak, saat mendengar penyataan yang keluar dari bibir Tacka. Untuk beberapa saat, wanita itu hanya diam, sebelum kemudian menggeleng lemah dengan derai air mata. "Aku tidak punya anak, apalagi dengan b*jing"n seperti mu." Teriak Hani murka. Tacka yang hendak membalas perkataan dari Hani, jadi urung saat melihat kedatangan anaknya. Begitu Syiga telah sampai di hadapannya, Tacka langsung menggendong tubuh bocah itu dalam gendongannya. "Lihatlah dia baik-baik. Apakah kau tak ingin menggendong ataupun memeluknya?." Tanya Tacka kepada Hani. Wanita itu diam saja tanpa mengatakan satu patah katapun. Hanya mata bundarnya saja yang bergerak mengikuti pergerakan Syiga dan Tacka yang semakin berjalan mendekat. Langkah Tacka terhenti tepat di hadapan Hani. "Kau boleh membenciku, tapi bagaimana pun dia.. "Stop!." Teriak Hani memotong perkataan Tacka begitu saja. "A
Baca selengkapnya

09: Barang Yang Berharga

"Embbm.. Ternyata selama ini anakku masih hidup." Deg! Seketika, tubuh Reno mematung. Laki-laki itu mengamati wajah Hani dengan tatapan shock. "Apa maksudmu, Hani?." "Bayi yang dulu pernah ku lahirkan masih hidup sampai sekarang, dan dia sangat mirip sekali dengan laki-laki b*jing*n itu." Jawab Hani dengan air mata yang kembali menetes. "Kau sudah melihatnya?." Tanya Reno yang langsung di jawab anggukan oleh Hani. "Lalu apa yang kamu lakukan saat melihatnya?." "Aku tak melakukan apa-apa. Baru saja menatap wajahnya sudah membuat hatiku terluka." Wajah Hani menunduk dalam. Entah apa tanggapan yang akan Reno berikan terhadap dirinya. Pada kenyataannya, Hani memang bukanlah Ibu yang baik. Dia egois! Karena kebenciannya terhadap Tacka yang terlalu dalam, Hani sampai ikut membenci anak yang tak berdosa itu. "Hani.." "Iya, Mas?." "Apakah aku boleh memberikan sedikit nasehat dan saran?." Hani menggeleng lemah. "Jika kamu hanya ingin memberi nasehat tentang aku dan anakk
Baca selengkapnya

10: Sudah Merasa Lelah

Tacka, duduk termenung di depan jendela sembari bersedekap tangan. Matanya yang tajam mengamati rintik air hujan yang turun membasahi bumi. Laki-laki dewasa itu masih memikirkan pertemuannya dengan Hani, tadi siang.Selama ini Tacka memang sengaja tak mencari keberadaan Hani. Selain karena wanita itu sangat membencinya, dia juga sudah berjanji untuk tak mengusik kehidupan wanita itu lagi.Tok.. Tok.. Tok.."Papa!." Panggil Syiga dari balik pintu kamar Tacka."Masuklah!."Ceklek!Syiga membuka pintu secara perlahan, lalu mendekati sang Papa yang masih setia duduk di depan jendela kamar."Ada apa?." Tanya Tacka kepada putranya yang terlihat sedih.Ragu-ragu, Syiga membuka genggaman tangannya, sehingga memperlihatkan sebuah gelang putih yang indah."Tadi siang aku tak sengaja melihat benda ini jatuh dari tangan Kakak Cantik yang mirip Ibu." Ujar Syiga.Tacka mengambil benda itu dari tangan putranya. Setelah di amati cukup lama, Tacka baru ingat kalo gelang itu adalah gelang yang sangat b
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status