Share

03: Membalaskan Dendam

"Apakah kamu dendam padanya?."

"Sangat! Aku sangat dendam sekali padanya. Karena dia, masa remaja-ku hancur. Karena dia, hidupku tidak bisa lagi tenang. Dan karena dia, aku kehilangan segalanya!. " Jawab Hani penuh dendam yang membara.

"Haruskah aku membantu-mu membalaskan dendam?."

"Apakah bisa?."

"Aku tidak yakin akan berhasil atau tidak, tapi aku akan berusaha demi kamu."

"Dengan cara apa, Mas?."

"Mungkin dengan membuat bisnisnya hancur."

Hani masih memandang lekat wajah Reno, menunggu kelanjutannya lagi.

"Dia memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan keluarga ku. Mungkin aku bisa sedikit memanfaatkan kesempatan ini untuk membalaskan dendam-mu."

"Jika nantinya akan mempengaruhi bisnis-mu, lebih baik jangan, Mas."

"Demi kamu, aku rela mengorbankan semuanya, Hani! Bila perlu nyawaku lah yang menjadi taruhannya."

.

.

.

"Syiga! Kok duduk di sini sendirian, Sayang?."

Seorang wanita berpakaian sexy mendekati Syiga yang sedang duduk seorang diri di ayunan besi.

"Pergi.. Jangan dekati aku!." Usir Syiga yang tidak suka terhadap kedatangan wanita itu.

"Kenapa, Sayang? Aku hanya ingin mengobrol dengan-mu." Bujuk wanita itu penuh kesabaran.

"Aku tidak suka ada kamu di sini. Lebih baik kamu pulang!." Teriaknya.

"Why? Ada apa Sayang? kenapa kamu menjadi sensi seperti ini?."

Wanita yang bernama Diana itu mencoba menenangkan Syiga yang sedang mode marah. Syiga memang tak suka kepadanya, tapi bocah itu tak pernah sampai mengusirnya seperti ini.

"Pergi!."

Teriakan Syiga yang sangat keras terdengar sampai di dalam kamar Tacka. Lelaki yang tadinya sedang memangku laptop itu pun akhirnya bergegas berdiri dan kemudian mengintip keadaan sang putra dari balik jendela kamar.

"Tenanglah Sayang! Maksudku datang kesini baik kok. Aku hanya ingin memberikan coklat ini kepadamu." Bujuk Diana meredakan amarah bocah itu.

"Aku tidak mau!."

Plak!

Syiga menepis kotak coklat yang ada di tangan Diana, sehingga membuat kotak coklat tersebut terjatuh di atas rumput yang hijau.

"Kamu kenapa sih, Syiga? Kenapa tiba-tiba menjadi marah tidak jelas seperti ini?." Tanya Diana yang mulai geram.

Tak lama kemudian, datanglah seorang pengasuh Syiga yang menghampiri mereka berdua.

"Maaf, Nona Diana. Hari ini Tuan muda sedang tidak ingin di ganggu. Jadi sebaiknya anda segera pergi dari hadapannya." Ucap pelayan tersebut seraya membungkuk sopan.

"Kamu mengusir aku?." Tanya Diana tidak terima.

"Bukan seperti itu, Nona. Saya hanya..

"Ada apa ini? Syiga, kenapa kamu teriak-teriak?!."

Suara bariton dari Tacka, seketika membuat ke-tiga orang tersebut diam tak berkutik lagi.

"Katakan kepada Papa, apa yang membuatmu sampai berteriak-teriak?." Tanya Tacka dengan intonasi tegas.

"Aku tidak mau di dekati oleh wanita ini, tapi dia tetap mencoba mendekatiku, Pa." Jawab bocah itu lantang sambil menunjuk Diana yang sedang berdiri tak jauh darinya.

"Maafkan aku, Ka. Tadi aku hanya ingin mengajaknya mengobrol, karena aku merasa kasihan melihatnya sendirian di sini." Jawab Diana memberi penjelasan.

"Tapi aku tidak mau ada wanita jelek ini di..

"Syiga!."

Syiga langsung terdiam ketika sang Ayah memanggil namanya dengan nada tinggi.

"Berapa kali Papa harus mengajarkan mu untuk bersikap sopan. Ha?."

"Aku tidak mau bersikap sopan kepada dia, Pa! Aku tidak mau jika wanita ini yang nantinya akan menjadi Ibuku! Aku hanya mau Ibu, Ibu yang telah melahirkan ku!." Teriak Syiga lantang.

Tacka menarik napas panjang, mencoba lebih sabar lagi untuk menghadapi sang anak yang akhir-akhir ini sedang memberontak kepadanya.

"Sus, bawalah Syiga masuk ke kamarnya sekerang!."

"Baik, Tuan."

"Kenapa harus aku yang pergi dari sini? kenapa tidak wanita itu saja yang pulang?!." Protes Syiga tak terima.

"Cepat!." Teriak Tacka kepada sang pengasuh tanpa memperdulikan protes dari anaknya.

"Papa jahat! Papa sudah tidak sayang lagi sama aku!." Teriak bocah itu sebelum kemudian di bawa paksa oleh sus Ririn kembali dalam kamar.

Setelah kepergian Syiga, barulah Tacka menghadap Diana. "Ada perlu apa kamu kemari?." Tanyanya dingin.

"Aku hanya ingin memberikan coklat itu kepada Syiga, tapi sayangnya dia malah membuangnya." Jawab Diana sambil menunjukkan sebuah kotak coklat yang telah terjatuh di atas rumput.

"Saat aku melihat coklat itu, aku langsung teringat Syiga, makanya aku berinisiatif membelinya untuk dia." Sambungnya.

"Terimakasih untuk niat baikmu, tapi lain kali jangan di ulangi lagi."

"Kenapa?."

"Ku rasa dengan melihat reaksi Syiga tadi, kau sudah tahu jawabannya."

"Baiklah." Jawab Diana pasrah.

"Ohiya! aku juga membelikan sesuatu untukmu!."

Diana baru ingat kalo dia juga punya sesuatu untuk Tacka. Lantas wanita itu segera mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya, dan kemudian memberikannya kepada Tacka.

"Jam tangannya bagus, pasti sangat cocok sekali untukmu!."

Diana begitu sangat antusias saat menyerahkan kotak tersebut kepada Tacka, tapi sayangnya lelaki itu malah terlihat biasa saja.

"Terimakasih." Jawab Tacka singkat tanpa berniat membukanya.

"Kok tidak di buka, sih? Emangnya tidak penasaran dengan isinya, ya?." Tanya Diana dengan raut kecewa.

"Aku tidak ada waktu untuk membuka ini. Masih ada banyak pekerjaan yang harus ku selesaikan."

Setelah mengatakan itu, Tacka langsung berlalu pergi begitu saja. Meninggalkan Diana di halaman rumah dengan kondisi kesal.

"Bisa-bisanya dia mengajarkan Syiga tentang sopan santun, sedangkan dirinya sendiri saja tidak sopan kepada siapapun!." Batin Diana kesal.

Mau tak mau, akhirnya wanita itu meninggalkan kediaman Tacka dalam perasaan kesal. Mungkin kali ini dia masih gagal mendapatkan simpati dari Syiga dan Tacka, tetapi akan dia pastikan esok ataupun lusa nanti, dia pasti bisa meluluhkan kedua hati manusia itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status