Share

02: Gadis Bukan Perawan

"Mas Reno?."

"Iya. ini aku, Hani."

Pemuda tampan yang bernama Reno itu mengulas senyum manis kepada Hani yang tampak Shock saat melihat kedatangannya.

"Happy graduation. Aku bangga padamu!." Ujar Reno sembari memberikan sebuah buket bunga yang cukup besar kepada Hani.

"Terimakasih, Mas. Tapi aku tidak bisa menerimanya karena tangan ku sudah penuh dengan..

Belum sempat Hani menyelesaikan perkataannya, Mila dan Alma telah lebih dulu mengambil buket yang ada di tangan Hani, supaya gadis itu bisa menerima buket pemberian Reno.

Dengan malu-malu, Hani pun menerima buket bunga dari tangan Reno."Terimakasih untuk buket bunga yang indah ini, Mas." Ucapnya.

"Sama-sama."

Mereka berdua saling mengulas senyum, sebelum kemudian suara Alma mengalihkan fokus mereka berdua.

"Mumpung kita semua lagi ngumpul di hari bahagia ini. Bagaimana kalo kita ber-empat foto bareng. Setuju?." Usul Alma.

"Setuju banget dong!." Jawab Mila penuh antusias.

Mila segera memposisikan dirinya di samping Hani, sedangkan Alma memposisikan dirinya di samping Reno. Mereka ber-empat berfoto bersama dengan posisi Hani dan Reno yang saling berdampingan di tengah-tengah.

Siapa yang ngefoto? tentu saja orang lain yang kebetulan lewat, terus di mintain tolong oleh Alma untuk ngefotoin.

Cekrek!

Satu, dua, tiga, sampai 10 jepretan sudah tersimpan rapi di dalam galeri ponsel milik Alma. Tidak hanya ada satu pose saja, melainkan ada beberapa pose yang telah mereka abadikan.

"Terimakasih." Ucap Alma kepada orang yang di mintain tolong tadi.

"Sama-sama."

"Coba lihat hasilnya!." Ujar Mila penasaran.

Para wanita itu pun segera melihat hasil foto mereka di dalam ponsel Alma. Sedangkan Reno hanya fokus memperhatikan wajah Hani dari samping.

"Yang ini hasilnya bagus. Aku minta kirim yang ini aja." Pekik Mila heboh sendiri.

"Tenang aja. Nanti pasti bakal aku kirimin kok." Jawab Alma.

"Hani!."

Merasa namanya di panggil, Hani langsung menoleh ke arah sumber suara. "Ada apa, Mas?."

"Setalah acara ini selesai, ada sesuatu yang ingin aku omongin kepada-mu."

"Tentang?."

"Kamu akan tahu sendiri nanti." Jawab Reno tersenyum simpul.

"Cie.. cie.. bakal ada yang segera married, nih!." Goda Mila dan Alma kompak.

Bukannya merasa senang, Hani malah menjadi gelisah. Beda sekali dengan Reno yang nampak sangat bahagia. Tanda sadar, wanita 23 tahun itu meremas kuat buket bunga pemberian Reno.

"Kamu kenapa, Hani?." Tanya Reno yang menyadari perubahan raut wajah Hani yang tiba-tiba gelisah.

"T-tidak apa-apa, Mas." Jawab Hani cepat.

Meskipun sedang gelisah, tapi Hani mencoba untuk tetap mengulas senyum yang indah. Supaya mereka semua tidak curiga padanya.

"Aku memang menyukaimu, Mas. Tapi aku sangat tidak pantas untukmu." Batin Hani.

***

Dan di sinilah Reno dan Hani berada. Di sebuah lestaurant yang cukup elit, mereka berdua saling duduk berhadapan.

"Ada apa, Mas?." Tanya Hani penasaran dengan maksud tujuan Reno mengajaknya bicara empat mata.

"Aku ingin mengajak-mu berkenalan dengan keluargaku, Han."

"T-tapi.. aku..

"Jangan grogi. Mereka hanya ingin berkenalan dan bertemu denganmu saja."

Reno mengulas senyum tipis sambil menatap lekat wajah Hani yang cantik. "Mau, ya?." Bujuknya.

"Untuk saat ini Aku masih belum siap bertemu keluarga mu, Mas."

"Kenapa?."

"A-aku...

Dahi Reno mengernyit bingung saat melihat wajah Hani yang nampak panik dan khawatir.

"Ada apa, Hani? Kenapa wajahmu cemas sekali?."

Hani meremas dan memilin ujung bajunya sendiri cukup kuat. Haruskah dia berkata jujur kenapa Reno tentang dirinya yang sebenarnya?.

"Mas Reno.." Panggilnya ragu-ragu.

"Iya. Kenapa Hani?."

"Aku mau jujur kepada Mas Reno."

"Katakan saja. Tentang apa?."

Hani menarik nafas panjang sebelum kemudian berkata.. "Sebenarnya, aku ini bukanlah gadis seperti yang kamu pikirkan, Mas."

"Maksudnya? Katakanlah yang lebih jelas."

"Aku memang masih gadis, tapi aku bukan perawan."

Deg!

Seketika tubuh Reno mematung saat mendengar pernyataan dari Hani yang mencengangkan. Rasanya tak mungkin kalo gadis baik-baik seperti Hani sudah tak perawan lagi.

"Tidak perawan?." Tanya Reno memastikan.

"I-iya. Bahkan aku juga sudah pernah mengandung dan melahirkan." Jawab Hani lirih dengan kepala yang tertunduk.

Untuk beberapa saat, Reno hanya terdiam tak mampu lagi berkata-kata. Pengakuan dari Hani sulit sekali untuk di percaya.

"Kalau memang yang kamu katakan itu benar, terus di mana anakmu?."

Ketahuilah, meskipun raut wajah Reno nampak tenang, namun pikiran pria itu sedang kalang kabut.

"Aku tidak tahu, Mas."

"Maksudnya?."

"Aku tidak tahu tentang kabar anakku. Karena sehabis melahirkannya, aku langsung menyerahkannya kepada... kepada lelaki itu."

Tangan Hani mencengkram kuat kala mengingat lelaki bejat yang telah menghancurkan hidupnya. Laki-laki yang sangat Hani benci seumur hidupnya, atau bahkan sampai mati sekalipun.

"Lelaki itu? Siapa?."

"Lelaki berhati iblis. Lelaki yang telah merenggut kebahagiaan hidupku." Jawab Hani dengan suara bergetar.

Melihat raut marah bercampur sedih di wajah Hani, Reno bisa menyimpulkan kejadian apa yang pernah di alami oleh wanita itu.

"Siapa orang biadab itu, Hani?!." Tanya Reno yang sudah mulai tersulut emosi.

"Siapa b*jing*n itu?." Tanyanya lagi.

"D-dia adalah Tacka, ATTUR TACKA TRIYAGA." Jawab Hani penuh dendam membara.

"Hiks!."

Seketika tangis Hani pun pecah saat menyebut nama yang sangat dia benci dalam hidupnya. Hanya dengan menyebut namanya saja mampu membuat Hani bersedih dan marah secara bersamaan.

Dahi Reno mengkerut, dia merasa tak asing dengan nama yang di sebutkan oleh Hani barusan.

"Apakah dia seorang pengusaha?." Tanya Reno.

Hani mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Reno.

Jika yang dimaksud Hani adalah pengusaha itu, berarti anak mereka telah tiada. Karena yang Reno tahu, Tacka tidak memiliki seorang anak.

"Apakah kamu dendam padanya?."

"Sangat! Aku sangat dendam sekali padanya. Karena dia, masa remaja-ku hancur. Karena dia, hidupku tidak bisa lagi tenang. Dan karena dia, aku kehilangan segalanya!. " Jawab Hani penuh dendam yang membara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status