Share

04: Meminta Uang Lagi

Ke-esokan harinya..

Syiga dan Tacka sedang sarapan bersama, namun kali ini ada yang berbeda dari bocah itu. Syiga terus saja diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kenapa diam saja? Kau sedang marah pada Papa?." Tanya Tacka.

Masih tak ada jawaban apapun dari bocah itu. Syiga hanya menyoroti Tacka penuh kekesalan.

"Percuma kau memberontak seperti ini. Tak akan bisa merubah apapun. Ibu-mu tidak akan kembali di sini hanya dengan diam mu itu." Ujar Tacka datar sambil melanjutkan sarapannya.

"Lalu aku harus bagaimana supaya Ibu bisa kembali?." Tanya Syiga setelah sekian lamanya hanya terdiam.

"Berdoalah supaya Ibu-mu bisa sadar dan kemudian kembali bersama kita."

"Aku sudah lelah berdoa, tapi Ibu tak kunjung kembali."

"Kalo begitu berhentilah berharap!." Jawab Tacka santai.

Syiga diam mengamati wajah sang Papa yang terlihat datar sekali. Kadang dia bertanya-tanya, sebenarnya apa yang membuat Ibunya sampai harus pergi meninggalkannya? Apakah ini ada sangkut-pautnya dengan Papanya?.

"Daripada kau terus menatap ku seperti itu, lebih baik segera habiskan makananmu, lalu setelah itu berangkat sekolah."

Perkataan Tacka menyadarkan Syiga dari lamunannya. Kemudian bocah itu pun menghabiskan makanannya secepat mungkin. Dia ingin segera berangkat ke sekolah daripada harus bersama Papanya lebih lama di meja makan ini.

***

Di dalam mobil, Syiga masih diam saja. Sedangkan Tacka sendiri sedang sibuk bertelponan dengan seseorang.

Dalam perjalan tersebut, Syiga tak sengaja melihat sebuah kedai kue yang baru saja di buka. Dalam poster yang terpajang ada gambar kue yang amat sangat Syiga sukai.

"Pa, nanti habis pulang sekolah, aku mau membeli kue di sana!." Ujar Syiga sambil menunjuk kedai roti sederhana di seberang jalan.

Karena Tacka sedang fokus bertelponan, Ayah satu anak itu hanya mengangguk singkat tanpa menoleh ke arah yang anaknya tunjuk.

"Siapa Kakak tadi? Dia cantik sekali." Batin Syiga saat melihat seorang gadis berhijab di depan kedai tersebut.

Syiga masih terus melihat ke arah kedai roti itu sampai akhirnya menghilang dari pandangan.

Selang beberapa saat kemudian mobil mereka tumpangi telah sampai depan gerbang sekolah Syiga. Sekolah Syiga bukanlah sekolah biasa, sekolah Syiga adalah sekolah elit yang isinya anak-anak dari orang berduit.

Sebelum keluar dari mobil, Syiga meminta uang tambahan kepada Tacka.

"Tambahin uang jajan untuk membeli kue saat pulang sekolah nanti, Pa." Ujar bocah itu sambil mengangkat kedua tangannya.

"Memangnya berapa harga kue yang kau inginkan? Apakah uang yang Papa berikan tadi pagi masih kurang?."

Syiga mengangguk tanpa ragu. "Aku ingin memborong semua kue kesukaan ku di kedai roti yang kita lewati tadi."

Tanpa banyak kata lagi, Tacka menambahkan beberapa lembar uang kepada Syiga. "Ku rasa ini sudah cukup 'kan?." Tanyanya.

"Sudah, Pa." Jawab Syiga seraya mengantungi uang tersebut di dalam saku seragamnya.

Ohiya.. sejak peristiwa kemarin saat kedatangan Diana, Tacka menyita kartu debit anaknya, supaya anak itu jera dan bisa bersikap sopan kepada orang yang lebih tua. Tapi begitu mendengar Syiga yang menginginkan sesuatu, akhirnya Tacka jadi tak tega. Alhasil ia memberikan uang tambahan untuk anaknya itu.

"Belajarlah yang tekun. Papa berangkat bekerja dulu."

"Iya, Pa."

Tacka mengelus ujung kepala Syiga, sebelum kemudian pergi bersama sang supir.

Selepas kepergian Papanya, Syiga lekas memasuki sekolah dengan langkah penuh semangat. Dia merasa tak sabar untuk segara menyelesaikan kegiatan sekolahnya, lalu setelah itu pulang dan mampir membeli kue yang sangat ia inginkan.

.

.

.

Hani sangat antusias sekali saat membantu Mila untuk mempersiapkan opening kedai kue baru. Kenapa Hani sangat semangat membantu mempersiapkan usaha Mila? Karena di salah satu menu tersebut ada menu ciptaannya.

"Alhamdulillah akhirnya beres juga. Semoga nanti ramai pembeli ya, Mil?." Ujar Hani kepada Mila.

"Amin!."

Mereka berdua berdiri di depan kedai sambil memandang tampak depan kedai kue tersebut.

"Aku yakin nanti pasti bakal ramai pembeli karena ada sosok bidadari yang turut serta membantu. Hehehe."

Candaan yang Mila lontarkan sukses membuat Hani ikut terkekeh. "Bidadari dari mana? Dari Hongkong? Hahaha."

"Kok gitu sih? Kamu 'kan memang bidadarinya Mas Reno.. cihuy.."

Hani menggeleng-gelengkan kepala. "Daripada semakin ngelantur kemana-mana, lebih baik kita masuk ke dalam. Aku sudah lapar sekali karena dari tadi belum sempat sarapan."

Tanpa menunggu jawaban dari Mila, Hani langsung merangkul pundak gadis itu, dan kemudian mengajaknya masuk ke dalam toko.

***

Pagi pun telah berganti menjadi siang...

Hani mendekati seorang anak kecil yang sejak tadi hanya diam di ambang pintu tanpa melakukan apapun.

"Adek mau beli apa?." Tanyanya ramah.

Walaupun sebenarnya Hani tak menyukai anak kecil, tapi dia harus tetap ramah kepada calon pelanggannya. Tapi entah kenapa tiba-tiba ada sebuah perasaan aneh yang hinggap di hati wanita itu saat mendekati anak kecil itu.

"Perasaan apa ini, ya Allah? Kenapa hatiku tiba-tiba bergetar?." Batin Hani bertanya-tanya.

Yang merasakan hal semacam itu bukanlah hanya Hani, tetapi Syiga pun merasakan hal yang sama. Bocah itu merasa sangat bahagia tanpa alasan ketika sedang berdekatan dengan Hani.

"Aku ingin memborong semua kue coklat yang seperti di gambar itu." Ujar Syiga sambil menunjuk sebuah gambar yang terpajang di dinding.

Seketika raut wajah Hani berubah datar. Kue yang di inginkan Syiga hanya tinggal satu, itupun sudah pesanan orang.

"Sebelumnya Kakak minta maaf, kue yang kamu inginkan telah habis."

Senyum yang sedari tadi merekah di bibir Syiga seketika lenyap entah kemana setelah mendengar penyataan dari Hani.

"Tapi aku sangat menginginkannya. Aku bahkan tidak konsen belajar karena terus kepikiran kue itu." Gumam Syiga sedih.

"Emmmbbb... Sebenarnya masih ada satu, tapi itu sudah pesanan orang."

"Untuk aku saja! Aku akan membayarnya berkali-kali lipat. Yang penting aku mendapatkan kue itu."

Respon yang Syiga berikan membuat Hani kaget. Tanpa sadar Hani mulai menjaga jarak dengan bocah itu. Sikap Syiga mengingatkannya pada seseorang yang amat sangat dia benci.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status