แชร์

05: Ketahuan Di Hotel

ผู้เขียน: OH HA LU
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-08-05 23:30:29

Respon yang Syiga berikan membuat Hani kaget. Tanpa sadar Hani mulai menjaga jarak dengan bocah itu. Sikap Syiga mengingatkannya pada seseorang yang amat sangat dia benci.

Hani baru sadar, setelah di amati lebih lama lagi, ternyata bukan hanya sikap bocah itu yang mirip dengan seseorang, tapi wajah bocah itu juga sangat mirip.

"Kenapa dia sangat mirip dengan dia?." Batin Hani dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Melihat sikap Hani yang aneh membuat Syiga bingung. "Kenapa Kakak malah melihatku seperti itu?." Tanyanya penasaran, namun tak mendapatkan respon apapun dari gadis itu.

"Kak cantik, tolong berikan saja kue itu kepadaku, ya?." Desak Syiga kembali pada pembahasan awal.

Hani mengusap kasar wajahnya sembari menarik nafas panjang. Dia menyakinkan dirinya sendiri bahwa anaknya telah tiada, dan anak kecil yang sedang di hadapannya saat ini hanya kebetulan saja mirip dengan orang yang dulu telah merenggut segalanya darinya.

"T-tapi kalo kue itu buat kamu, lalu bagaimana kalo nanti orangnya marah?." Tanya Hani dengan bibir bergetar.

"Itu bisa di atur nanti. Aku akan memberikan uang untuk menggantinya."

Hani kembali terdiam. Itu adalah sifat Tacka sekali. Yang mana dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang dia mau.

"Maaf, aku tidak bisa memberikannya. Kalo kamu ingin kue itu, maka kembalilah esok hari. Kakak akan menyisakan khusus untukmu."

Setelah mengatakan itu Hani segera pergi. Dia tak sanggup jika harus bersama Syiga lebih lama lagi. Sedangkan Syiga hanya bisa meratapi kepergian Hani dengan tatapan sedih. Ada perasaan tak rela ketika melihat Hani pergi meninggalkannya.

"Ibu.."

Entah sadar atau tidak? Syiga bergumam memanggil nama Ibu saat melihat Hani telah menghilang dari balik pintu.

Sementara itu, sang supir yang menyaksikan kesedihan majikan kecilnya itu lantas bergegas masuk menyusulnya. "Ayo kita pulang, Tuan muda." Bujuknya penuh kelembutan.

Syiga hanya bisa patuh. Mau tak mau bocah kecil itu harus pergi dari kedai dengan tangan kosong dan juga kesedihan.

Sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil, Syiga melirik ke arah pintu tempat Hani menghilang terakhir kali. Bocah itu berharap wanita itu keluar lagi menyapanya dengan sebuah senyum manis. Tetapi itu hanya sebuah angan-angan saja. Dari awal Syiga masuk mobil sampai berlalu pergi, Hani masih tak kunjung keluar.

Tanpa Syiga ketahui, sebenarnya Hani sedang mengintipnya dari dalam. Wanita itu menangis dalam diam seraya meratapi kepergiannya.

"Kamu tidak mungkin anakku. Aku tak sudi jika harus memiliki anak dari laki-laki b*jing*n itu. Hiks.."

Perlahan-lahan tubuh Hani jatuh melorot di atas dinginnya lantai. Kepala serta bahu wanita itu terhentak-hentak karena isak tangis yang semakin menjadi.

"Jika pun kau memang anakku, maka ku mohon padamu untuk jangan pernah muncul lagi di hadapan ku. Karena sampai kapan pun aku tidak akan mau mengakui mu sebagai anakku." Batinnya di sela tangisnya.

.

.

.

Di sisi lain..

Mata tajam Tacka tak lepas pada layar laptopnya. Jari-jarinya yang panjang mengetuk-ngetuk meja sembari menunggu hasil transaksi selesai.

"Perfek!."

Tacka bernafas lega saat melihat hasil yang memuaskan. Uang Milyaran rupiah telah berhasil ia dapatkan.

"You are great, Mr.Tacka."

(Anda memang berbakat, Tuan Tacka)

Seorang warga asing memuji bakat yang Tacka miliki. Dia sungguh merasa kagum kepada Tacka.

"Thank you sir. Without you, I couldn't have finished this."

(Terimakasih, Tuan. Tanpa anda, saya tidak dapat menyelesaikan ini)

Tacka dan Mr.Wang saling berjabat tangan. Mereka berdua sangat puas dengan hasil kerja sama kali ini.

"Hopefully in the future it will be more profitable."

(Semoga kedepannya akan lebih menguntungkan)

"Of course!."

(Tentu!)

"If that's the case, I'll take my leave first."

(Kalo begitu saya pamit pergi dulu)

Tacka hanya mengulas senyum tipis, lalu mempersilahkan rekan kerjanya itu pergi.

"Buang bukti-bukti yang ada, lalu setelah itu simpan uang tersebut ke tempat yang lebih aman." Perintah Tacka kepada asistennya setelah Mr.Wang menghilang dari balik pintu.

"Siap, Tuan."

Asisten pribadi Tacka yang bernama Kiki itu langsung melaksanakan tugas yang boss-nya perintahkan.

Sementara itu, Tacka merapikan pakaiannya lebih dulu, sebelum kemudian keluar dari ruangan.

Posisi Tacka saat ini tak lagi sedang berada di kantor, melainkan di sebuah hotel elit.

Senyum puas yang Tacka pancarkan menggambarkan kalo dirinya sedang sangat bahagia. Langkah lebarnya membawa ke basement hotel, di mana letak mobilnya terparkir.

"Tacka!."

Merasa namanya di panggil, Tacka pun menoleh ke belakang.

"Kamu ngapain ada di sini?." Tanya Diana.

"Tentu saja karena ada urusan." Jawabnya dingin.

"Urusan apa? kau tidak sedang ..

"Kalo iya, kenapa?." Tanya Tacka menyela.

"Apapun yang aku lakukan di sini bukan urusanmu." Sambungnya. Lalu setelah itu ia kembali melanjutkan langkahnya.

Biarlah wanita itu akan berpikiran yang tidak-tidak. Dia tak peduli.

.

.

.

Syiga duduk termenung di atas ayunan. Bocah itu jadi sangat pendiam semenjak pulang dari kedai roti tadi siang.

"Hari sudah petang, Tuan Muda. Lebih baik kita masuk ke dalam saja, yuk!."

Syiga tak memperdulikan ajakan pengasuhnya. Bocah itu masih saja asyik dalam lamunannya.

Kalo sudah dalam mode diem seperti ini, pengasuhnya pun sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Tak lama kemudian, mobil Tacka telah sampai di rumah. Ayah dari satu anak itu langsung mendekati sang putra.

"Ini sudah malam, kenapa masih di luar?." Tanya Tacka kepada Syiga yang masih duduk tak bergeming di atas ayunan.

"Aku ingin Ibu baru, Pa."

Dahi Tacka mengernyit heran saat mendengar penyataan luar biasa dari mulut anaknya.

"Kenapa tiba-tiba ingin Ibu baru?." Tanya Tacka sembari memasukkan kedua tangan di dalam saku celana.

"Aku menyukai Kakak cantik yang berjualan kue."

"Menyukai?."

Syiga mengangguk. "Aku ingin Kakak itu yang menjadi Ibuku."

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    06: Meminta Ibu Baru

    "Aku menyukai Kakak cantik yang berjualan kue." "Menyukai?." Syiga mengangguk. "Aku ingin Kakak itu yang menjadi Ibuku." Tacka tersenyum tipis. Salah makan atau kenapa bocah itu? kenapa tiba-tiba bisa ngelantur?. "Daripada berbicara yang tidak-tidak, lebih baik kita masuk. Papa membeli makanan kesukaan-mu." Set! Tanpa aba-aba Tacka langsung membopong tubuh anaknya, dan kemudian membawanya masuk ke dalam rumah. Udara di luar sangat dingin, Tacka tak ingin kalo Syiga sampai jatuh sakit. Sementara itu Syiga hanya pasrah. Kalo boleh jujur, dia tak suka saat di gendong oleh Papanya. Dia sudah besar, tak sepantasnya masih di gendong seperti anak kecil. *** Syiga menikmati makanan yang di belikan oleh Papanya saat pulang kerja tadi. Meskipun Tacka adalah seorang Ayah yang keras, tapi Tacka sangat sayang sekali pada Anaknya. Apapun yang Syiga inginkan selalu di kabulkan oleh Tacka. Hanya satu yang tak bisa Tacka kabulkan, yaitu mempertemukan Syiga dengan Ibu kandungnya. "

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-08-06
  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    07: Di Pertemukan Kembali

    Di sisi lain.. Selepas sholat dzuhur, Hani duduk termenung di teras mushola. Tidak ada siapapun di sana selain dia sendiri, karena semua orang sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Hani menghela nafas panjang. Semenjak pertemuannya dengan Syiga, gadis itu menjadi lebih banyak diam. Ada banyak sekali dugaan dan pertanyaan demi pertanyaan yang memenuhi isi kepala Hani. Sebenarnya siapa bocah itu? kenapa dia sangat mirip sekali dengan seseorang di masa lalunya (Tacka)? atau jangan-jangan dia memang anaknya? tapi bukankah anaknya waktu itu sudah kritis dan tidak ada lagi harapan untuk hidup?. "Astaghfirullah!." Hani mengusap wajahnya sambil beristighfar. Semakin ia mengingat masa lalunya, maka semakin ia merasa bersalah dan terluka. Bersalah karena telah tega meninggalkan anaknya saat sedang sekarat, dan terluka atas perlakuan Tacka di masa lampau. Karena kebencian dan rasa traumanya kepada Tacka yang terlalu besar, Hani sampai tega meninggalkan bayinya begitu saja. Padah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-08-31
  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    08: Tak Mau Mengakui

    "Kata anakku, dia telah bertemu Ibu kandungnya." Jawab Tacka tersenyum smirk. Deg! Jantung Hani seakan berhenti berdetak, saat mendengar penyataan yang keluar dari bibir Tacka. Untuk beberapa saat, wanita itu hanya diam, sebelum kemudian menggeleng lemah dengan derai air mata. "Aku tidak punya anak, apalagi dengan b*jing"n seperti mu." Teriak Hani murka. Tacka yang hendak membalas perkataan dari Hani, jadi urung saat melihat kedatangan anaknya. Begitu Syiga telah sampai di hadapannya, Tacka langsung menggendong tubuh bocah itu dalam gendongannya. "Lihatlah dia baik-baik. Apakah kau tak ingin menggendong ataupun memeluknya?." Tanya Tacka kepada Hani. Wanita itu diam saja tanpa mengatakan satu patah katapun. Hanya mata bundarnya saja yang bergerak mengikuti pergerakan Syiga dan Tacka yang semakin berjalan mendekat. Langkah Tacka terhenti tepat di hadapan Hani. "Kau boleh membenciku, tapi bagaimana pun dia.. "Stop!." Teriak Hani memotong perkataan Tacka begitu saja. "A

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-06
  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    09: Barang Yang Berharga

    "Embbm.. Ternyata selama ini anakku masih hidup." Deg! Seketika, tubuh Reno mematung. Laki-laki itu mengamati wajah Hani dengan tatapan shock. "Apa maksudmu, Hani?." "Bayi yang dulu pernah ku lahirkan masih hidup sampai sekarang, dan dia sangat mirip sekali dengan laki-laki b*jing*n itu." Jawab Hani dengan air mata yang kembali menetes. "Kau sudah melihatnya?." Tanya Reno yang langsung di jawab anggukan oleh Hani. "Lalu apa yang kamu lakukan saat melihatnya?." "Aku tak melakukan apa-apa. Baru saja menatap wajahnya sudah membuat hatiku terluka." Wajah Hani menunduk dalam. Entah apa tanggapan yang akan Reno berikan terhadap dirinya. Pada kenyataannya, Hani memang bukanlah Ibu yang baik. Dia egois! Karena kebenciannya terhadap Tacka yang terlalu dalam, Hani sampai ikut membenci anak yang tak berdosa itu. "Hani.." "Iya, Mas?." "Apakah aku boleh memberikan sedikit nasehat dan saran?." Hani menggeleng lemah. "Jika kamu hanya ingin memberi nasehat tentang aku dan anakk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-06
  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    10: Sudah Merasa Lelah

    Tacka, duduk termenung di depan jendela sembari bersedekap tangan. Matanya yang tajam mengamati rintik air hujan yang turun membasahi bumi. Laki-laki dewasa itu masih memikirkan pertemuannya dengan Hani, tadi siang.Selama ini Tacka memang sengaja tak mencari keberadaan Hani. Selain karena wanita itu sangat membencinya, dia juga sudah berjanji untuk tak mengusik kehidupan wanita itu lagi.Tok.. Tok.. Tok.."Papa!." Panggil Syiga dari balik pintu kamar Tacka."Masuklah!."Ceklek!Syiga membuka pintu secara perlahan, lalu mendekati sang Papa yang masih setia duduk di depan jendela kamar."Ada apa?." Tanya Tacka kepada putranya yang terlihat sedih.Ragu-ragu, Syiga membuka genggaman tangannya, sehingga memperlihatkan sebuah gelang putih yang indah."Tadi siang aku tak sengaja melihat benda ini jatuh dari tangan Kakak Cantik yang mirip Ibu." Ujar Syiga.Tacka mengambil benda itu dari tangan putranya. Setelah di amati cukup lama, Tacka baru ingat kalo gelang itu adalah gelang yang sangat b

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-06
  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    11: Jangan Menemuiku Lagi

    Hari-hari telah berlalu.. Semenjak pertemuannya dengan Tacka dan Syiga, Hani tak pernah datang kembali ke kedai roti. Di takut jika ketemu mereka kembali. Untuk mencoba menghibur Hani dari kemurungan, Reno berinisiatif mengajaknya berjalan-jalan ke sebuah mall yang cukup besar. "Belilah apa pun yang kau mau." Ujar Reno kepada Hani. Hani menggeleng lemah. "Aku sedang tak ingin beli apapun, Mas." Reno tak memaksa. Kalo Hani sudah bilang tidak, maka sulit sekali untuk di bujuk lagi. "Ya sudah.. Kalo begitu mending kita cari makan dulu." "Iya, Mas." Mereka berdua pun berjalan menuju Restaurant langganan Hani yang berada di kawasan Mall. Sesampainya di Restaurant tersebut, Reno langsung memesan makanan yang ia mau, sedangan Hani masih diam saja. Menyadari itu, Reno hanya bisa menghela nafas panjang. "Ada apa, Hani? Apakah kau masih sedih atas gelang mu yang hilang, atau karena pertemuan mu dengan masa lalu mu?." Tanya Reno serius. "Dua-duanya, Mas. Di sisi lain, aku sa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-06
  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 12

    "Mari kita lakukan ke tahap selanjutnya, Sayang. Aku tak akan menghentikan permainan kita, sebelum aku benar-benar merasa puas." Elkan sudah hilang kendali. Dia akan menciptakan malam yang indah bersama Alsa untuk yang kedua kalinya. "Aaakhhhh..." Alsa memekik kaget, dan tangannya tanpa sadar telah mencengkram kuat bahu lebar Elkan, sehingga membuat bahu tersebut memerah. Tapi meskipun begitu, Elkan tak marah, justru ia malah memberi elusan lembut pada ujung kepala Alsa. Elkan tak menghiraukan Alsa menjerit kesakitan dan terus meminta berhenti, dia tak perlu. Lelaki itu tetap melanjutkan permainannya sampai ia benar-benar merasa puas. Di antara-antara wanita lain yang pernah Elkan tiduri, hanya Alsa yang paling membuatnya ketagihan. Drrrddd.. Drrrddd.. Di tengah-tengah permainan itu, tiba-tiba ponsel Elkan berdering. Alsa memberi isyarat kepada Elkan untuk segera mengangkat teleponnya, siapa tahu itu adalah telepon penting, tapi Laki-laki itu masih saja enggan menghentikan perma

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-06
  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 13

    Meldi tak dapat fokus bekerja, yang ada di pikiran hanyalah Alsa Alsa dan Alsa saja. Dia belum bisa tenang karena sampai saat ini, ia masih belum mendapatkan kabar darinya. Meldi menghela nafas panjang. "Kemana sih kamu, Sa? Suka banget bikin aku khawatir." Desahnya. "Woy, Mel!." Meldi menoleh ke arah temannya yang sedang memanggil namanya. "Ada apa?." "Ponselmu sejak tadi berbunyi, tuh?." Meldi langsung beranjak dari duduknya. Ia segera mengambil ponselnya yang sedang di Cas di meja depan. Seketika matanya berbinar bahagia saat mendapatkan kabar dari Alsa. Namun ketika di coba hubungi balik, telponnya malah langsung di tolak. Ting! Alsa: "Maaf telah membuatmu khawatir. Saat ini aku sedang berada di apartemen Elkan. Aku baik-baik saja di sini." Deg! Tubuh Meldi mendadak membeku, dia tak menyangka kalo Alsa telah bertemu dengan laki-laki itu. Me: "Elkan? Elkan siapa?." Meldi mengirim pesan balasan itu karena Ingin memastikan saja bahwa Elkan yang di maksud Alsa itu

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-12

บทล่าสุด

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 14

    "Syarat? Apa itu?.""Aku ingin kau memberikanku rumah di sebuah pedesaan yang sepi dari keramaian. Aku ingin membesarkan anakku di sana."Elkan nampak mempertimbangkan permintaannya itu, sebelum kemudian mengangguk setuju."Baiklah, aku akan menuruti permintaanmu itu. Semakin kau jauh dari Risma, maka akan semakin bagus."Tanpa sadar, Alsa mengulas senyum tipis. Semoga saja di lingkungan barunya nanti, dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dia ingin hidup aman dan damai bersama anaknya saja."Oh iya.. aku masih mempunyai satu permintaan lagi.""Lagi?."Alsa mengangguk. "Iya, ku harap kau bisa menurutinya.""Katakan, apa itu?." Tanya Elkan sambil bersedekap tangan, menunggu apa yang ingin Alsa sampaikan."Setelah anak ini lahir, aku ingin kita tak saling mengenal lagi. Kau bisa hidup bahagia dengan Risma, sedangkan aku hidup bahagia dengan anakku."Tak ada respon apapun dari Elkan. Lelaki itu hanya diam memandang wajah Alsa dengan tatapan datar."Bagaimana, apa kau setuju?."E

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 13

    Meldi tak dapat fokus bekerja, yang ada di pikiran hanyalah Alsa Alsa dan Alsa saja. Dia belum bisa tenang karena sampai saat ini, ia masih belum mendapatkan kabar darinya. Meldi menghela nafas panjang. "Kemana sih kamu, Sa? Suka banget bikin aku khawatir." Desahnya. "Woy, Mel!." Meldi menoleh ke arah temannya yang sedang memanggil namanya. "Ada apa?." "Ponselmu sejak tadi berbunyi, tuh?." Meldi langsung beranjak dari duduknya. Ia segera mengambil ponselnya yang sedang di Cas di meja depan. Seketika matanya berbinar bahagia saat mendapatkan kabar dari Alsa. Namun ketika di coba hubungi balik, telponnya malah langsung di tolak. Ting! Alsa: "Maaf telah membuatmu khawatir. Saat ini aku sedang berada di apartemen Elkan. Aku baik-baik saja di sini." Deg! Tubuh Meldi mendadak membeku, dia tak menyangka kalo Alsa telah bertemu dengan laki-laki itu. Me: "Elkan? Elkan siapa?." Meldi mengirim pesan balasan itu karena Ingin memastikan saja bahwa Elkan yang di maksud Alsa itu

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    Chapter 12

    "Mari kita lakukan ke tahap selanjutnya, Sayang. Aku tak akan menghentikan permainan kita, sebelum aku benar-benar merasa puas." Elkan sudah hilang kendali. Dia akan menciptakan malam yang indah bersama Alsa untuk yang kedua kalinya. "Aaakhhhh..." Alsa memekik kaget, dan tangannya tanpa sadar telah mencengkram kuat bahu lebar Elkan, sehingga membuat bahu tersebut memerah. Tapi meskipun begitu, Elkan tak marah, justru ia malah memberi elusan lembut pada ujung kepala Alsa. Elkan tak menghiraukan Alsa menjerit kesakitan dan terus meminta berhenti, dia tak perlu. Lelaki itu tetap melanjutkan permainannya sampai ia benar-benar merasa puas. Di antara-antara wanita lain yang pernah Elkan tiduri, hanya Alsa yang paling membuatnya ketagihan. Drrrddd.. Drrrddd.. Di tengah-tengah permainan itu, tiba-tiba ponsel Elkan berdering. Alsa memberi isyarat kepada Elkan untuk segera mengangkat teleponnya, siapa tahu itu adalah telepon penting, tapi Laki-laki itu masih saja enggan menghentikan perma

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    11: Jangan Menemuiku Lagi

    Hari-hari telah berlalu.. Semenjak pertemuannya dengan Tacka dan Syiga, Hani tak pernah datang kembali ke kedai roti. Di takut jika ketemu mereka kembali. Untuk mencoba menghibur Hani dari kemurungan, Reno berinisiatif mengajaknya berjalan-jalan ke sebuah mall yang cukup besar. "Belilah apa pun yang kau mau." Ujar Reno kepada Hani. Hani menggeleng lemah. "Aku sedang tak ingin beli apapun, Mas." Reno tak memaksa. Kalo Hani sudah bilang tidak, maka sulit sekali untuk di bujuk lagi. "Ya sudah.. Kalo begitu mending kita cari makan dulu." "Iya, Mas." Mereka berdua pun berjalan menuju Restaurant langganan Hani yang berada di kawasan Mall. Sesampainya di Restaurant tersebut, Reno langsung memesan makanan yang ia mau, sedangan Hani masih diam saja. Menyadari itu, Reno hanya bisa menghela nafas panjang. "Ada apa, Hani? Apakah kau masih sedih atas gelang mu yang hilang, atau karena pertemuan mu dengan masa lalu mu?." Tanya Reno serius. "Dua-duanya, Mas. Di sisi lain, aku sa

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    10: Sudah Merasa Lelah

    Tacka, duduk termenung di depan jendela sembari bersedekap tangan. Matanya yang tajam mengamati rintik air hujan yang turun membasahi bumi. Laki-laki dewasa itu masih memikirkan pertemuannya dengan Hani, tadi siang.Selama ini Tacka memang sengaja tak mencari keberadaan Hani. Selain karena wanita itu sangat membencinya, dia juga sudah berjanji untuk tak mengusik kehidupan wanita itu lagi.Tok.. Tok.. Tok.."Papa!." Panggil Syiga dari balik pintu kamar Tacka."Masuklah!."Ceklek!Syiga membuka pintu secara perlahan, lalu mendekati sang Papa yang masih setia duduk di depan jendela kamar."Ada apa?." Tanya Tacka kepada putranya yang terlihat sedih.Ragu-ragu, Syiga membuka genggaman tangannya, sehingga memperlihatkan sebuah gelang putih yang indah."Tadi siang aku tak sengaja melihat benda ini jatuh dari tangan Kakak Cantik yang mirip Ibu." Ujar Syiga.Tacka mengambil benda itu dari tangan putranya. Setelah di amati cukup lama, Tacka baru ingat kalo gelang itu adalah gelang yang sangat b

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    09: Barang Yang Berharga

    "Embbm.. Ternyata selama ini anakku masih hidup." Deg! Seketika, tubuh Reno mematung. Laki-laki itu mengamati wajah Hani dengan tatapan shock. "Apa maksudmu, Hani?." "Bayi yang dulu pernah ku lahirkan masih hidup sampai sekarang, dan dia sangat mirip sekali dengan laki-laki b*jing*n itu." Jawab Hani dengan air mata yang kembali menetes. "Kau sudah melihatnya?." Tanya Reno yang langsung di jawab anggukan oleh Hani. "Lalu apa yang kamu lakukan saat melihatnya?." "Aku tak melakukan apa-apa. Baru saja menatap wajahnya sudah membuat hatiku terluka." Wajah Hani menunduk dalam. Entah apa tanggapan yang akan Reno berikan terhadap dirinya. Pada kenyataannya, Hani memang bukanlah Ibu yang baik. Dia egois! Karena kebenciannya terhadap Tacka yang terlalu dalam, Hani sampai ikut membenci anak yang tak berdosa itu. "Hani.." "Iya, Mas?." "Apakah aku boleh memberikan sedikit nasehat dan saran?." Hani menggeleng lemah. "Jika kamu hanya ingin memberi nasehat tentang aku dan anakk

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    08: Tak Mau Mengakui

    "Kata anakku, dia telah bertemu Ibu kandungnya." Jawab Tacka tersenyum smirk. Deg! Jantung Hani seakan berhenti berdetak, saat mendengar penyataan yang keluar dari bibir Tacka. Untuk beberapa saat, wanita itu hanya diam, sebelum kemudian menggeleng lemah dengan derai air mata. "Aku tidak punya anak, apalagi dengan b*jing"n seperti mu." Teriak Hani murka. Tacka yang hendak membalas perkataan dari Hani, jadi urung saat melihat kedatangan anaknya. Begitu Syiga telah sampai di hadapannya, Tacka langsung menggendong tubuh bocah itu dalam gendongannya. "Lihatlah dia baik-baik. Apakah kau tak ingin menggendong ataupun memeluknya?." Tanya Tacka kepada Hani. Wanita itu diam saja tanpa mengatakan satu patah katapun. Hanya mata bundarnya saja yang bergerak mengikuti pergerakan Syiga dan Tacka yang semakin berjalan mendekat. Langkah Tacka terhenti tepat di hadapan Hani. "Kau boleh membenciku, tapi bagaimana pun dia.. "Stop!." Teriak Hani memotong perkataan Tacka begitu saja. "A

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    07: Di Pertemukan Kembali

    Di sisi lain.. Selepas sholat dzuhur, Hani duduk termenung di teras mushola. Tidak ada siapapun di sana selain dia sendiri, karena semua orang sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Hani menghela nafas panjang. Semenjak pertemuannya dengan Syiga, gadis itu menjadi lebih banyak diam. Ada banyak sekali dugaan dan pertanyaan demi pertanyaan yang memenuhi isi kepala Hani. Sebenarnya siapa bocah itu? kenapa dia sangat mirip sekali dengan seseorang di masa lalunya (Tacka)? atau jangan-jangan dia memang anaknya? tapi bukankah anaknya waktu itu sudah kritis dan tidak ada lagi harapan untuk hidup?. "Astaghfirullah!." Hani mengusap wajahnya sambil beristighfar. Semakin ia mengingat masa lalunya, maka semakin ia merasa bersalah dan terluka. Bersalah karena telah tega meninggalkan anaknya saat sedang sekarat, dan terluka atas perlakuan Tacka di masa lampau. Karena kebencian dan rasa traumanya kepada Tacka yang terlalu besar, Hani sampai tega meninggalkan bayinya begitu saja. Padah

  • Ibu Untuk Anak Tuan Mafia    06: Meminta Ibu Baru

    "Aku menyukai Kakak cantik yang berjualan kue." "Menyukai?." Syiga mengangguk. "Aku ingin Kakak itu yang menjadi Ibuku." Tacka tersenyum tipis. Salah makan atau kenapa bocah itu? kenapa tiba-tiba bisa ngelantur?. "Daripada berbicara yang tidak-tidak, lebih baik kita masuk. Papa membeli makanan kesukaan-mu." Set! Tanpa aba-aba Tacka langsung membopong tubuh anaknya, dan kemudian membawanya masuk ke dalam rumah. Udara di luar sangat dingin, Tacka tak ingin kalo Syiga sampai jatuh sakit. Sementara itu Syiga hanya pasrah. Kalo boleh jujur, dia tak suka saat di gendong oleh Papanya. Dia sudah besar, tak sepantasnya masih di gendong seperti anak kecil. *** Syiga menikmati makanan yang di belikan oleh Papanya saat pulang kerja tadi. Meskipun Tacka adalah seorang Ayah yang keras, tapi Tacka sangat sayang sekali pada Anaknya. Apapun yang Syiga inginkan selalu di kabulkan oleh Tacka. Hanya satu yang tak bisa Tacka kabulkan, yaitu mempertemukan Syiga dengan Ibu kandungnya. "

DMCA.com Protection Status