Share

07: Di Pertemukan Kembali

Di sisi lain..

Selepas sholat dzuhur, Hani duduk termenung di teras mushola. Tidak ada siapapun di sana selain dia sendiri, karena semua orang sudah pulang sejak setengah jam yang lalu.

Hani menghela nafas panjang. Semenjak pertemuannya dengan Syiga, gadis itu menjadi lebih banyak diam.

Ada banyak sekali dugaan dan pertanyaan demi pertanyaan yang memenuhi isi kepala Hani. Sebenarnya siapa bocah itu? kenapa dia sangat mirip sekali dengan seseorang di masa lalunya (Tacka)? atau jangan-jangan dia memang anaknya? tapi bukankah anaknya waktu itu sudah kritis dan tidak ada lagi harapan untuk hidup?.

"Astaghfirullah!."

Hani mengusap wajahnya sambil beristighfar. Semakin ia mengingat masa lalunya, maka semakin ia merasa bersalah dan terluka. Bersalah karena telah tega meninggalkan anaknya saat sedang sekarat, dan terluka atas perlakuan Tacka di masa lampau.

Karena kebencian dan rasa traumanya kepada Tacka yang terlalu besar, Hani sampai tega meninggalkan bayinya begitu saja. Padahal waktu itu bayinya sedang berjuang bertahan hidup di dalam inkubator, karena memang terlahir prematur.

"Jika memang dia adalah bayi yang dulu telah ku lahirkan, berarti selama ini Tacka benar-benar telah memenuhi janjinya untuk tetap merawatnya." Gumamnya sambil memandangi langit biru.

Andai saja Tacka tidak sebejat itu, mungkin saja dia bisa menyukai dan menerimanya, tapi sayangnya Tacka adalah manusia iblis. Namun meskipun dia begitu, Hani masih dapat merasakan kalo cinta lelaki itu padanya sangatlah tulus.

Huh!

Hani menarik nafas panjang untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya. Dan tanpa ia sadari air matanya telah menetes membasahi pipi.

"Mungkin kamu membutuhkan ini!."

"Aaaaakkhh!."

Hani menjungkat kaget saat tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan sebuah tisu di hadapannya. Lantas gadis itu pun menoleh ke samping, tempat orang itu berada.

"Siapa kamu?."

Spontan saja Hani meringkuk mundur. Dia memang tidak melihat wajah orang itu dengan jelas karena tertutup oleh masker, namun dapat Hani pastikan kalo orang itu adalah orang jahat, karana di lihat dari pandangan matanya saja sangat menakutkan.

"Jangan takut, aku tidak bermaksud menganggu ataupun menakuti mu." Ucapnya seraya menaruh satu kotak kecil tisu di lantai bekas tempat duduk Hani. Lalu kemudian orang itu berlalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun.

Sementara itu, Hani hanya memandang kepergiannya dalam diam. "Siapa orang itu? kenapa misterius sekali?." Tanyanya pada dirinya sendiri.

Karena merasa takut, akhirnya Hani pun bergegas pergi dari teras mushola tanpa berniat mengambil ataupun memegang tisu pemberian orang tadi.

Dalam perjalanan kembali ke kedai roti, Hani masih saja memikirkan orang tadi. Kalo tadi orang jahat, lalu untuk apa pergi ke mushola? Dan jika dia orang baik, tapi kenapa dia sangat menyeramkan sekali, apalagi dia memiliki berbagai bekas luka di keningnya.

Ting!

Seketika Hani langsung menghentikan langkahnya saat mendengar ada sebuah nada notifikasi pesan masuk di ponselnya. Lantas wanita cantik yang berbaju syar'i itu bergegas mengambil ponselnya dari dalam tas. Siapa tahu itu adalah pesan penting dari kedua orang tuanya. Tetapi dugaannya salah, ternyata pesan tersebut dari Reno yang menanyakan keberadaan.

Tanpa sadar bibir Hani mengulas senyum manis. Perhatian kecil yang Reno berikan padanya mampu membuatnya merasa bahagia.

Mas Reno: "Sedang di mana, Hani?."

Me: "Sedang di Bintoro Mas. Kenapa?."

(Bintoro adalah alamat kedai rotinya berada)

Mas Reno: "Tidak apa-apa, aku hanya ingin tahu kabarmu saja."

Ting!

Belum sempat Hani membalasnya, pesan dari Reno kembali masuk.

Mas Reno: "Apakah di kedai sedang ramai?."

Me: "Alhamdulillah lumayan ramai, Mas. Hari ini lebih ramai dari hari kemarin, mungkin karena ini hari Minggu."

Mas Reno: "Kapan kamu akan pulang?."

Me: "Mungkin tidak lama lagi akan pulang kok, Mas. Alhamdulillah tadi stok kue di etalase tinggal sedikit. Memangnya kenapa?."

Mas Reno: "Aku ingin mengajak-mu ketemu."

Hani tak langsung membalasnya. Tiba-tiba saja hatinya menjadi deg-degan. Apakah tujuan Reno mengajak bertemu karena ingin memastikan hubungan mereka berdua? Atau hanya karena ingin bertemu saja?.

Mas Reno: "Kemana aku harus Menjemputmu?."

Me: "Nanti jemput di kedai roti saja, Mas."

Mas Reno: "Baiklah, jam tiga sore aku akan datang menjemputmu."

Me: "Iya, Mas."

Hani memasukkan kembali ponselnya di dalam tas selempangnya. Karena tidak fokus melihat jalanan, Hani tak sengaja menabrak bahu seseorang.

Brukkk!

"Maaf, saya tak sengaja." Ucap Hani merasa bersalah.

Melihat dompet orang yang ia tabrak jatuh di tanah, Hani langsung mengambil benda itu, dan tak lupa juga membersihkan debu-debu yang menempel di dompet kulit tersebut.

"Ini dompet Anda. Sekali lagi saya minta ma..

Brak!

Dompet yang ada di tangan Hani kembali terjatuh ke tanah saat melihat wajah orang yang dia tabrak.

"K-kamu?." Pekik Hani kaget.

Seketika persendian wanita itu terasa lemas sehingga mengakibatkan tubuhnya terhuyung ke belakang. Untung saja Tacka sigap menahannya, kalo tidak, Hani pasti sudah terjatuh.

"Jangan sentuh aku, B*jing*n!."

Hani segera menepis tangan Tacka, lalu kemudian mendorong tubuh laki-laki itu agar menjauh. Lebih baik Hani terjatuh di atas tanah yang kotor daripada harus di tolongi manusia iblis seperti Tacka.

Hani membersihkan bekas sentuhan tangan Tacka di bajunya dengan cara mengibas-ngibaskannya. Dia seakan merasa sangat jijik sekali setelah di sentuh laki-laki itu. Seakan-akan Tacka itu adalah hewan yang paling najis dan kotor.

Sedangkan Tacka sendiri tak marah. Laki-laki itu hanya diam saja sembari menatap lekat wajah Hani.

"Ternyata benar yang di katakan Syiga?."

Pergerakan Hani langsung melemah saat mendengar gumaman dari Tacka."Apa maksudmu?."

"Kata anakku, dia telah bertemu Ibu kandungnya." Jawab Tacka tersenyum smirk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status