"Stop menganggap gue bocah kecil lagi Fiona! Lo gak bisa terus ngelarang gue buat pergi dengan siapapun! Lo bukan siapa-siapa, jadi lo gak ada hak!" Gabriel yang muak karena setiap apa yang dia lakukan dan ia inginkan selalu dicampuri oleh Fiona seolah wanita itu memang bertugas untuk mengatur hidupnya. "Karena gue cinta sama lo!! Gue gak rela lo pergi sama cewek lain! Lo gak boleh jatuh cinta sama siapapun! Hanya boleh sama gue!" Gabriel yang terkejut dan tak percaya pada apa yang Fiona katakan memundurkan langkahnya ke belakang dan menggeleng perlahan. "Lo gila?!" *** Bercerita tentang Fiona Arsha Devana, yang tak berhenti mengejar Gabriel Tian Narendra, laki-laki yang disukanya sejak mereka masih kecil dulu hingga keduanya beranjak remaja. Tak pernah ada kata menyerah bagi Fiona. Dan saat Gabriel yang mulai jengah akan tingkahnya di masa-masa sekolah, yang selalu melarang dan mengaturnya layaknya istri yang takut suaminya berselingkuh. Lalu Gabriel yang kesal memilih menjalin kasih dengan satu orang siswi baru, Gabriel menyatakan cintanya saat siswi itu selesai menjalani ospek di sekolahnya, dia menyatakan cintanya dihadapan seluruh penghuni sekolah yang melihat, termasuk juga Fiona. Dan hal itu tentu membuat Fiona syok dan tak terima dengan apa yang Gabriel lakukan.
Lihat lebih banyak"Fiona lo ke sekolah naik apa?" Gabriel mendekati Fiona yang baru keluar dari kelasnya untuk istirahat, namun Fiona yang merajuk serta marah pada Gabriel memilih mengacuhkannya dan tak menganggap kehadiran Gabriel di sisinya.Fiona sibuk dengan teman-temannya dan mengabaikan Gabriel yang terus mendekatinya."Lo marah sama gue? Gue minta maaf gue pikir lo berangkat sama Kakak sepupu lo!" Gabriel yang tak suka Fiona mengacuhkannya itu menarik tangan gadis itu agar Fiona menatapnya .Apa yang dilakukannya memang berhasil menghentikan langkah Fiona dan membuat gadis itu memberikannya tatapan tajam serta marah. "Gue masih marah sama lo ya El! Jangan panggil atau ngomong sama gue dulu!"Fiona melepas kasar cengkraman Gabriel di tangannya dan kemudian kembali mengajak teman-temannya untuk meninggalkan Gabriel sendiri di lorong lantai dua itu."Wihh ada yang marahan nih!" Sebuah suara dari belakang tubuhnya serta rangkulan Gab
Devan menutup pintu mobilnya dengan kedua mata yang terarah pada sosok pria yang duduk di kursi depan rumahnya."Nathan!" Devan memanggil si pemilik nama yang tak lain keponakannya itu di atas kursi yang hanya memberikannya senyum tipis."Kok di luar? Kenapa tidak masuk?" Devan mengajukan tanya pada Nathan yang berjalan mendekat agar menyalami Omnya tersebut."Nathan gak bawa kunci rumah, tadi udah panggil Om sama Fiona, tapi sepertinya gak ada orang jadi Nathan tunggu di luar"Devan tersenyum tipis dan mengangguk mengerti. "Sepertinya Fiona masih di rumah Gabriel. Ayo masuk dulu! Kamu kenapa tidak menelepon Om kalau mau mampir? Apa sudah lama menunggu di luar?"Nathan tersenyum singkat dan menggeleng "Belum lama Om, belum ada 10 menit Nathan menunggu"Devan membuka pintu rumahnya dan menyuruh Nathan untuk masuk."Fiona sudah lama di rumah temannya Om?" Nathan meletakan tas yang dibawanya itu ke atas sofa
13 Tahun kemudian ..."Sejak kelas 5 SD, dia bahkan sudah mengikuti kelas akselerasi dan saat dia kelas 8, dia bahkan diangkat menjadi ketua osis, lalu sekarang dia terpilih jadi kapten tim basket SMA Galaxi, keren banget gak sih?"Dua orang siswi yang mendengar ocehan temannya itu hanya memutar bola matanya malas karena mereka selalu mendengar cerita ini setiap kali temannya itu bercerita.Fiona, gadis ini sering kali memuji Gabriel yang tak lain adik kelas mereka yang kini berada di kelas 10 MIPA 2 dan baru saja diangkat menjadi kapten basket karena permainannya yang begitu menakjubkan."Oke Fio, lo udah cerita hal itu ke kita dan sering banget lo ulang-ulang itu ... Kita paham lo itu suka sama Gabriel-""Enggak! Siapa bilang gue suka! Gue kagum sama sahabat baik gue!"Fiona membantah ucapan temannya itu, meski jantungnya berdebar karena ucapan suka yang
"Papah!!, ayo katanya mau pergi" Fiona sejak bangung pagi tadi pukul 6, tak henti mengingatkan sang Papah untuk pergi ke swalayan yang berada di dekat komplek perumahan mereka.Tak hentinya Fiona mengatakan bahwa dia tak sabar untuk bertemu Mamah barunya."Sabar sayang, Papahmu sedang mandi" Neneknya yang keluar dari dapur setelah membantu satu asisten rumah tangannya membuat sarapan itu memilih menemani Fiona yang tak henti meneriaki Papahnya agar mereka segera pergi.membutuhkan waktu 20 menit menunggu Papahnya itu selesai membersihkan dirinya dari dalam kamar mandi."Papah sangat lama!" Fiona bersidekap kesal menatap Devan yang hanya terkekeh melihat Fiona yang menggembungkan pipinya kesal."Fiona, Papahmu kan harus tampil menawan untuk mengambil hati calon mamah barumu"Neneknya itu berbisik di telinga Fiona yang mampu Devan ikut dengar, karena dari pada berbisik Ibunya itu lebih tepat se
"Fiona bilang apa! Tidak boleh begitu" Neneknya itu nampak terlihat sungkan pada Jesslyn yang terlihat sama tak enaknya. "Maaf ya, Fiona hanya bicara asal"Jesslyn menggeleng "tidak perlu meminta maaf, saya juga tidak masalah kok." Jesslyn tersenyum tipis dan berjongkok di dekat tubuh Fiona."Fiona sayang, lain kali ya Tante Jess main ke rumah Fiona" Jesslyn mengusap rambut Fiona yang dikuncir itu dengan lembut."Tapi kenapa? Fiona masih mau bersama Mamah--""Fiona!" Neneknya nampak menegur dan Fiona tak menghiraukannya, pandangan gadis kecil itu masih terfokus pada Jesslyn. "Besok kita masih bisa bertemu di sini lagi Fiona""Janji? Besok, Mamah datang lagi ke sini?"Jesslyn mengangguk pelan "Ya, Tante janji akan datang di jam yang sama"Fiona tersenyum senang dan memeluk Jesslyn erat "Fiona senang sekali, Fiona juga janji akan datang bersama Papah!" Neneknya yang berdiri di dekat sang cucu hanya menghela napas pelan dan terseny
"Fiona gak mau tau!! Papah sudah janji mau bawa Fiona pergi ke tempat yang banyak jajannya!! Ayo Papah!"Gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua itu tampak terus merengek di depan sang Papah yang tengah sibuk mengerjakan laporan kerjanya. Pak Devan, Papah dari gadis bernama Fiona ini nampak menghela napasnya perlahan melihat rengekan sang putri kecil yang terus meraung di dekat meja kerjanya."Sayang, Fiona lihat kan Papah sedang bekerja nak, Sama Nenek dulu ya ... Fiona ke supermarket sama Nenek, beli apapun yang Fiona suka--""Papah Janji hari minggu mau pergi sama Fiona, tapi kenapa sekarang bohong?!! Fiona maunya sama Papah!! Sama Papah!!"Dan pecahlah tangis anak berusia 4 tahun itu dengan kuatnya. Membuat Devan yang melihat sang putri menangis justru memijat keningnya kala pening menghampiri. "Fiona, Papah harus bekerja-""Papah selalu bekerja ... Papah gak pernah ada waktu buat Fiona!! Papah gak pernah main sama Fiona!!"&nb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen