Beranda / Romansa / Mengejar Brondong / 1.) Mamah Fiona?

Share

Mengejar Brondong
Mengejar Brondong
Penulis: Caty Perii

1.) Mamah Fiona?

Penulis: Caty Perii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-21 01:20:38

"Fiona gak mau tau!! Papah sudah janji mau bawa Fiona pergi ke tempat yang banyak jajannya!! Ayo Papah!" 

Gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua itu tampak terus merengek di depan sang Papah yang tengah sibuk mengerjakan laporan kerjanya. Pak Devan, Papah dari gadis bernama Fiona ini nampak menghela napasnya perlahan melihat rengekan sang putri kecil yang terus meraung di dekat meja kerjanya. 

"Sayang, Fiona lihat kan Papah sedang bekerja nak, Sama Nenek dulu ya ... Fiona ke supermarket sama Nenek, beli apapun yang Fiona suka--"

"Papah Janji hari minggu mau pergi sama Fiona, tapi kenapa sekarang bohong?!! Fiona maunya sama Papah!! Sama Papah!!" 

Dan pecahlah tangis anak berusia 4 tahun itu dengan kuatnya. Membuat Devan yang melihat sang putri menangis justru memijat keningnya kala pening menghampiri. "Fiona, Papah harus bekerja-"

"Papah selalu bekerja ... Papah gak pernah ada waktu buat Fiona!! Papah gak pernah main sama Fiona!!" 

Pandangan Devan nampak mengiba menatap Fiona yang masih menangis terisak sedih, ia bangkit dari atas mejanya untuk menghampiri Fiona yang kini sudah nangis sambil berguling di atas karpet bulu di ruang kerjanya. 

Baru akan ia angkat Fiona ke dalam gendongannya, pintu ruang kerjanya dibuka lebar, dan Bu Ida, Mamahnya itu datang nampak khawatir pada sang cucu yang berbaring di atas karpet bulu itu, lantas menggendong Fiona untuk masuk ke dalam pelukannya. 

"Astaga  Fiona sayang, kenapa mengganggu Papahmu? Ayo pergi sama Nenek"

Fiona meraung dan menggeleng, dia menginginkan Devan yang menemaninya, namun mengapa dua orang ini tak mengerti keinginannya?

"Yaudah Mah, biar Devan yang antar Fiona"

Mamahnya itu menggeleng dan menjauhkan Fiona yang masih menangis itu dari Devan. "Kamu lanjutkan saja kerjamu, lalu setelah itu istirahat. Mamah sudah siapkan sarapan di bawah, biar Fiona Mamah bawa jalan-jalan"

Devan menghela napasnya lega dan mengangguk. "Terimakasih Mah" Devan bersyukur meski dia adalah orangtua tunggal, namun ia masih memiliki Mamah yang sangat menyayanginya juga anaknya. 

Semenjak istrinya yang meninggal saat melahirkan Fiona, jujur saja Devan menjadi bingung untuk melanjutkan hidupnya, namun berkat kekuatan dari Mamah dan kehadiran malaikat, buah cintanya dengan sang istri sampai saat ini Devan masih bertahan untuk menjalani hidupnya. 

"Fio sayang, mau beli es krim? Fiona suka es krim strawberry kan? Bagaiman jika kita membeli es krim?"

Mendengar ucapan sang Nenek serta bujukannya, membuat tangis Fiona terhenti dan memandang Neneknya itu dengan sisa sesegukan yang berasal dari tenggorokannya. "Benar Fiona boleh makan es krim?"

"Boleh-"

"Jangan Mah, jangan dikasih Es, masih pagi"

Fiona menatap pada Sang Papah dan bersiap menumpahkan tangisnya karena larangan dari pria itu. "Iya boleh, Fiona boleh makan es krim, tapi jangan banyak-banyak"

Devan akhirnya mengalah, anaknya itu memang penggemar berat es krim,minggu lalu Fiona itu baru saja sembuh dari flu dan batuknya karena terlalu banyak minum air dingin juga es krim, salahnya memang yang menyediakan stok makanan dingin di rumah dengan sangat banyak berharap Fiona tidak bosan disaat ia tinggal kerja. 

Namun justru putrinya itu menghabiskan banyak es krim dalam satu hari, meski Neneknya menolak, gadis kecil itu punya caranya sendiri untuk mengambil es krim. 

"Asik! Ayo Nek, kita beli es krim"

Melihat keceriaan sang putri kembali, membuat Devan mendesah lega, setidaknya kini dia bisa sedikit bersantai setelah mengerjakan pekerjaannya. 

***

Di dekat komplek perumahannya itu ada sebuah swalayan yang menjual barang-barang dengan lengkap, bahkan tak hanya barang dan makanan, namun juga sayur dan buah pun turut mereka jual. Hingga saat pembukaan hari kemarin, banyak orang yang datang untuk berbelanja, sangat penuh hingga Nenek Ida, tak jadi membawa Fiona karena takut dia lepas pengawasan. 

Pagi ini memang ramai, namun masih sedikit lenggang membuat Bu Ida nampak tenang untuk membawa Fiona berkeliling. "Ayo Nek!!" Fiona yang berjalan cepat nampak tak sabar untuk segera memasuki swalayan tersebut. 

"Fiona jangan berlari"

Fiona tak menghiraukan ucapan sang Nenek karena dia hanya mau masuk ke dalam swalayan terlebih dahulu.

Kedua matanya yang melihat sekitarnya itu dibuat kagum, hingga bibirnya  tak henti membuat suara pekik senang. Terlebih saat melihat tumpukan mainan dan makanan ringan kesukaannya terjajar di depan sana. Dengan wajah senangnya, Fiona berlari untuk memilih makanan apa yang mau ia beli. Tak apa dia datang kemari tanpa sang Papah, setelah melihat banyaknya jajanan dan es krim yang enak, rasanya Fiona mampu memaafkan sang Papah. 

Fiona bertekad bahwa dia juga akan membeli sebagian makanan manis untuk Papahnya bekerja. 

"Ini buat Papah, ini buat Nenek, dan yang paling besar ini untuk Fiona" Fiona mengambil tiga batang coklat di rak terbawah dan membawanya ke kasir. Namun saat dirinya melintasi sebuah kulkas kaca yang menyimpan berbagai es krim langkah Fiona terhenti dan gadis itu diam untuk mengamati sejenak es krim yang berada di dalam sana. 

Setelah menemukan apa yang dia cari dan inginkan, Fiona berusaha kuat untuk membuka kulkas kaca tersebut namun tenaganya yang belum terlalu besar membuatnya kesulitan untuk membuka pintu kaca tersebut. 

"Awh ... Nenek!!" Fiona terisak sedih saat tangannya justru tergores pintu kulkas itu dan mencipta luka gores kecil di jemarinya. 

"Bisa aku bantu?"

Kedua mata basah Fiona melirik ke atas pada seorang wanita cantik yang tersenyum padanya. "Tanganmu kenapa?"

Fiona menunjukan telapak tangannya dan memberitahu bahwa jari telunjuknya tergores kaca. 

"Tidak apa-apa, besok juga sembuh, sini biar Tante tiup"

Wanita berambut panjang itu berjongkok di dekat Fiona dan mengusap tangan gadis kecil itu serta meniupnya pelan. "Sudah, rasa sakitnya sudah pergi" 

Fiona yang tersihir akan kecantikan wanita di depannya itu mengusap wajahnya yang basah dan mengangguk "terimakasih Tante" 

"Sama-sama cantik, apa yang mau kamu ambil memang? Biar Tante ambilkan"

Fiona menunjuk sebuah es krim strawberry di rak atas, dia ingin itu. Dan dengan mudah wanita berambut panjang itu membantunya mengambilkan es krim kesukaannya itu. 

"Terimakasih Tante"

Wanita itu mengangguk dengan senyum manisnya yang terpatri di bibir, ia juga sesekali melihat sekitar untuk mencari tau dengan siapa gadis kecil ini pergi.

"Kamu datang dengan siapa kesini?"

Fiona yang ditanya lantas mencari sosok Neneknya dengan gerak mata yang ia  liarkan ke segala arah, namun sosok yang dicarinya itu tak kunjung terlihat "sama Nenek, mungkin Nenek ada di luar. Yaudah Tante, aku mau bayar ini ya" Fiona melambaikan tangannya pada si wanita dewasa yang masih memperhatikan Fiona dengan lekat. 

Fiona berjalan riang ke arah kasir sembari kedua matanya meliarkan ke segala pandang agar menemui sang Nenek yang entah ada dimana. Fiona meletakkan semua jajanannya di atas meja kasir, dia tak tau bagaimana pandangan kasir wanita itu yang menatapnya bingung serta heran, karena seorang anak kecil nampak berbelanja sendiri. 

"Kamu datang sendiri?"

Saat ditanya oleh si penjaga kasir, Fiona menggeleng kuat "Fio datang dengan Nenek, nanti juga Nenek kesini" 

Fiona mengerucutkan bibirnya kesal karena sang Nenek tak kunjung ada di penglihatannya. "Adek? Kamu pegang uang?" Fiona menggeleng polos, dia bahkan harus berjinjit untuk melihat ke atas meja kasir. 

"Tidak, Fiona tidak bawa uang. Nanti Nenek Fio kok yang bayar, tapi Fiona gak tau Nenek ada di mana"

"Coklat dan es krim itu gabungkan saja dengan total belanjaan saya, saya yang akan membayarnya"

Fiona menolehkan kepalanya pada wanita yang tadi menolongnya membukakan pintu kulkas itu tersenyum padanya. 

Setelah selesai membayar, Fiona ikut pada si wanita yang mengajaknya duduk di kursi  tunggu yang berada di dalam swalayan tersebut. Fiona bahkan dengan santainya memakan es krim tersebut tanpa memikirkan sang Nenek yang pasti tengah cemas mencarinya. 

"Kamu tidak apa-apa makan es krim di pagi hari seperti ini?"

Fiona mengangguk dengan bibirnya yang kotor akibat sisa es krim yang menempel di sana. "Tante, terimakasih lagi ya sudah membayar makanan Fiona, Tante mau main ke rumah Fiona?"

Wanita itu tersenyum lembut dan menggeleng "lain kali Tante main, nama kamu Fiona?"

Fiona mengangguk dengan semangat "Namaku Fiona Arsha Devana, Arsha itu nama Mamahku dan Devan nama Papahku, tapi sekarang Fiona hanya tinggal dengan Nenek dan Papah, Mamah sudah tinggal di surga kata Papah"

Mendengar itu, wanita yang duduk di samping Fiona nampak bersedih akan kenyataan hidup yang Fiona jalani, gadis ini tumbuh tanpa sosok Ibu. Betapa hebat ayahnya yang merawat Fiona sampai sebesar ini. 

"Kalau Tante? Nama Tante siapa?" 

"Jesslyn, kamu panggil aku Tante Jess aja" Wanita bernama Jesslyn itu nampak gemas akan tingkah Fiona yang membersihkan mulutnya dengan lengannya itu. "Tante Jesslyn, mau jadi Mamah aku gak?" 

Jesslyn yang mendengar pertanyaan polos Fiona hanya tertawa  pelan dan menggeleng "Maaf Fiona, Tante  tidak bisa" kedua mata Fiona yang berbinar cerah itu lantas meredup dan menatap Jesslyn dengan perasaan kecewa. 

"Kenapa?" 

Jesslyn nampak mencari jawaban yang mampu membuat Fiona mengerti. "Karena Tante sudah menikah"

Fiona mengerjap lucu dan nampak tak mengerti pada apa yang Jesslyn katakan. "Menikah itu apa?"

Jesslyn menggaruk kepalanya yang tak gatal, kini ia bingung bagaimana menjelaskannya pada bocah kecil tersebut. "Begini saja, Fiona boleh kok anggap Tante ini Mamah Fiona"

"Benarkah?!" Fiona meletakan es krim di kursinya dan bangkit untuk berdiri di depan Jesslyn. "Iya, tentu saja" 

Fiona memeluk Jesslyn erat dengan memejamkan matanya, dia sangat senang karena kini dia memiliki Mamah, meski dia belum mengerti pada apa yang dilakukan dan dikatakannya namun Fiona merasakan kesenangan. 

"Mamah Jess, ikut Fiona pulang yuk, Fiona kenalin sama Papah Fio"

"Fiona!!!" 

Dari arah belakangnya , Fiona dan Jesslyn menoleh pada seorang wanita baya didamping salah satu petugas kasir yang berlari pelan menuju pada mereka. 

"Nenek!!" Fiona melambaikan tangannya pada sang Nenek yang sudah berurai air mata  karena mencemaskan sang cucu, namun Fiona hanya tersenyum senang melihat kehadiran Neneknya tanpa perasaan bersalah karena sudah membuat wanita berusia itu hampir terkena serangan jantung karena khawatir. 

"Kenapa kamu pergi dari pengawasan Nenek!! Lain kali tidak boleh seperti itu Fiona!! Nenek khawatir!!" 

Nenek Ida memeluk Fiona dan menumpahkan tangisan leganya, dia sudah berkeliling dan bertanya pada orang-orang, apakah mereka melihat Fiona, dan menjelaskan bagaimana ciri-cirinya. Namun tak ada yang melihatnya, membuat lututnya melemas. 

Jika Fiona hilang, entah apa yang terjadi pada Devan jika mendengar berita ini, anak laki-lakinya itu pasti akan sangat shok dan mungkin bisa lebih gila lagi, sama seperti pria itu yan kehilangan istri tercintanya dulu. 

 "Maaf Nenek, Fiona masuk duluan, soalnya Fiona udah gak sabar tadi"

Nenek Ida mengusap bibir cucunya yang belepotan es krim dan mengangguk mengerti akan ucapan sang cucu. "Lain kali tunggu Nenek, jangan pernah pergi sendirian!"

"Iya, Maaf Nek"

Saat ketenangannya sudah meliputinya, Bu Ida nampak menyadari bahwa sang cucu tadi tengah tak sendiri, wajahnya ditolehkan ke samping dan memperhatikan wanita muda yang tersenyum padanya. 

"Kamu yang menemani cucuku?"

Jesslyn yang ditanya mengangguk singkat, "Ya, tadi juga saya tanya, dia bersama siapa datang ke sini, dia hanya bilang dengan Neneknya tapi saat aku memperhatikannya dia tak menemui Neneknya membuatku khawatir jika ada orang jahat yang mendekatinya"

"Terimakasih banyak sudah menjaganya ... Apa jajanan dia kamu juga yang membayar? Berapa semuanya?"

Bu Ida mengeluarkan dompetnya bermaksud menggantikan uang Jesslyn yang dipakai untuk membeli makanan cucunya itu. "Tidak perlu Bu, saya ikhlas kok" Jesslyn menolak ramah uang tersebut. Dia justru lega jika Nenek dari Fiona sudah menemukannya. 

"Kalau begitu saya pulang duluan ya Bu, mari-"

"Mamah Jess mau kemana? Katanya mau bertemu Papah Fiona?"

Tak hanya Jesslyn, namun tubuh Bu Ida yang mendengar panggilan Fiona pada wanita asing itu menegang karena rasa terkejut. 

TBC ...

Bab terkait

  • Mengejar Brondong   2.) Mamah Baru untuk Fiona

    "Fiona bilang apa! Tidak boleh begitu" Neneknya itu nampak terlihat sungkan pada Jesslyn yang terlihat sama tak enaknya. "Maaf ya, Fiona hanya bicara asal"Jesslyn menggeleng "tidak perlu meminta maaf, saya juga tidak masalah kok." Jesslyn tersenyum tipis dan berjongkok di dekat tubuh Fiona."Fiona sayang, lain kali ya Tante Jess main ke rumah Fiona" Jesslyn mengusap rambut Fiona yang dikuncir itu dengan lembut."Tapi kenapa? Fiona masih mau bersama Mamah--""Fiona!" Neneknya nampak menegur dan Fiona tak menghiraukannya, pandangan gadis kecil itu masih terfokus pada Jesslyn. "Besok kita masih bisa bertemu di sini lagi Fiona""Janji? Besok, Mamah datang lagi ke sini?"Jesslyn mengangguk pelan "Ya, Tante janji akan datang di jam yang sama"Fiona tersenyum senang dan memeluk Jesslyn erat "Fiona senang sekali, Fiona juga janji akan datang bersama Papah!" Neneknya yang berdiri di dekat sang cucu hanya menghela napas pelan dan terseny

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Mengejar Brondong   3.) Malaikat itu Gabriel

    "Papah!!, ayo katanya mau pergi" Fiona sejak bangung pagi tadi pukul 6, tak henti mengingatkan sang Papah untuk pergi ke swalayan yang berada di dekat komplek perumahan mereka.Tak hentinya Fiona mengatakan bahwa dia tak sabar untuk bertemu Mamah barunya."Sabar sayang, Papahmu sedang mandi" Neneknya yang keluar dari dapur setelah membantu satu asisten rumah tangannya membuat sarapan itu memilih menemani Fiona yang tak henti meneriaki Papahnya agar mereka segera pergi.membutuhkan waktu 20 menit menunggu Papahnya itu selesai membersihkan dirinya dari dalam kamar mandi."Papah sangat lama!" Fiona bersidekap kesal menatap Devan yang hanya terkekeh melihat Fiona yang menggembungkan pipinya kesal."Fiona, Papahmu kan harus tampil menawan untuk mengambil hati calon mamah barumu"Neneknya itu berbisik di telinga Fiona yang mampu Devan ikut dengar, karena dari pada berbisik Ibunya itu lebih tepat se

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-22
  • Mengejar Brondong   4.) Kapten Basket Pemikat Hati

    13 Tahun kemudian ..."Sejak kelas 5 SD, dia bahkan sudah mengikuti kelas akselerasi dan saat dia kelas 8, dia bahkan diangkat menjadi ketua osis, lalu sekarang dia terpilih jadi kapten tim basket SMA Galaxi, keren banget gak sih?"Dua orang siswi yang mendengar ocehan temannya itu hanya memutar bola matanya malas karena mereka selalu mendengar cerita ini setiap kali temannya itu bercerita.Fiona, gadis ini sering kali memuji Gabriel yang tak lain adik kelas mereka yang kini berada di kelas 10 MIPA 2 dan baru saja diangkat menjadi kapten basket karena permainannya yang begitu menakjubkan."Oke Fio, lo udah cerita hal itu ke kita dan sering banget lo ulang-ulang itu ... Kita paham lo itu suka sama Gabriel-""Enggak! Siapa bilang gue suka! Gue kagum sama sahabat baik gue!"Fiona membantah ucapan temannya itu, meski jantungnya berdebar karena ucapan suka yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Mengejar Brondong   5.) Kak Nathan

    Devan menutup pintu mobilnya dengan kedua mata yang terarah pada sosok pria yang duduk di kursi depan rumahnya."Nathan!" Devan memanggil si pemilik nama yang tak lain keponakannya itu di atas kursi yang hanya memberikannya senyum tipis."Kok di luar? Kenapa tidak masuk?" Devan mengajukan tanya pada Nathan yang berjalan mendekat agar menyalami Omnya tersebut."Nathan gak bawa kunci rumah, tadi udah panggil Om sama Fiona, tapi sepertinya gak ada orang jadi Nathan tunggu di luar"Devan tersenyum tipis dan mengangguk mengerti. "Sepertinya Fiona masih di rumah Gabriel. Ayo masuk dulu! Kamu kenapa tidak menelepon Om kalau mau mampir? Apa sudah lama menunggu di luar?"Nathan tersenyum singkat dan menggeleng "Belum lama Om, belum ada 10 menit Nathan menunggu"Devan membuka pintu rumahnya dan menyuruh Nathan untuk masuk."Fiona sudah lama di rumah temannya Om?" Nathan meletakan tas yang dibawanya itu ke atas sofa

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-12
  • Mengejar Brondong   6.) Marah

    "Fiona lo ke sekolah naik apa?" Gabriel mendekati Fiona yang baru keluar dari kelasnya untuk istirahat, namun Fiona yang merajuk serta marah pada Gabriel memilih mengacuhkannya dan tak menganggap kehadiran Gabriel di sisinya.Fiona sibuk dengan teman-temannya dan mengabaikan Gabriel yang terus mendekatinya."Lo marah sama gue? Gue minta maaf gue pikir lo berangkat sama Kakak sepupu lo!" Gabriel yang tak suka Fiona mengacuhkannya itu menarik tangan gadis itu agar Fiona menatapnya .Apa yang dilakukannya memang berhasil menghentikan langkah Fiona dan membuat gadis itu memberikannya tatapan tajam serta marah. "Gue masih marah sama lo ya El! Jangan panggil atau ngomong sama gue dulu!"Fiona melepas kasar cengkraman Gabriel di tangannya dan kemudian kembali mengajak teman-temannya untuk meninggalkan Gabriel sendiri di lorong lantai dua itu."Wihh ada yang marahan nih!" Sebuah suara dari belakang tubuhnya serta rangkulan Gab

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-13

Bab terbaru

  • Mengejar Brondong   6.) Marah

    "Fiona lo ke sekolah naik apa?" Gabriel mendekati Fiona yang baru keluar dari kelasnya untuk istirahat, namun Fiona yang merajuk serta marah pada Gabriel memilih mengacuhkannya dan tak menganggap kehadiran Gabriel di sisinya.Fiona sibuk dengan teman-temannya dan mengabaikan Gabriel yang terus mendekatinya."Lo marah sama gue? Gue minta maaf gue pikir lo berangkat sama Kakak sepupu lo!" Gabriel yang tak suka Fiona mengacuhkannya itu menarik tangan gadis itu agar Fiona menatapnya .Apa yang dilakukannya memang berhasil menghentikan langkah Fiona dan membuat gadis itu memberikannya tatapan tajam serta marah. "Gue masih marah sama lo ya El! Jangan panggil atau ngomong sama gue dulu!"Fiona melepas kasar cengkraman Gabriel di tangannya dan kemudian kembali mengajak teman-temannya untuk meninggalkan Gabriel sendiri di lorong lantai dua itu."Wihh ada yang marahan nih!" Sebuah suara dari belakang tubuhnya serta rangkulan Gab

  • Mengejar Brondong   5.) Kak Nathan

    Devan menutup pintu mobilnya dengan kedua mata yang terarah pada sosok pria yang duduk di kursi depan rumahnya."Nathan!" Devan memanggil si pemilik nama yang tak lain keponakannya itu di atas kursi yang hanya memberikannya senyum tipis."Kok di luar? Kenapa tidak masuk?" Devan mengajukan tanya pada Nathan yang berjalan mendekat agar menyalami Omnya tersebut."Nathan gak bawa kunci rumah, tadi udah panggil Om sama Fiona, tapi sepertinya gak ada orang jadi Nathan tunggu di luar"Devan tersenyum tipis dan mengangguk mengerti. "Sepertinya Fiona masih di rumah Gabriel. Ayo masuk dulu! Kamu kenapa tidak menelepon Om kalau mau mampir? Apa sudah lama menunggu di luar?"Nathan tersenyum singkat dan menggeleng "Belum lama Om, belum ada 10 menit Nathan menunggu"Devan membuka pintu rumahnya dan menyuruh Nathan untuk masuk."Fiona sudah lama di rumah temannya Om?" Nathan meletakan tas yang dibawanya itu ke atas sofa

  • Mengejar Brondong   4.) Kapten Basket Pemikat Hati

    13 Tahun kemudian ..."Sejak kelas 5 SD, dia bahkan sudah mengikuti kelas akselerasi dan saat dia kelas 8, dia bahkan diangkat menjadi ketua osis, lalu sekarang dia terpilih jadi kapten tim basket SMA Galaxi, keren banget gak sih?"Dua orang siswi yang mendengar ocehan temannya itu hanya memutar bola matanya malas karena mereka selalu mendengar cerita ini setiap kali temannya itu bercerita.Fiona, gadis ini sering kali memuji Gabriel yang tak lain adik kelas mereka yang kini berada di kelas 10 MIPA 2 dan baru saja diangkat menjadi kapten basket karena permainannya yang begitu menakjubkan."Oke Fio, lo udah cerita hal itu ke kita dan sering banget lo ulang-ulang itu ... Kita paham lo itu suka sama Gabriel-""Enggak! Siapa bilang gue suka! Gue kagum sama sahabat baik gue!"Fiona membantah ucapan temannya itu, meski jantungnya berdebar karena ucapan suka yang

  • Mengejar Brondong   3.) Malaikat itu Gabriel

    "Papah!!, ayo katanya mau pergi" Fiona sejak bangung pagi tadi pukul 6, tak henti mengingatkan sang Papah untuk pergi ke swalayan yang berada di dekat komplek perumahan mereka.Tak hentinya Fiona mengatakan bahwa dia tak sabar untuk bertemu Mamah barunya."Sabar sayang, Papahmu sedang mandi" Neneknya yang keluar dari dapur setelah membantu satu asisten rumah tangannya membuat sarapan itu memilih menemani Fiona yang tak henti meneriaki Papahnya agar mereka segera pergi.membutuhkan waktu 20 menit menunggu Papahnya itu selesai membersihkan dirinya dari dalam kamar mandi."Papah sangat lama!" Fiona bersidekap kesal menatap Devan yang hanya terkekeh melihat Fiona yang menggembungkan pipinya kesal."Fiona, Papahmu kan harus tampil menawan untuk mengambil hati calon mamah barumu"Neneknya itu berbisik di telinga Fiona yang mampu Devan ikut dengar, karena dari pada berbisik Ibunya itu lebih tepat se

  • Mengejar Brondong   2.) Mamah Baru untuk Fiona

    "Fiona bilang apa! Tidak boleh begitu" Neneknya itu nampak terlihat sungkan pada Jesslyn yang terlihat sama tak enaknya. "Maaf ya, Fiona hanya bicara asal"Jesslyn menggeleng "tidak perlu meminta maaf, saya juga tidak masalah kok." Jesslyn tersenyum tipis dan berjongkok di dekat tubuh Fiona."Fiona sayang, lain kali ya Tante Jess main ke rumah Fiona" Jesslyn mengusap rambut Fiona yang dikuncir itu dengan lembut."Tapi kenapa? Fiona masih mau bersama Mamah--""Fiona!" Neneknya nampak menegur dan Fiona tak menghiraukannya, pandangan gadis kecil itu masih terfokus pada Jesslyn. "Besok kita masih bisa bertemu di sini lagi Fiona""Janji? Besok, Mamah datang lagi ke sini?"Jesslyn mengangguk pelan "Ya, Tante janji akan datang di jam yang sama"Fiona tersenyum senang dan memeluk Jesslyn erat "Fiona senang sekali, Fiona juga janji akan datang bersama Papah!" Neneknya yang berdiri di dekat sang cucu hanya menghela napas pelan dan terseny

  • Mengejar Brondong   1.) Mamah Fiona?

    "Fiona gak mau tau!! Papah sudah janji mau bawa Fiona pergi ke tempat yang banyak jajannya!! Ayo Papah!"Gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua itu tampak terus merengek di depan sang Papah yang tengah sibuk mengerjakan laporan kerjanya. Pak Devan, Papah dari gadis bernama Fiona ini nampak menghela napasnya perlahan melihat rengekan sang putri kecil yang terus meraung di dekat meja kerjanya."Sayang, Fiona lihat kan Papah sedang bekerja nak, Sama Nenek dulu ya ... Fiona ke supermarket sama Nenek, beli apapun yang Fiona suka--""Papah Janji hari minggu mau pergi sama Fiona, tapi kenapa sekarang bohong?!! Fiona maunya sama Papah!! Sama Papah!!"Dan pecahlah tangis anak berusia 4 tahun itu dengan kuatnya. Membuat Devan yang melihat sang putri menangis justru memijat keningnya kala pening menghampiri. "Fiona, Papah harus bekerja-""Papah selalu bekerja ... Papah gak pernah ada waktu buat Fiona!! Papah gak pernah main sama Fiona!!"&nb

DMCA.com Protection Status