Home / Romansa / Mengejar Brondong / 2.) Mamah Baru untuk Fiona

Share

2.) Mamah Baru untuk Fiona

Author: Caty Perii
last update Last Updated: 2021-09-22 02:34:45

"Fiona bilang apa! Tidak boleh begitu" Neneknya itu nampak terlihat sungkan pada Jesslyn yang terlihat sama tak enaknya. "Maaf ya, Fiona hanya bicara asal"

Jesslyn menggeleng "tidak perlu meminta maaf, saya juga tidak masalah kok." Jesslyn tersenyum tipis dan berjongkok di dekat tubuh Fiona.

"Fiona sayang, lain kali ya Tante Jess main ke rumah Fiona" Jesslyn mengusap rambut Fiona yang dikuncir itu dengan lembut. 

"Tapi kenapa? Fiona masih mau bersama Mamah--"

"Fiona!" Neneknya nampak menegur dan Fiona tak menghiraukannya, pandangan gadis kecil itu masih terfokus pada Jesslyn. "Besok kita masih bisa bertemu di sini lagi Fiona"

"Janji? Besok, Mamah datang lagi ke sini?"

Jesslyn mengangguk pelan "Ya, Tante janji akan datang di jam yang sama"

Fiona tersenyum senang dan memeluk Jesslyn erat "Fiona senang sekali, Fiona juga janji akan datang bersama Papah!" Neneknya yang berdiri di dekat sang cucu hanya menghela napas pelan dan tersenyum tipis. 

"Yaudah, sekarang Fiona ikut Nenek pulang ya? Jangan nakal" 

Fiona menggeleng tak setuju akan ucapan Jesslyn tentangnya "Fiona gak pernah nakal kok, iya kan Nek?"

Neneknya yang ditanya oleh sang cucu hanya tertawa kecil dan mengiyakannya saja. Jesslyn juga nampak dibuat geli oleh tingkah polos Fiona. "Dah Fiona, Tante pulang dulu ya" Jesslyn melambaikan tangannya pada Fiona yang membalas lambaian tangannya dengan senyum lebar yang terpatri di wajahnya. 

"Yuk pulang, sudah selesai jajannya?" Fiona mengangguk dan mengambil tangan Neneknya untuk ia gandeng. 

Sekembalinya Fiona ke rumah, gadis kecil itu berlari memasuki rumahnya dan mencari sang Papah yang ia tau masih berada di ruang kerjanya di lantai satu rumahnya. "Papah?" Fiona mencoba membuka gagang pintu ruang kerja Papahnya itu, namun tau bahwa pintu itu tak bisa dibuka dan kemungkinan dikunci dari dalam membuat Fiona terus menaik turunkan gagang pintu di depannya. 

Bibirnya terus memanggil sang Papah hingga Neneknya yang tau bagaimana sibuknya sang putra lantas kembali menarik Fiona agar tak menganggu Papahnya itu. 

"Fiona sayang, Papah masih bekerja ... Main sama Nenek dulu ya"

Fiona menggeleng pelan "Fiona mau beritahu Papah, dan Fiona juga mau beri coklat ini buat Papah"

Neneknya itu mengangguk mengerti "iya tapi tidak sekarang, oh iya kan semalam Fiona buat kue kita makan kue saja bagaimana?'

Bu Ida nampak mencoba membujuk Fiona agar tak mengganggu Papahnya, dan untungnya bujukannya nampak berhasil karena kini kedua mata cucunya itu  berbinar terang mendengar makanan manis. 

Semalam Fiona memang meminta dibuatkan kue strawberry oleh Neneknya, dan jadilah mereka memberantakan dapur untuk mewujudkan keinginan Fiona, dan ternyata kue yang mereka buat disukai oleh Fiona, meski pada akhirnya Devan melarang Fiona memakan banyak malam tadi. 

"Ayo Nenek, Fiona bisa makan banyak karena Papah tidak ada"

Fiona tau bahwa Papahnya akan melarang dia jika banyak memakan makanan manis, tapi tidak dengan Neneknya yang selalu menuruti apa yang dia mau. 

Neneknya membawa Fiona ke kursi bar yang ada di dapurnya dan mendudukan sang cucu di sana, sementara dia mengambil kue dari dalam kulkas. Fiona yang menunggu sang Nenek memilih membuka coklat yang tadi di belinya yang masih tersimpan di kantung plastik itu. 

Menikmati coklat yang berisikan kacang almond itu sendiri, sampai saat sang Nenek kembali wanita itu hanya berdecak melihat kelakuan sang cucu. "Kenapa makan coklat? Ini Nenek udah bawa kuenya"

"Maaf Nek, Fiona tidak sabar mencoba coklatnya ... Ini buat Nenek"

Fiona merogoh coklatnya dan memberikan makanan manis tersebut untuk Neneknya yang dibalas dengan tawa kecilnya. "Simpan dulu coklatnya, kamu jangan makan dua-dua seperti itu, kalau Papahmu lihat nanti Nenek dimarahi"

Bu Ida menyimpan coklat yang sudah dibuka oleh Fiona dan menyerahkan kue di hadapan sang putri. "Nenek, besok kita ke sana lagi kan? Fiona masih mau bertemu Mamah Jesslyn"

Fiona yang menyuap kuenya itu memberikan tanya pada Neneknya, ia berharap masih bisa bertemu wanita yang sudah membuatnya jatuh hati ingin selalu melihatnya, dan berharap bisa menjadi Mamahnya. 

"Iya, boleh. Besok kita ke sana lagi"

"Tapi Fiona mau Papah yang bertemu dengan Mamah Jesslyn, Fiona mau Papah bicara sama Mamah Jesslyn biar Mamah Jesslyn bisa tinggal di sini dan benar-benar jadi Mamah Fiona"

Bu Ida menelan salivanya kasar, melihat pandangan sang cucu yang nampak bersedih yang tak bisa ditutupi dari raut wajahnya. 

"Setiap Nenek bawa Fiona pergi, Fiona selalu melihat banyak anak kecil yang digendong sama Mamahnya, tapi Fiona gak punya Mamah-"

"Fiona, Nenek kan pernah bilang, Mamah Fiona sudah tenang di surga--"

"Sampai kapan Mamah Fiona tinggal di surga? Memang surga itu enak? Mamah tidak sayang Fiona dan Papah, kalau  Mamah sayang seharusnya Mamah jangan pergi ke surga sendirian!!"

Bu  Ida menggeleng pelan dan mencoba menghilangkan pikiran buruk itu dari kepala cucunya tersayang. "Fiona jangan bicara seperti itu, Fiona mau buat Mamah Fiona sedih di atas sana? Fiona boleh kok kalau mau punya Mamah baru, tapi Fiona juga harus ingat, kalau Mamah Fiona itu tetap Mamah Arsha"

Fiona menangis sedih dan bangkit dari kursinya untuk memeluk sang Nenek. "Maaf Nek, Fiona gak mau buat Mamah sedih. Fiona tetap sayang Mamah Arsha kok, tapi Fiona juga mau merasakan punya Mamah"

Bu Ida menahan air mata yang ingin meluncur dan ia memeluk sang cucu dengan erat. "Jangan diulangi ya, jangan mengeluhkan Mamah seperti itu. Kalau Fiona benar-benar menginginkan Tante tadi jadi Mamah Fiona, Fiona bisa bicara sama Papah dulu"

Bagaimanapun Bu Ida mengerti perasaan cucunya ini. Dan juga, ia merasa bahwa putranya memang membutuhkan istri baru bukan hanya untuk dirinya namun untuk Fiona yang pasti masih sangat membutuhkan figur seorang Ibu. 

***

Devan baru menyelesaikan pekerjaannya saat  jarum pendek di dalam jam dinding itu telah menunjukan angka 11 siang. Sudah 3 jam dia duduk di atas kursi kerjanya. 

Dan kini dia merindukan Fiona, sang putri dan merasa bersalah karena pagi tadi tak bisa menemani sang putri yang meminta dia untuk ikut membeli jajanan. 

Laki-laki dengan setelan kaos rumahannya itu membuka pintu ruang kerjanya yang sengaja ia kunci untuk menghindari gangguan Fiona, dan segera saja Devan mencari si putri kesayangan yang ia tau pasti tengah membantu Mamahnya di dapur. 

Namun tak mendengar suara apapun dari arah dapur membuat Devan yang terheran memasuki kamar sang putri yang berada di lantai 2. 

Sebelum membuka pintunya, Devan mengintip dan melihat bagaimana pemandangan Fiona yang tengah bersandar manja dengan Mamahnya itu nampak akrab sembari melihat sebuah album foto pernikahannya dengan sang istri.

Mendengar pembicaraan mereka membuat hati Devan terenyuh.

"Mamah Fiona sangat cantik ya Nek, kalau sudah besar nanti, Fiona mau pakai gaun yang Mamah pakai seperti  ini boleh Nek?"

 "Tentu boleh, nanti kita cari gaun yang seperti ini"

Devan tak tahan lagi hanya mengintip dari balik pintu, dia membuka pintunya dengan lebar dan begitu senangnya saat Fiona bangkit dari atas ranjang dan berlari memeluknya. 

"Papah!! Papah udah gak sibuk?"

Devan berjongkok di depan wajah Fiona sembari mengusap rambut sang putri tersebut "sudah, pekerjaan Papah sudah selesai, papah sudah tidak sibuk lagi. Besok juga Papah libur loh, Fiona mau minta jalan-jalan kemanapun akan Papah temani"

"Benar Pah? Janji? Papah gak akan bohong seperti pagi tadi kan?!"

Devan tersenyum dan mengangguk kuat. Fiona terpekik girang dan meloncat karena rasa senangnya. "Besok pagi temani Fiona ke supermarket tadi"

Kedua mata Devan menyipit tajam dan memberikan gelengan tegas untuk Fiona. 

"Jika untuk membeli coklat atau es krim, Papah tidak mau!"

Fiona tersenyum lebar dan mengangguk, mengiyakan ucapan sang Papah. "Fiona gak mau beli jajan lagi kok Pah, besok Fiona harus bertemu Mamah karena Fiona sudah janji"

Mendengar ucapan sang putri lantas menimbulkan tanya di benak Devan, pria itu menatap dengan pandangan bertanya pada sang Mamah yang duduk di atas ranjang putrinya sembari memperhatikan dia juga Fiona.

"Apa maksudnya Mamah?"

Bu Ida tersenyum simpul mengamati sang putra dengan wajah bingungnya itu. "Fiona berjanji pada satu wanita muda untuk bertemu lagi besok, mereka sangat akrab dan nampak Fiona menyukainya"

 Devan nampak tak mengerti dan tentu dia masih bingung mengapa Fiona memanggil wanita itu dengan panggilan Mamah. "Fiona menginginkan dia menjadi Mamahnya Van"

Devan menggeleng, dia kaget karena Fiona bisa berpikir seperti itu. "Fiona sudah tak sayang Mamah Arsha? Siapa yang Fiona maksud Mamah?"

"Fiona sayang Mamah kok, tapi Fiona juga mau Tante Jesslyn jadi Mamah Fiona ... Boleh kan Pah?"

Devan masih menggeleng tak mengerti dia menoleh pada Mamahnya yang menyuruhnya menganggukkan ucapan Fiona. Akhirnya dengan senyum tipisnya Devan mengangguk membuat Fiona bersorak girang. 

Devan menggendong Fiona ke atas ranjangnya yang diapit olehnya juga sang Mamah. "Fiona bobo siang ya, sore nanti Papah temani Fiona main sepeda" Melihat Devan dan Fiona yang sudah saling bercengkrama sebelum tidur dan selalu menjadi rutinitas Devan ketika pria itu ada di rumah, Bu Ida memilih beranjak keluar dan menunggu sang putra yang pasti meminta penjelasan mengenai ucapan Fiona tadi.

"Iya Pah" Devan tersenyum senang jika melihat sang putri tak membantah ucapannya. Devan mengusap kepala Fiona sayang dan memeluk gadis kecilnya sampai Fiona terlelap di atas ranjang. 

Setelah memastikan putrinya itu tertidur lelap, barulah Devan meninggalkan Fiona yang sudah terlelap di atas ranjangnya untuk menemui sang Mamah di sofa ruang keluarga. 

"Mah, maksud ucapan Fiona tadi itu apa?"

Tanpa basa-basi Devan yang segera mengambil duduk di samping Bu Ida yang tengah mengupas jeruk itu nampak tak kaget akan kehadirannya yang tiba-tiba. 

"Jeruk Van?" Bu Ida nampak menawarkan makanan di tangannya tanpa menjawab tanya yang Devan ajukan padanya. 

"Enggak Mah, Devan hanya mau kejelasan sama yang Fiona katakan tadi. Apa maksud ucapannya"

Bu Ida, Mamahnya itu meletakkan jeruk yang baru saja ia kupas kulitnya ke atas meja dan merubah posisi duduknya agar menatap putranya dengan raut serius. 

"Saat di swalayan tadi, Mamah kehilangan Fiona ... Dia lepas dari pengawasan Mamah dan untungnya ada seorang wanita baik hati yang menemani Fiona sampai Mamah menemukannya"

Bu Ida menggenggam tangan sang putra dengan lembut "namanya Jesslyn, Fiona menyukai kepribadian wanita itu meski baru bertemu, nampaknya mereka sudah sangat akrab--"

"Maksud Mamah, Fiona menginginkan wanita itu untuk menjadi Mamahnya meski mereka baru mengenal?"

Bu Ida tertawa pelan dan mengangguk "begitulah pemikiran anak-anak"

"Anak itu ... " Devan mendengus geli memikirkan tingkah Fiona. "Tapi Mah, jadi besok Fiona menginginkan bertemu wanita itu lagi"

Bu Ida mengangguk "Ya, kamu bisa menemuinya ... Dan Van, boleh Mamah bicarain hal ini?"

Devan melihat bahwa sang Mamah seperti akan mengatakan hal serius membuat dirinya mengangguk kaku. 

"Jika pun kamu merasa cocok dengannya, kamu bisa mencoba dekat dengannya--"

"Mah stop! Devan tidak mau jika pada akhirnya harus menjalin kasih dengan seorang wanita!"

Bu Ida mengerti itu, dia tau putranya memang sangat setia dengan mantan mendiang istrinya, dan semenjak istrinya itu meninggal tak pernah sekalipun Bu Ida lihat  putranya ini mengenalkan wanita lain padanya. 

"Devan, Mamah tau kamu memang tidak butuh lagi figur seorang istri ... Kamu merasa kamu sudah mencukupi kebutuhan hidupmu, tapi bayangkan perasaan Fiona, gadis sekecil itu masih butuh sosok Ibu Van"

"Tapi kan ada Mamah"

"Mamah ini Neneknya, bukan orangtuanya"

Devan terdiam mendengar ucapan sang Mamah. "Mamah memang bisa selalu ada untuk Fiona, tapi sampai kapan? Usia Mamah tidak semuda kamu Van, Kamu juga tau bagaiman sibuknya kamu dengan pekerjaanmu, kamu selalu meninggalkan Fiona sendirian"

Mamahnya itu benar ... Devan nampak tertampar dengan ucapan benar Mamahnya, meski dia tak butuh figur seorang istri namun lain dengan Fiona yang masih sangat membutuhkan seorang Ibu.

"Ikut Fiona besok, coba kamu lihat wanita seperti apa yang Fiona sukai itu"

Devan diam dengan pikirannya hingga tangan keriput Mamahnya mengusap punggung tangannya. "Jika kamu tak mau melakukannya untuk dirimu, setidaknya lakukan untuk Fiona"

Devan tersenyum tipis dan mengangguk, baiklah Devan akan mencobanya. 

TBC... 

Related chapters

  • Mengejar Brondong   3.) Malaikat itu Gabriel

    "Papah!!, ayo katanya mau pergi" Fiona sejak bangung pagi tadi pukul 6, tak henti mengingatkan sang Papah untuk pergi ke swalayan yang berada di dekat komplek perumahan mereka.Tak hentinya Fiona mengatakan bahwa dia tak sabar untuk bertemu Mamah barunya."Sabar sayang, Papahmu sedang mandi" Neneknya yang keluar dari dapur setelah membantu satu asisten rumah tangannya membuat sarapan itu memilih menemani Fiona yang tak henti meneriaki Papahnya agar mereka segera pergi.membutuhkan waktu 20 menit menunggu Papahnya itu selesai membersihkan dirinya dari dalam kamar mandi."Papah sangat lama!" Fiona bersidekap kesal menatap Devan yang hanya terkekeh melihat Fiona yang menggembungkan pipinya kesal."Fiona, Papahmu kan harus tampil menawan untuk mengambil hati calon mamah barumu"Neneknya itu berbisik di telinga Fiona yang mampu Devan ikut dengar, karena dari pada berbisik Ibunya itu lebih tepat se

    Last Updated : 2021-09-22
  • Mengejar Brondong   4.) Kapten Basket Pemikat Hati

    13 Tahun kemudian ..."Sejak kelas 5 SD, dia bahkan sudah mengikuti kelas akselerasi dan saat dia kelas 8, dia bahkan diangkat menjadi ketua osis, lalu sekarang dia terpilih jadi kapten tim basket SMA Galaxi, keren banget gak sih?"Dua orang siswi yang mendengar ocehan temannya itu hanya memutar bola matanya malas karena mereka selalu mendengar cerita ini setiap kali temannya itu bercerita.Fiona, gadis ini sering kali memuji Gabriel yang tak lain adik kelas mereka yang kini berada di kelas 10 MIPA 2 dan baru saja diangkat menjadi kapten basket karena permainannya yang begitu menakjubkan."Oke Fio, lo udah cerita hal itu ke kita dan sering banget lo ulang-ulang itu ... Kita paham lo itu suka sama Gabriel-""Enggak! Siapa bilang gue suka! Gue kagum sama sahabat baik gue!"Fiona membantah ucapan temannya itu, meski jantungnya berdebar karena ucapan suka yang

    Last Updated : 2021-09-24
  • Mengejar Brondong   5.) Kak Nathan

    Devan menutup pintu mobilnya dengan kedua mata yang terarah pada sosok pria yang duduk di kursi depan rumahnya."Nathan!" Devan memanggil si pemilik nama yang tak lain keponakannya itu di atas kursi yang hanya memberikannya senyum tipis."Kok di luar? Kenapa tidak masuk?" Devan mengajukan tanya pada Nathan yang berjalan mendekat agar menyalami Omnya tersebut."Nathan gak bawa kunci rumah, tadi udah panggil Om sama Fiona, tapi sepertinya gak ada orang jadi Nathan tunggu di luar"Devan tersenyum tipis dan mengangguk mengerti. "Sepertinya Fiona masih di rumah Gabriel. Ayo masuk dulu! Kamu kenapa tidak menelepon Om kalau mau mampir? Apa sudah lama menunggu di luar?"Nathan tersenyum singkat dan menggeleng "Belum lama Om, belum ada 10 menit Nathan menunggu"Devan membuka pintu rumahnya dan menyuruh Nathan untuk masuk."Fiona sudah lama di rumah temannya Om?" Nathan meletakan tas yang dibawanya itu ke atas sofa

    Last Updated : 2022-01-12
  • Mengejar Brondong   6.) Marah

    "Fiona lo ke sekolah naik apa?" Gabriel mendekati Fiona yang baru keluar dari kelasnya untuk istirahat, namun Fiona yang merajuk serta marah pada Gabriel memilih mengacuhkannya dan tak menganggap kehadiran Gabriel di sisinya.Fiona sibuk dengan teman-temannya dan mengabaikan Gabriel yang terus mendekatinya."Lo marah sama gue? Gue minta maaf gue pikir lo berangkat sama Kakak sepupu lo!" Gabriel yang tak suka Fiona mengacuhkannya itu menarik tangan gadis itu agar Fiona menatapnya .Apa yang dilakukannya memang berhasil menghentikan langkah Fiona dan membuat gadis itu memberikannya tatapan tajam serta marah. "Gue masih marah sama lo ya El! Jangan panggil atau ngomong sama gue dulu!"Fiona melepas kasar cengkraman Gabriel di tangannya dan kemudian kembali mengajak teman-temannya untuk meninggalkan Gabriel sendiri di lorong lantai dua itu."Wihh ada yang marahan nih!" Sebuah suara dari belakang tubuhnya serta rangkulan Gab

    Last Updated : 2022-01-13
  • Mengejar Brondong   1.) Mamah Fiona?

    "Fiona gak mau tau!! Papah sudah janji mau bawa Fiona pergi ke tempat yang banyak jajannya!! Ayo Papah!"Gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua itu tampak terus merengek di depan sang Papah yang tengah sibuk mengerjakan laporan kerjanya. Pak Devan, Papah dari gadis bernama Fiona ini nampak menghela napasnya perlahan melihat rengekan sang putri kecil yang terus meraung di dekat meja kerjanya."Sayang, Fiona lihat kan Papah sedang bekerja nak, Sama Nenek dulu ya ... Fiona ke supermarket sama Nenek, beli apapun yang Fiona suka--""Papah Janji hari minggu mau pergi sama Fiona, tapi kenapa sekarang bohong?!! Fiona maunya sama Papah!! Sama Papah!!"Dan pecahlah tangis anak berusia 4 tahun itu dengan kuatnya. Membuat Devan yang melihat sang putri menangis justru memijat keningnya kala pening menghampiri. "Fiona, Papah harus bekerja-""Papah selalu bekerja ... Papah gak pernah ada waktu buat Fiona!! Papah gak pernah main sama Fiona!!"&nb

    Last Updated : 2021-09-21

Latest chapter

  • Mengejar Brondong   6.) Marah

    "Fiona lo ke sekolah naik apa?" Gabriel mendekati Fiona yang baru keluar dari kelasnya untuk istirahat, namun Fiona yang merajuk serta marah pada Gabriel memilih mengacuhkannya dan tak menganggap kehadiran Gabriel di sisinya.Fiona sibuk dengan teman-temannya dan mengabaikan Gabriel yang terus mendekatinya."Lo marah sama gue? Gue minta maaf gue pikir lo berangkat sama Kakak sepupu lo!" Gabriel yang tak suka Fiona mengacuhkannya itu menarik tangan gadis itu agar Fiona menatapnya .Apa yang dilakukannya memang berhasil menghentikan langkah Fiona dan membuat gadis itu memberikannya tatapan tajam serta marah. "Gue masih marah sama lo ya El! Jangan panggil atau ngomong sama gue dulu!"Fiona melepas kasar cengkraman Gabriel di tangannya dan kemudian kembali mengajak teman-temannya untuk meninggalkan Gabriel sendiri di lorong lantai dua itu."Wihh ada yang marahan nih!" Sebuah suara dari belakang tubuhnya serta rangkulan Gab

  • Mengejar Brondong   5.) Kak Nathan

    Devan menutup pintu mobilnya dengan kedua mata yang terarah pada sosok pria yang duduk di kursi depan rumahnya."Nathan!" Devan memanggil si pemilik nama yang tak lain keponakannya itu di atas kursi yang hanya memberikannya senyum tipis."Kok di luar? Kenapa tidak masuk?" Devan mengajukan tanya pada Nathan yang berjalan mendekat agar menyalami Omnya tersebut."Nathan gak bawa kunci rumah, tadi udah panggil Om sama Fiona, tapi sepertinya gak ada orang jadi Nathan tunggu di luar"Devan tersenyum tipis dan mengangguk mengerti. "Sepertinya Fiona masih di rumah Gabriel. Ayo masuk dulu! Kamu kenapa tidak menelepon Om kalau mau mampir? Apa sudah lama menunggu di luar?"Nathan tersenyum singkat dan menggeleng "Belum lama Om, belum ada 10 menit Nathan menunggu"Devan membuka pintu rumahnya dan menyuruh Nathan untuk masuk."Fiona sudah lama di rumah temannya Om?" Nathan meletakan tas yang dibawanya itu ke atas sofa

  • Mengejar Brondong   4.) Kapten Basket Pemikat Hati

    13 Tahun kemudian ..."Sejak kelas 5 SD, dia bahkan sudah mengikuti kelas akselerasi dan saat dia kelas 8, dia bahkan diangkat menjadi ketua osis, lalu sekarang dia terpilih jadi kapten tim basket SMA Galaxi, keren banget gak sih?"Dua orang siswi yang mendengar ocehan temannya itu hanya memutar bola matanya malas karena mereka selalu mendengar cerita ini setiap kali temannya itu bercerita.Fiona, gadis ini sering kali memuji Gabriel yang tak lain adik kelas mereka yang kini berada di kelas 10 MIPA 2 dan baru saja diangkat menjadi kapten basket karena permainannya yang begitu menakjubkan."Oke Fio, lo udah cerita hal itu ke kita dan sering banget lo ulang-ulang itu ... Kita paham lo itu suka sama Gabriel-""Enggak! Siapa bilang gue suka! Gue kagum sama sahabat baik gue!"Fiona membantah ucapan temannya itu, meski jantungnya berdebar karena ucapan suka yang

  • Mengejar Brondong   3.) Malaikat itu Gabriel

    "Papah!!, ayo katanya mau pergi" Fiona sejak bangung pagi tadi pukul 6, tak henti mengingatkan sang Papah untuk pergi ke swalayan yang berada di dekat komplek perumahan mereka.Tak hentinya Fiona mengatakan bahwa dia tak sabar untuk bertemu Mamah barunya."Sabar sayang, Papahmu sedang mandi" Neneknya yang keluar dari dapur setelah membantu satu asisten rumah tangannya membuat sarapan itu memilih menemani Fiona yang tak henti meneriaki Papahnya agar mereka segera pergi.membutuhkan waktu 20 menit menunggu Papahnya itu selesai membersihkan dirinya dari dalam kamar mandi."Papah sangat lama!" Fiona bersidekap kesal menatap Devan yang hanya terkekeh melihat Fiona yang menggembungkan pipinya kesal."Fiona, Papahmu kan harus tampil menawan untuk mengambil hati calon mamah barumu"Neneknya itu berbisik di telinga Fiona yang mampu Devan ikut dengar, karena dari pada berbisik Ibunya itu lebih tepat se

  • Mengejar Brondong   2.) Mamah Baru untuk Fiona

    "Fiona bilang apa! Tidak boleh begitu" Neneknya itu nampak terlihat sungkan pada Jesslyn yang terlihat sama tak enaknya. "Maaf ya, Fiona hanya bicara asal"Jesslyn menggeleng "tidak perlu meminta maaf, saya juga tidak masalah kok." Jesslyn tersenyum tipis dan berjongkok di dekat tubuh Fiona."Fiona sayang, lain kali ya Tante Jess main ke rumah Fiona" Jesslyn mengusap rambut Fiona yang dikuncir itu dengan lembut."Tapi kenapa? Fiona masih mau bersama Mamah--""Fiona!" Neneknya nampak menegur dan Fiona tak menghiraukannya, pandangan gadis kecil itu masih terfokus pada Jesslyn. "Besok kita masih bisa bertemu di sini lagi Fiona""Janji? Besok, Mamah datang lagi ke sini?"Jesslyn mengangguk pelan "Ya, Tante janji akan datang di jam yang sama"Fiona tersenyum senang dan memeluk Jesslyn erat "Fiona senang sekali, Fiona juga janji akan datang bersama Papah!" Neneknya yang berdiri di dekat sang cucu hanya menghela napas pelan dan terseny

  • Mengejar Brondong   1.) Mamah Fiona?

    "Fiona gak mau tau!! Papah sudah janji mau bawa Fiona pergi ke tempat yang banyak jajannya!! Ayo Papah!"Gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua itu tampak terus merengek di depan sang Papah yang tengah sibuk mengerjakan laporan kerjanya. Pak Devan, Papah dari gadis bernama Fiona ini nampak menghela napasnya perlahan melihat rengekan sang putri kecil yang terus meraung di dekat meja kerjanya."Sayang, Fiona lihat kan Papah sedang bekerja nak, Sama Nenek dulu ya ... Fiona ke supermarket sama Nenek, beli apapun yang Fiona suka--""Papah Janji hari minggu mau pergi sama Fiona, tapi kenapa sekarang bohong?!! Fiona maunya sama Papah!! Sama Papah!!"Dan pecahlah tangis anak berusia 4 tahun itu dengan kuatnya. Membuat Devan yang melihat sang putri menangis justru memijat keningnya kala pening menghampiri. "Fiona, Papah harus bekerja-""Papah selalu bekerja ... Papah gak pernah ada waktu buat Fiona!! Papah gak pernah main sama Fiona!!"&nb

DMCA.com Protection Status