Noah Nujaba Alejandro. Aktor muda yang sedang naik daun berkat akting debutnya menjadi second male lead yang berhasil mencuri perhatian banyak orang. Namun pemuda itu memiliki hobi yaitu menyakiti hati para perempuan yang secara terang-terangan menyukainya. Bagi Noah, tidak ada perempuan yang benar-benar mencuri hatinya. Suatu hari, Noah bertemu dengan salah satu interpreter yang bekerja di bawah naungan agensi yang sama. Janda muda dengan sejuta pesona bernama Tara. Mereka terlibat satu insiden menggelikan, di mana Noah kepergok keluar dari kamar hotel yang ditempati oleh Tara. Sejak itu, hidup keduanya tidak pernah tenang. Lebih tepatnya, Noah mengejar-ngejar Tara tanpa lelah. Tetapi dengan status yang disandang oleh Tara serta masa lalu wanita itu, apakah Noah bisa menerimanya?
View More"AAAAKKK!!!!!"
Bugh!"Aduh! Masa depanku!"Sebuah kekacauan baru saja terjadi di balik pintu kamar hotel bernomorkan 707. Seorang wanita muda duduk terengah-engah sambil mencengkeram selimut, sementara pemuda yang bertelanjang dada terjatuh akibat tendangan dari si wanita.Si pemuda kepayahan berdiri setelah mendapatkan tendangan pada pusat tubuhnya. Pagi-pagi begini, keperkasaannya dihantam secara memalukan. Siapapun yang berbuat demikian, pemuda itu takkan membiarkan si pelaku lolos.Noah Alejandro menatap nyalang seseorang yang berada di atas ranjang dengan tampang awut-awutan. "Heh! Lihat apa yang sudah kamu perbuat! Ini kalau ada apa-apa sama masa depan saya, saya bakalan menuntut kamu untuk meminta ganti rugi!""Lah? Ganti rugi? Memangnya burungnya bisa dibenerin lagi?" Celetukan si wanita membuat Noah bertambah kesal."Pokoknya saya nggak mau tau, kamu harus bertanggugjawab! Kalau saya impoten gimana? Memangnya kamu sanggup berdirikan lagi?!""Astaga!" Si wanita melempar selimut setelah menyadari dirinya masih berpakaian utuh seperti semalam. "Seharusnya saya yang meminta tanggungjawab! Bagaimana bisa kamu datang ke kamar saya dan tidur pakai wajah mesum seperti tadi? Kamu pikir saya nggak takut? Ya takut! Makanya langsung saya tendang!"Dahi Noah berkerut bingung. "Kamar kamu? Ini kamar saya! Hey! Manusia mana lagi yang sudah membayar kamu untuk menjebak saya, hah?!"Si wanita menggerutu tak jelas, lalu melangkah secepat kilat untuk membuka pintu. Diperlihatkannya nomor yang tertera pada daun pintu. Noah membelalak. Nomor 707. Ini bukan kamarnya."Nah! Sekarang, Tuan Impoten—saya doakan beneran impoten baru tau rasa kamu. Gimana? Mau keluar sekarang atau saya panggilkan satpam?" Ancam si wanita.Meskipun salah, Noah tak mau mengalah. Apalagi setelah masa depannya dipermalukan seperti tadi. Noah berdeham, meninggikan dagu seolah dia yang benar. "Oh ya? Mungkin kamu sengaja membayar petugas hotel buat mengganti nomornya kan? Dibayar berapa sih? Kok mau-mau a—""Halah! Cepetan keluar!" Si wanita mencubit tengkuk Noah seraya mendorong pemuda itu agar cepat keluar."Eh? Eh? Saya bukan kucing ya! Kamu nggak tau siapa saya? Saya ini ak—""Noah Alejandro. Aktor yang lagi naik daun gara-gara perannya di Beautiful Cases. Ya! Saya tau, karena saya sendiri gumoh tiap tau kamu mondar-mandir di agensi seperti monyet.""Lho? Kamu tau saya? Kerja di Hacer juga?"Noah bertanya seperti orang linglung, tetapi si wanita tak menggubris. Noah yang berusaha untuk mengambil kausnya pun tidak bisa, sebab si wanita mendorong tubuhnya sekuat tenaga. Pemuda itu akhirnya keluar, lalu pintu di belakangnya menutup keras sehingga menyumbangkan sedikit angin yang menerpa wajah tampannya.Tiga detik setelahnya, pintu tersebut kembali membuka disertai lemparan kaus putih polos milik Noah. Memejamkan mata, Noah berdecak kesal lantaran bukan pagi yang baik untuknya. Pemuda itu masih berdiri di depan kamar si wanita saat mengenakan kaus, menyuguhkan tatapan tajam seolah-olah sedang berhadapan."Siapapun kamu, kamu nggak akan lolos dari pengawasanku, wahai betina!"Noah berlalu dengan kekesalan yang memuncak. Dia sudah mengingat wajah si wanita yang akan dimintai pertanggungjawaban nanti.Akan tetapi, pemuda itu tak menyadari adanya seseorang yang mengamati semuanya dari salah satu pintu kamar lain.•••••Tara membuka jendela kamarnya, sebab membutuhkan udara segar. Entah bagaimana bisa salah satu aktor yang berada di bawah naungan sama dengannya itu tidur di kamarnya. Walaupun tak pernah bertegur sapa, Tara mengenali pemuda bernama Noah yang sedang digandrungi oleh kaum Hawa itu.Berkat debut aktingnya yang memukau sebagai pemeran laki-laki kedua, Noah mendapatkan banyak pujian serta cinta dari para penonton. Tiap mengingat betapa banyak orang yang berdesak-desakan di depan kantor agensinya hanya untuk melihat datangnya Noah, Tara hanya mampu mendengus kesal.Dia tidak bisa protes lantaran pekerjaannya tidak memiliki sangkut paut dengan pemuda itu. Menurut pembicaraan panas orang-orang yang gemar menggibah, sisi gelap yang dimiliki Noah ialah mempermaikan para perempuan. Dari yang muda sampai yang tua, pemuda yang usianya terpaut 3 tahun di bawah Tara itu senang sekali menebar pesona dan menghilang seenak jidat.Sejak nama pemuda itu mengudara beberapa waktu lalu, Tara sudah kesal duluan saat melihat wajahnya. Noah memang tampan, tapi Tara mempunyai firasat jika pemuda itu hobinya hanya bermain-main saja. Beruntung, selama ini dia tak pernah berdekatan dengan Noah.Akan tetapi, dia masih tidak mengerti akan kejadian pagi ini. Tara terbangun dalam pelukan Noah. Suatu mimpi buruk yang sangat ingin Tara lempar ke lautan. Lalu perkataan Noah tadi telah membuktikan bahwa pemuda itu memang mesum."Cih! Impoten? Ya beneran kalau tendanganku bisa bikin bocil kematian kayak dia impoten. Biar tau rasa!"Merasa tak ada waktunya memikirkan Noah dan seretetan insiden menyebalkan tadi, Tara memutuskan untuk membersihkan dirinya. Dia harus bersiap untuk sambutan terakhir mengenai serangkaian acara berkedok liburan yang dilakoninya ini.Semalam, dia meninggalkan pesta di ballroom lebih awal. Entah gosip terpanas apa saja yang tertinggal, dia harus bertemu dengan rekan dekatnya yang merupakan seorang produser. Benar saja, seseorang yang kerap dipanggil sebagai Cell PD itu sudah menempati salah satu meja makan. Setelah mengambil sepiring sarapan, Tara menghampiri Cell."Mukamu kok kayak kertas lecek gitu, Cell? Ada kendala kah?" tanya Tara basa-basi."Hidupku udah penuh kendala, Tara. Kamu tau? Untuk beberapa waktu, aku pengin banget kerja santai kayak kamu yang bisa ketemu sama penyanyi luar negeri atau penulis luar negeri favoritku. Sementara aku? Semalam nggak sanggup ikutan pesta karena Pak Roy minta revisi. Di luar rumah pun masih disuruh banting tulang." Cell memasang tampang memelasnya.Tara mengulum senyum. Meneruskan makan sementara lalu-lalang orang dari agensi yang dinaunginya mulai berdatangan untuk sarapan. Salah satu penata artis kesayangannya datang dengan wajah tertekuk. Tara terheran-heran. Apakah pagi semua orang di sini sedang tidak baik-baik saja?Selagi mengamati sekeliling, sudut mata Tara mendapati pemuda yang pagi ini berhasil memicu amarahnya. Dikarenakan pemuda tersebut bersama dengan manajer dan rekan sesama aktor yang lain, lebih baik Tara berpura-pura tidak tau saja.Memang tidak terjadi apa pun di antara dirinya dan Noah semalam, tapi orang-orang akan tetap berpikiran yang tidak-tidak. Apalagi dengan statusnya sebagai janda ini, yang ada semua tuduhan buruk itu akan melayang ke arahnya bak bom atom.Sudah mati-matian menyembunyikan diri, Tara malah bertemu tatap dengan Noah yang berhasil menemukan keberadaannya. Tara membuang muka, enggan membuat kontak lebih lanjut dengan aktor muda menyebalkan yang mesum itu.Ketika melirik untuk memastikan arah pandang Noah saat ini, rupanya pemuda itu tengah melihat ponsel dengan ekspresi terkejut yang tidak menggugah rasa penasaran Tara sama sekali."Eh, Tar! Lihat deh!"Cell menyodorkan ponselnya, memperlihatkan satu artikel dan sebuah bukti berupa foto. Tadinya Tara tak mau membaca lagi. Tetapi foto seorang pemuda yang tengah mengenakan kaus putih polos di depan kamar bernomorkan 707 itu berhasil mencuri kesadaran Tara sepenuhnya."I-ini kan ...."Sial! Kenapa bisa ada paparazzi di dalam hotel sih?•••••Beberapa tahun kemudian;"Pancake buatan Mama, enak?""Enak, Ma!""Sedapnyeee~""Enak dong, Sayang!""Sayang?""Eh?"Noah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Akibat salah memanggil, sekarang pria itu mendapatkan tatapan maut dari sang istri lalu tatapan penasaran dari si kembar. Berdeham, Noah menatap kedua anaknya secara bergantian."Lupakan ya? Papa nggak tau Papa bilang apa barusan. Jadi, pancake buatannya Mama enak kan?" Si kembar menggangguk, lantas Noah melemparkan cengirannya pada Tara. "Enak, Ma. Kata Alva dan Vira, enak kok! Iya kan?"Tara menggeleng-gelengkan kepala, tetapi seutas senyum terbit pada wajah cantiknya. Waktu bergulir begitu cepat. Noah dan Tara yang terlihat baru menjadi orang tua, kini telah mendapati si kembar berada pada jenjang Taman Kanak-kanak.Selepas menghabiskan sarapan, si kembar diantar ke TK oleh baby sitter. Dikarenakan Noah dan Tara harus mengurus beberapa hal, maka dari itu hari ini tidak bisa pergi bersama anak-anak mereka. Tara sudah kembali
Tara mengabaikan makan malam yang telah dipersiapkan oleh pembantu barunya. Wanita itu tengah memandang rintik hujan melalui jendela kamar. Seperti tak mempunyai semangat hidup, Tara hanya bergerak saat Alvaro atau Alvira terbangun. Selebihnya, dia akan diam saja. Melamun bagaikan sesosok mayat hidup.Hingga malam harinya, Tara terlelap dengan sendiri selepas menidurkan si kembar. Kala itu pula, Noah memberanikan diri untuk menilik tiga manusia yang sangat disayanginya itu. Melihat Tara tidur dengan mata membengkak, mampu mengiris Noah tanpa tedeng aling-aling. Menyakitkan sekali melihat wanita yang disayanginya menangis karena ulanya sendiri—keteledoran yang bisa berakibat buruk bagi masa depan keluarga kecilnya bila tidak segera diselesaikan secepat mungkin.Setelah seharian berkomunikasi dengan Padre dan seseorang yang menjadi dalang dari kesalahpahaman meresahkan ini, baru detik ini Noah menampakkan dirinya di hadapan sang istri. Kedua anaknya pun tampak menggemaskan. Mereka terti
Dari luar, pasangan Noah dan Tara terlihat harmonis dan baik-baik saja. Tetapi dalam setiap rumah tangga, selalu ada yang namanya huru-hara. Rintangan entah kecil maupun besar, keduanya pasti menyambangi tiap bahtera rumah tangga yang berlayar.Pada tahun pertama rumah tangga pasangan tersebut, mereka mendapatkan rintangan terbaru. Didukung oleh lelahnya fisik setelah seharian menjaga si kembar, kemudian kali itu Noah tidak bisa memberikan sedikit sanggahan."Maaf ya, Sayang? Aku sudah menyuruh Mbak Maryam untuk menemani selama dua puluh empat jam kok! Setelah semua urusan selesai, aku bakalan langsung pulang ke pelukanmu." Tutur Noah dengan berat hati.Dikarenakan perkara bisnis yang tak bisa sembarangan ditinggalkan, Noah harus pergi bersama Federick ke luar kota lagi. Tara tidak bisa bermanja-manja dengan berkata bahwa dia enggan membiarkan Noah pergi. Pada kenyataannya, selama ini Noah tak pernah absen dalam menemaninya. Sekarang, dia tak berhak untuk terlalu mengekang pria muda i
Menjadi orang tua baru dari sepasang anak kembar tidaklah mudah. Baik Noah maupun Tara kekurangan tidur. Bahkan Noah harus mengurus beberapa pekerjaan dari rumah, lantaran dia tidak mau terlalu meninggalkan sang istri. Federick dan Elisabeth sudah menyarankan untuk menyewa baby sitter, tetapi pasangan tersebut menolak dengan alasan ingin memberi perhatian penuh selagi masih kecil. Mereka akan menyewa baby sitter saat si kembar sudah bisa berjalan, membantu Tara dalam kesehariannya."Sayang?" Noah menyembulkan kepala dari daun pintu."Ssstt! Mereka baru tidur, Sayang."Noah mengangguk, lantas berjalan mengendap-ngendap memasuki kamar. Mereka sudah berada di rumah sendiri, tapi keluarga besar betah mondar-mandir untuk menilik Alvaro dan Alvira. Meletakkan ponsel di atas nakas, Noah mendekati Tara yang berada di sisi lain ranjang. Pria muda itu memeluk Tara, yang kemudian dibalas dengan dengusan lelah pula. "Kamu hebat, Sayang. Kamu mau apa? Mau dipijit? Mau aku belikan sesuatu? Maaf ya
Tara tidak bisa ke mana-mana. Kenyataan itu membuatnya hanya mampu bergerak pada satu teritori saja; kediaman utama Alejandro. Sebetulnya dia ingin pulang ke rumah sendiri, tetapi mertuanya menolak dengan alasan tidak dapat membantu atau mengawasi Tara setiap saat.Bersama dua pengawal yang masih setia melindungi, seharusnya tidak masalah. Namun Elisabeth tak mau Tara kesusahan dalam keadaan hamil besar. Tara sendiri memang masih belum terbiasa atas perhatian berlimpah yang didapat dari keluarga mertuanya. Bahkan kehamilan yang dialami sampai detik ini pun setara mimpi indah baginya."Sayang! Ayo sini makan buah!"Pintu kamar menjeblak kencang, memperlihatkan sang suami yang membawa piring berisikan buah-buahan. Kalau dihitung, terdapat sekiranya lima buah yang sudah diiris. Tanpa sadar Tara menahan napas, takjub akan betapa banyak buah-buahan segar yang selalu tersedia di kediaman utama Alejandro ini.Menempatkan diri di samping Tara, Noah langsung menyuapi irisan buah kiwi yang tamp
Selepas kehamilan Tara yang membutuhkan perhatian lebih besar, Cell sering menghabiskan waktu di studionya tanpa mau keluar untuk sekadar ke kafetaria. Entahlah, dia jadi tidak bersemangat. Satu-satunya teman yang kerap mendampingi di segala situasi sedang membutuhkan istirahat tambahan, sehingga Cell mulai kesepian.Benar, dia tidak punya teman lain di Hacer selain Tara. Maka dari itu, saat ini dia tak peduli bila harus dikata sebagai penggila kerja. Mau mencari udara segar pun, dia akan tetap bertemankan kesendirian. Namun siang itu, tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintunya dan menyembulkan sekantung plastik besar makanan."Oh? Tara?""Bukan!""Eh?" Cell mengerjap-ngerjapkan mata. Dahinya berkerut heran, tak menduga akan kedatangan seseorang yang lama tak bersua. "Radu? Ngapain ke sini? Katanya Tara, Noah lagi dinas di luar kota kan? Memangnya kamu nggak ikut Noah?""Enggak dong! Kan aku bukan pembantunya. Dulu aku memang mengikuti dia ke mana-mana karena memang itu tugasku sebaga
Kedatangan Seno yang terlalu berani ke kediaman utama Alejandro malam-malam begini, mengundang gurat keheranan pada wajah Tara. Yang mengherankan, bagaimana bisa Elisabeth dan Rosalie membiarkan cecunguk yang satu itu masuk? Bukan berniat menyalahkan, tetapi dia tau sendiri betapa protektifnya dua wanita itu. Membiarkan Seno masuk pada waktu seperti ini, sepertinya mantan suaminya itu melakukan sesuatu yang berhasil menarik iba dari Elisabeth dan Rosalie.Seno mendongak saat mengetahui kehadirannya. Apalagi, Tara sudah telanjur menggunakan parfum yang luar biasa harum dan kini rasanya menguar memenuhi seisi ruang tamu. Tara jadi malu sendiri. Tau begini, dia akan memakai parfum nanti saat hendak tidur saja.Sebab lihatlah—Seno malah senyam-senyum seperti orang sinting, berpikir jika Tara menyambut kedatangannya dengan tampil cantik dan wangi. Padahal Tara berdandan cantik untuk Noah tadi."Cepat katakan, Seno! Apa yang mau kamu katakan kepada menantu saya ini?" Suara Elisabeth memecah
Demi mengakhiri segala urusan yang—disinyalir masih belum selesai—oleh Seno, Tara memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Seno di salah satu stand foodcourt. Sebenarnya dia luar biasa malas. Berhadap-hadapan dengan Seno, yang ada malah menambah tekanan darah tingginya. Saat itu, salah satu pramusaji datang untuk menawarkan lembar menu. "Bapak dan Ibu, silakan pilih, mau pilih makanan apa?"Seno tersenyum lebar, "Kami kelihatan cocok nggak, Mbak?"Tara mengernyit kebingungan. Maksud dari pertanyaan tersebut apa? Kenapa Seno tidak berkaca dari kejadian sebelumnya sih? Sekarang, Tara menyesal sudah mengizinkan dirinya untuk menuruti ajakan Seno yang tidak jelas itu.Si pramusaji mengangguk lantaran tidak tau yang sebenarnya. "Seharusnya Bapak di sampingnya Ibu ini, soalnya ibunya sedang hamil. Bukannya kalau hamil membutuhkan bantuan dari pasangannya ya, Pak?""Ah, begitu? Oke, kalau be—"Tara bersiap melempar ponsel ke arah Seno. Pria itu urung meneruskan ucapannya, memilih untuk
Bugh!Saking kesalnya, bukan Tara yang didapat, tetapi tendangan susulan dari wanita hamil tersebut. Seno meringkuk kesakitan. Sedari dulu, kemampuan fisik Tara memang tak bisa diremehkan. Namun dalam kondisi hamil seperti ini, tentu saja Tara sudah dirundung kelelahan lebih cepat dari biasanya.Napas wanita muda itu terengah-engah, mundur perlahan dan terjatuh dalam dekapan hangat sang suami. Elisabeth dan Rosalie mendekat, hendak membantu menopang tubuh Tara yang harus beristirahat itu. Malahan, gelombang mual datang membanjiri tenggorokannya. Menepi, Tara memuntahkan sup tahu pedas yang baru dimakannya tadi."Pergilah!" Noah memberi gerakan mengusir yang langsung dijalankan oleh dua pengawal di sisi Seno. "Tara sudah tidak menaruh perasaan sedikit pun terhadapmu, Seno. Pergi! Pergilah selamanya dari hadapan kami! Kalau kamu memang mencintai Tara, ikhlaskan Tara dengan kehidupannya yang sekarang ini. Kalau ketahuan kamu datang untuk mengganggu kami lagi, maka aku tidak akan ragu unt
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments