Patah hati karena Sang pujaan hati berujung bertunangan dengan teman dekatnya sendiri, Claudia memutuskan untuk melampiaskan kesedihannya dengan tidur bersama seorang gigolo yang dia pesan di bar. Sadar sudah melakukan kesalahan, Claudia berujung lari dan meninggalkan hotel tanpa sepengetahuan pria itu. Claudia hanya meninggalkan uang di atas nakas untuk membayar jasa pria tersebut. Namun, tidak Claudia sangka, pada hari pertama ketika dirinya mulai bekerja sebagai seorang dosen, Claudia malah bertemu gigolo itu lagi!? Yang lebih parah, pria itu adalah ayah dari salah satu mahasiswanya!? Lebih gilanya, ternyata pria itu seorang Presdir! Claudia harus membayar kerugian malam itu dengan cara bersedia melakukan sandiwara dengan Ryuga. Sandiwara apakah itu? Sanggupkah Claudia terus bersandiwara sementara dia sudah jatuh ke dalam pesona Ryuga?
View MoreJika Ryuga mau, dia bisa saja tetap berada di dekat Claudia dengan duduk di sofa yang tak jauh darinya. Hanya saja Ryuga memutuskan ke luar, sengaja memberikan Claudia ruang untuk bersama kedua temannya.Sebelum pergi, Ryuga memberikan titipan pesan sambil menatap Lilia dan Idellia bergantian, “Tolong panggil aku jika Claudia membutuhkan sesuatu. Aku ada di luar.”“Siap, Ryuga!”Begitu Ryuga ke luar, jelas Lilia dan Idellia sibuk menggoda Claudia. Ryuga duduk di kursi tunggu rawat inap yang letaknya ada di depan ruangan inap Claudia. Tidak sendirian. Ada sesosok pria yang lebih muda darinya juga tengah duduk di sana seraya meneguk minuman kaleng.Tiba-tiba saja Ryuga merampasnya tanpa permisi. “Bukankah sudah aku katakan untuk mengurangi minuman bersoda?” dengusnya sambil menjauhkan minuman kaleng itu dari hadapan Riel.Jika tadi Ryuga mengatakan tanpa meliriknya, maka sekarang manik hitam Ryuga bersitatap dengan manik Riel. “Perlu aku hubungi Diana untuk memarahimu?”Bukan tanpa ala
“Oke, Claudia.”Claudia sendiri tidak menduga dengan respons yang diberikan Ryuga. Bahkan ekspresinya tampak pasrah, tidak ada alis yang menukik kesal karena merasa tidak terima.Dia menggelengkan kepala, ‘Ryuga kok aneh?’“Ryuga!” panggil Claudia begitu netra matanya menemukan punggung Ryuga yang membelakangi, bersiap pergi meninggalkan Claudia seorang diri.Alih-alih Ryuga yang merasa kesal, malah justru Claudia yang dibuat kesal seperti ini. “Kamu benar-benar akan meninggalkanku sendirian, Ryuga? Membiarkan aku tidur sendirian malam ini?” Saat mengatakannya, suara Claudia terdengar gemetar menahan tangis.Tubuh Ryuga kembali berbalik, menghadap ke arah Claudia. Manik hitamnya menyorotnya dalam-dalam. Dengan suara yang lembut, Ryuga bertanya, “Jadi, maumu apa sebenarnya, Nyonya Daksa?”“Mmm? Mau ditinggalkan sendiri atau ditemani?” tawar Ryuga kemudian. Dia sendiri cukup kaget dengan respons Claudia sebelumnya. Ryuga sedikit tidak mengerti, tidak biasanya Claudia bersikap seperti ta
Saat Claudia berusaha membuka mata, samar-samar dia mendapati wajah gadis muda tepat di depan wajahnya. Lalu terdengar gadis itu berucap, “Mommy Clau bangun, Grammie!” Perlahan, Claudia membingkai senyum di bibir cherry-nya yang tampak lemah begitu menyadari jika gadis muda itu adalah Aruna, putrinya. Claudia mengerjapkan mata demi memastikan beberapa pasang mata yang kini menatapnya penuh rasa khawatir. Ada Aruna dan kedua sosok mertuanya, Emma dan Rudi. Hanya mereka. “Ibu …,” panggil Claudia dengan suara khas bangun tidurnya saat bertukar pandangan dengan Emma. Emma dengan sigap lebih mendekat ke arah menantu kesayangannya. “Ibu di sini, Clau,” bisiknya lembut. Rasanya hati Claudia menghangat saat tangan Emma mengusap kepalanya dengan sayang. Dia bisa kembali merasakan disayangi oleh seorang ibu melalui sosok Emma. Claudia menerima sedotan dan meminum air hangat yang disodorkan Emma. Selagi itu, Claudia memastikan kesadarannya benar-benar pulih. Satu tangannya yang tidak terpas
Untungnya jarak tempuh antara rumah Ryuga dan rumah sakit tidak terlalu jauh sehingga Claudia bisa cepat ditangani oleh dokter.Sang sopir dari layanan mobil online yang dipesan Claudia juga untungnya berbaik hati mau membantu. “Tolong, Pak! Wanita ini mengalami pendarahan!” Saat satpam yang berjaga membawa Claudia menggunakan kursi roda untuk masuk ke dalam UGD, Riel yang baru saja selesai berbicara dengan Nuel tidak sengaja melihat ke arah Claudia.Refleks, dia mempercepat langkah agar bisa menanyakan langsung apa yang terjadi. Hanya saja, satpam itu sudah membawa Claudia masuk. Satu tangan Riel mencekal sisi lengan sopir yang hendak kembali ke dalam mobil.Maniknya menatap serius. “Apa wanita itu datang sendirian?” tanya Riel keheranan. Maksud Riel, Claudia.Benaknya bertanya-tanya, di mana Ryuga?Tanpa merasa curiga, Sang sopir itu menganggukkan kepala. Dia bahkan menjelaskan, “Ya, dia sendirian. Suaminya sedang bekerja dan dia terpeleset jatuh di kamar mandi.”Sepertinya Claudia
Aruna kebingungan memperkenalkan dirinya pada Garvi yang baru sadarkan diri. Tangisnya berhenti. Dengan mulut yang setengah terbuka, Aruna mulai menjawab terbata, “A–aku–Ucapannya terputus sebab beberapa orang yang memakai jas putih masuk ke dalam ruangan. Dalam sekejap, ranjang tidur Garvi dikelilingi para dokter tersebut bersamaan Aruna memundurkan langkah.Gadis itu merasakan bahunya disentuh. Begitu Aruna menolehkan wajah ke samping kanan, dia menemukan Pras tengah melemparkan senyum tipis. “Kemungkinan besar Om Argus dan keluarganya akan datang.”Takut jika hal tersebut membuat Aruna merasa tidak nyaman, Pras mengatakan terus terang, “Pulanglah dan kembali besok, Aruna.”Akan tetapi, Aruna bereaksi berbeda. Dia menggelengkan kepala, “Aku mau tetap di sini, Kak Pras.”Usai mengatakan itu, Aruna memilih ke luar dari ruangan rawat Garvi. Dia menarik napas dan mengembuskan napas berulang kali. Ada banyak sekali kekhawatiran dalam benaknya. Dia mulai menggigiti bibir bawah bagian dal
Ayo bicara di luar, Kak.” Sial. Atas ajakan Riel, Nuel menyetujui sehingga Lilia tidak bisa mendengar hal yang kedua pria itu bicarakan. Sedangkan dia harus berbaring pasrah saat seorang perawat datang dengan peralatan infusan. Hanya butuh beberapa menit Lilia berhasil memakai infusan di tangan kirinya. “Terima kasih, Suster,” ucap Lilia ketika suster tersebut bergerak meninggalkan ranjang yang ditempatinya. Lilia akan pulang setelah menghabiskan satu cairan infus yang sudah disuntikkan obat tambahan untuk penguat kandungannya. Persis suster itu berbalik pergi, sosok Idellia baru muncul dengan napas yang memburu. Air wajahnya tampak kebingungan dengan kepala yang celingukan. “Loh … mana Riel?” Alih-alih menanyakan kondisi sepupunya, Idellia malah dibuat salah fokus dengan keabsenan sosok Riel yang seharusnya sedang menjaga Lilia. Netra mata Idellia memandang Lilia lurus-lurus. Setengah kesal, dia bicara, “Apa karena sekarang Riel sudah memiliki kekasih jadi dia menjaga jarak denga
Seorang Riel Waluyo sangat bisa diandalkan dalam pekerjaan, terutama dalam situasi-situasi darurat. Seperti yang terjadi lima belas menit lalu saat Lilia jatuh pingsan. Tanpa banyak bicara, Riel langsung membawanya untuk segera dilarikan ke rumah sakit terdekat bersama Idellia yang ikut membantu.“Tolong cepat ditangani, Sus!”Sementara Lilia ditangani oleh dokter jaga dan suster yang bertugas, Idellia langsung menatap Riel dan menepuk bahunya.“Aku mau membelikan Idellia air minum. Kamu bisa tunggu di sini temani Lilia ‘kan, Riel?” pinta Idellia penuh harap.Riel memberikan anggukan di kepala tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun.“Thanks!” ucap Idellia sambil berlari ke luar dari UGD. Di perjalanan tadi, dia sempat mengecek ponsel untuk melihat keberadaan calon suami Lilia yang sudah diberitahu ketika Idellia masih berada di mobil.[Idellia: Cepat ke RS Permata, El! Lilia pingsan.]Hanya selang beberapa menit dokter melakukan pemeriksaan, dia menolehkan wajah untuk menatap Riel–sat
“Aman kok, Clau, aman.”Jawaban Lilia tampak sangat meyakinkan. Bahkan untuk membuat Claudia percaya jika dirinya baik, Lilia mendaratkan satu tangannya di atas punggung tangan Claudia lantas mengusapnya lembut.“Lihat wajah gue … emang nggak kelihatan baik-baik aja, Clau?” Selagi bertanya, air wajah Lilia menunjukkan bahwa dirinya terlihat baik.Itu dia masalahnya. Jika Idellia sangat ekspresif, Lilia adalah kebalikannya. Kedua sepupu itu memiliki sifat yang berbanding terbalik. Jadi, Claudia tidak bisa memastikan. Ditambah Claudia belum terlalu mengenal Lilia lebih jauh lagi. Claudia sendiri tipe manusia yang cukup tertutup dan sulit membuka diri. Pun, dia juga merasa Lilia masuk ke dalam tipe tersebut. Itu sebabnya keduanya cocok berteman.Claudia berdehem, “Oke, aku berusaha percaya semuanya baik.” Hatinya merasa sedih. Dia paling dekat dengan Lilia dibandingkan teman-teman dosennya yang lain.Senyum Lilia mengembang, walau kelihatan agak sedikit canggung. Kepalanya mengangguk pel
Siang itu, Claudia sudah memiliki janji akan makan siang bersama Lilia. Dan sesuai janji Ryuga, dia tidak akan membiarkan Claudia kehilangan waktu bersama temannya meskipun sudah menikah. Hanya saja, ini tidak sesuai yang dibayangkan Claudia. Pandangannya melirik Ryuga yang melangkah bersamanya ke dalam cafe. Mendadak langkahnya berhenti. Otomatis, di sebelahnya Ryuga juga menghentikkan langkah. “Tidak bisakah kamu meninggalkanku berdua saja dengan Lilia, Ryuga?” Suara Claudia terdengar putus asa. Satu kakinya menghentak kesal. Bukan apa-apa, pertemuan makan siang ini hanya untuk dia dan Lilia. Pasti ada sesuatu, duga Claudia, mengingat Lilia tidak mengikutsertakan teman-temannya yang lain. Sebuah masalah karena Ryuga ‘kan tidak diajak. Belum sempat Ryuga memberikan respons, suara Claudia mengudara lagi. “Ayo berpisah di sini saja, Ryuga.” Ekspresi Ryuga tampak kesulitan. Dia sedikit keberatan harus meninggalkan Claudia seorang diri. Tapi, itu pilihan Claudia. Dengan suara yang en
“Ah ….” Lenguhan dan desahan bergema di ruangan hotel itu. Cahaya remang dari lampu tidur yang menyala memperlihatkan samar siluet dua orang yang tengah saling memagut satu sama lain. Namun, detik sang pria ingin menyatukan dirinya dengan wanita dalam pelukan, satu desisan terlepas dari bibir wanita tersebut. "Kamu masih perawan?" tanya Ryuga yang mengerutkan kening saat melihat gadis di bawah kungkungannya meringis kesakitan, tepat begitu dia berusaha membobol mahkotanya. Claudia mencengkeram punggung Ryuga kuat-kuat. “Terobos aja, Pak,” tukasnya cepat. Satu tangan Claudia merangkul tengkuk Ryuga, berusaha mengalihkan perhatian pria itu dengan bibirnya. Namun, Ryuga menolak. "Jawab pertanyaan saya," tegasnya. Ditatap seperti itu, Claudia menggigit bibir. Frustrasi karena hasratnya terpaksa ditahan. "Ya menurut Bapak?!" balasnya ketus, ingin agar pria di atasnya ini cepat melanjutkan aksinya lagi. Namun, tidak disangka, Ryuga malah menghela napas dan menjauhkan diri darinya. ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments