Share

Teman Terdekat

last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-02 12:47:35

“Maksud Ibu … saya tidak jadi mengajar di kelas siang?” tanya Claudia dengan alis tertaut.

Sekarang, Claudia sudah berada di ruangan prodi dan sedang berbicara dengan Bu Rika, sang kepala program studi. Namun, di luar dugaan, Bu Rika menyampaikan adanya perubahan yang membuat Claudia memasang wajah kecewa.

“Benar, Bu Claudia. Saya paham Ibu pasti kaget karena perubahannya mendadak, tapi ini perintah dari atas. Saya harap Ibu bisa menerima,” ujar Bu Rika selagi menampakkan wajah bersalah.

Claudia termenung. Sungguh tak dia sangka, dirinya yang seharusnya mengajar di kelas reguler atau kelas siang, malah diubah menjadi pengajar di kelas non-reguler atau kelas malam. 

Itu tidak sesuai keinginan Claudia. Bukan hanya karena jadwalnya agak sulit, tapi dia juga takut kemampuannya tidak mumpuni. 

Kelas non reguler dihuni oleh mahasiswa dengan usia beragam dan mayoritas adalah pekerja, rata-rata dari mereka pasti memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan dirinya. Kalau misal Claudia melakukan sedikit saja kesalahan, akan lebih besar kemungkinan dia dilaporkan.

“Kalau Ibu keberatan, maka saya juga tidak masalah kalau Ibu mundur. Ini memang kelalaian dari pihak kami,” imbuh Bu Rika saat melihat keraguan di wajah Claudia.

Mendengar itu, Claudia tersentak. Menjadi guru adalah impian mendiang sang ibu untuknya, dan hal itu menjadi impian Claudia juga. Jadi, dia tidak bisa kehilangan kesempatan ini!

“Tidak masalah, Bu Rika. Saya bisa,” angguk Claudia. “Tapi, kalau boleh tahu mengapa saya tidak jadi mengajar di kelas reguler?

“Ah, itu.” Bu Rika tampak tidak enak membahas masalah ini. “Sebenarnya … sudah ada dosen yang akan mengisi di kelas reguler, dia–”

Ketukan di pintu membuat ucapan Bu Rika terhenti. Ketua prodi itu menoleh, pun dengan Claudia ke arah pintu.

“Permisi, Bu Rika. Saya– Eh? Claudia?”

Claudia kenal suara indah itu, juga wajah cantik yang saat ini menatapnya dengan ekspresi terkejut. 

“Kamu di sini ternyata, Clau!” seru wanita cantik itu seraya menghampiri dirinya.

Dengan tenggorokan yang terasa kering, Claudia pun memaksakan diri untuk memanggil wanita tersebut, “Claire …?”

Claire Lee, teman terdekat Claudia, wanita yang memiliki segala hal terbaik di dunia ini, sekaligus pria yang Claudia cintai. 

Ya, Claire Lee adalah tunangan Sambara, pria yang sampai saat ini masih singgah di hati Claudia.

**

Setiap orang di dunia pasti memiliki paling tidak satu teman terdekat di hidupnya, dan bagi Claudia … orang itu adalah Claire. Cantik, pintar, berlatar belakang kuat, dan disukai banyak orang, Claire adalah sosok sempurna yang bahkan sempat membuat Claudia mengidolakan dirinya sejak SMA.

Namun, semua berubah ketika Claudia tahu bahwa Claire berujung berpacaran dengan Sambara semasa kuliah, tepat setelah Claudia memberi tahu gadis tersebut perihal perasaannya terhadap pria itu.

“Clau, jangan marah, ya. Niatku awalnya cuma mau ngecek aja apa dia udah suka sama perempuan lain atau nggak buat kamu, tapi … ternyata dia malah terima aku. Sekarang, aku sudah terlanjur suka sama Kak Sam, jadi aku nggak bisa putus sama dia. Sebagai sahabat aku, kamu pasti merestui hubungan kita, ‘kan?” 

Itu yang dikatakan oleh Claire ketika Claudia menanyakan alasan kenapa teman baiknya itu melakukan hal tersebut. Dan karena kalimat itu juga, Claudia merasa dirinya adalah teman terburuk lantaran masih menyimpan rasa tidak suka tiap kali melihat Sambara dan Claire bersama, sama seperti di pesta pertunangan yang terjadi di malam sebelumnya.

“… Clau … Claudia!”

Panggilan itu menyentak Claudia dari lamunannya. Dia mengangkat pandangan dari layar komputer yang menyala, menuju wajah cantik milik Claire yang terduduk di sebelahnya. 

Ah, ya. Sekarang mereka sudah di ruang dosen.

“Kok lo ngelamun sih?” tanya Claire sambil tersenyum. “Kenapa? Kaget ya?” Dia lanjut berbicara, “Memang ini gila, sih. Gue masih nggak nyangka kita ngajar di kampus yang sama dan meja kita juga sebelahan!”

Claudia memaksakan senyuman. “Iya, kebetulan banget.”

Jujur, Claudia masih tidak menyangka bahwa Claire akan kerja satu universitas dengannya, bahkan teman baiknya itu adalah alasan Claudia tidak jadi mengajar di kelas reguler. 

Ya, wanita itu yang menggantikannya.

“Clau, kenapa?” tanya Claire yang mendapati Claudia banyak murung saat ke luar dari ruangan prodi. “Lo nggak seneng ya gue juga ikutan ngajar di sini?”

Pertanyaan itu membuat Claudia mematung. 

Sudah lama perasaan tidak nyaman ini Claudia miliki ketika bersama Claire. Bukan apa-apa, tapi Claudia merasa apa pun yang dirinya sukai, maka Claire pasti akan mengambilnya. 

Dimulai dari hal kecil seperti gelang yang Claudia lihat di pinggir jalan ketika bersama Claire, atau mungkin merk cat lukis premium yang tidak mampu Claudia beli, bahkan sampai gaya berpakaian yang Claudia miliki. Yang paling jauh … adalah pria yang Claudia sukai.

Sekarang, Claire juga mengambil posisi dosen yang sebelumnya telah dijanjikan kampus untuk Claudia? Apa ini kebetulan? Tapi … kebetulan macam apa yang terjadi berkali-kali?

Sadar dia mulai berpikir buruk tentang sahabatnya sendiri, Claudia langsung menepis pikiran itu dan berusaha tersenyum. “Enggak, Claire, perasaan kamu aja,” elaknya. “Aku cuma kurang istirahat semalam. Masih agak ngantuk.”

“Beneran? Lo nggak marah 'kan sama gue?” Claire menarik kursinya agar lebih dekat dengan Claudia.

“Untuk apa marah?” tanya Claudia sembari merapikan dokumen di atas meja, matanya tidak menatap Claire.

Claire memandang Claudia lurus. “Lo nggak mikir kalau gue yang minta ke Kak Liam buat nempatin gue di kelas reguler?”

Claudia terdiam, lalu menatap Claire. 

Betul, salah satu alasan Claudia meragukan semua ini adalah karena dia ingat bahwa Claire memiliki kakak laki-laki bernama Liam Lee, pria yang merupakan salah satu donatur tetap di kampus ini. Demikian, cukup sulit bagi Claudia untuk mengatakan kalau ini semua adalah kebetulan.

Jadi, apakah Claire sungguh sengaja meminta bantuan kakaknya untuk menggeser posisi Claudia?

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Ken Aziz
ini ceritanya teman penghianat ya seruuuu
goodnovel comment avatar
danis
Jalan cerita yg menarik
goodnovel comment avatar
Nur Azizah
makin seru
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Ryuga?!

    Setelah sesaat terdiam, Claudia tertawa bercanda. “Kamu? Minta ke Kak Liam?” ulangnya. “Aku lebih percaya kalau Kak Liam yang memaksa kamu bekerja,” sindirnya sembari tertawa, membuat Claire yang tadi memasang wajah menyelidik, ikut tertawa. “Aku cuma kecapean aja,” imbuh Claudia akhirnya. “Ah, syukurlah. Gue juga kurang istirahat sebenernya. Semalem acara pertunangannya sampe larut banget,” cerita Claire membuka topik yang Claudia paling hindari. “Oh iya, kemarin lo balik duluan, ya? Kenapa?” Ditanya seperti itu, Claudia merasa dadanya tercekat. Tidak mungkin ‘kan dia berkata dia pulang karena sakit hati melihat pertunangan sahabatnya dan memutuskan mencari gigolo!? Claudia pun berusaha menjawab dengan tenang. “Aku kemarin kecapekan aja, jadi pulang duluan. Maaf, ya,” ucapnya lemah. Sungguh, Claudia merasa dirinya adalah teman terburuk sedunia. Teman baiknya bertunangan, tapi dia malah pulang lebih dulu. Di tengah-tengah percakapan Claudia dan Claire, mendadak sebuah suara bers

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Pesona Presdir Posesif   Presdir Daksa Company

    Claudia kehilangan kata-katanya saat netranya beradu dengan manik hitam milik Ryuga. Ya, itu Ryuga. Mau sebanyak apa pun Claudia mengedipkan mata, sosok yang sedang duduk di sofa itu tetaplah Ryuga. Tidak berubah bentuk menjadi seekor kucing, siluman jadi-jadian, atau pun menghilang layaknya hantu. Sadar akan hal itu, Claudia langsung memekik dalam hati, ‘KENAPA PRIA ITU BISA DI SINI!?’ Claudia bertanya-tanya, sedang apa Ryuga di ruangan Dekan? Tidak mungkin kalau pria itu tahu identitas soal Claudia, bukan? Lagi pula, Mami sudah berjanji, bahkan dibayar mahal oleh Claudia agar privasinya itu terjaga dan aman! Detik berikutnya, Claudia menutup mulutnya tak percaya. Apa jangan-jangan Ryuga adalah satu satu dosen juga di sini? Kebetulan macam apa ini!? Bu Yuli yang sedari tadi melihat Claudia melirik ke arah Ryuga menangkap sinyal-sinyal asmara. Dia kira putri teman baiknya ini menyukai Ryuga. Alhasil, dia langsung berkata, “Claudia, sini masuk!” Bu Yuli membuka pintu lebar-leb

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Pesona Presdir Posesif   Mengejar Ryuga

    “Kami tidak saling kenal.” Claudia menghela napas, bersyukur Ryuga masih memiliki kebaikan hati. Bisa gawat nasibnya kalau masalah kemarin malam terbongkar! Namun, detik berikutnya, Claudia mendengar pria itu menambahkan, “Hanya saja, dia tampak amatir.” Ucapan itu membuat Claudia menatap Ryuga dengan pelipis berkedut. Pria ini … sedang menyindirnya seperti saat kejadian di malam yang lalu! Tidak terima disindir seperti itu, Claudia membalas, “Saya rasa, Bapak tidak berhak menilai saya seperti itu. Bukankah Bapak tidak mengenal saya? Atas dasar dan bukti apa Bapak bisa menyimpulkan bahwa saya amatir?” “Apakah ucapan saya menyinggung perasaan Bu Claudia?” ‘YA MENURUT BAPAK!?’ Claudia merengut dalam hatinya sebagai respons ucapan Ryuga. Bu Yuli sadar bahwa tampaknya terjadi kesalahpahaman. Dia menatap Ryuga lalu Claudia, dan akhirnya memutuskan untuk mengambil alih menjelaskan, “Claudia, maksud Pak Ryuga bukan seperti itu. Pak Ryuga taunya kamu dosen baru di sini, jadi mungkin Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Pesona Presdir Posesif   Habis Bertemu Singa, Malah bertemu Ular

    Melihat Claudia mematung karena terlewat kaget, Ryuga berujar dengan suara dalam yang menggelitik telinga, “Bernapas, Claudia.” Sadar dengan dirinya yang tidak bernapas sedari tadi, detik itu Claudia langsung menarik napas sebanyak mungkin. Usai membenarkan napasnya, Claudia yang telah kembali tenang pun langsung menjauhkan tangan Ryuga dari mulutnya. Dia pun bertanya, “Kenapa Anda menarik saya ke sini? Apa yang Anda ingin lakukan?!” Claudia sedikit waspada. Ryuga menatap Claudia dengan mata memicing, tampak sangat mengintimidasi. “Kamu tidak sadar apa kesalahanmu pada saya?” Pertanyaan itu membuat Claudia bingung. “Saya tidak paham maksud Bapak,” balasnya. Ryuga menautkan alis. “Tidak paham?” Tangan Ryuga memukul tembok di sisi kepala Claudia, dan dia mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. “Haruskah aku mengucapkan setiap hal yang salah dari ulahmu yang melarikan diri dari hotel?!” Ah, tentu saja. Claudia pergi meninggalkan Ryuga tanpa berpamitan, dan hal itu pasti membuat Ryu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Pesona Presdir Posesif   Terlupakan

    Claire menampakkan senyum yang sangat manis. “Benar, ‘kan? Dosen baru di sini ‘kan ada gue sama lo, jadi akan lebih baik kalau lo sekalian ikut bantu ngerjain juga. Anggap kita sama-sama cari pengalaman.” Claudia terdiam, tak langsung menjawab permintaan Claire. Sejujurnya, Claudia sudah sangat sering melakukan tugas seperti ini jauh sebelum dirinya menjadi dosen. Lagi pula, dulu dia juga pernah menjabat sebagai seorang asisten dosen, jadi tugas seperti ini sangat biasa, itu alasan Bu Desi sepertinya tidak memberikan tugas serupa kepadanya dan hanya kepada Claire saja. Namun, sekarang Claire mengatakan seperti ini …. “Kok muka lo begitu, Clau? Lo keberatan?” tanya Claire, membuat Claudia tersentak. “Oh, eh … enggak, Claire.” Claudia berpikir sejenak. Agaknya memang tidak adil kalau Claire mengerjakan tugas seperti ini sendirian, jadi dia pun mengalah. “Oke … kita kerjain bareng aja,” jawab Claudia pada akhirnya, membuat Claire tersenyum lebar. “Yes! Claudia memang yang terba

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-20
  • Pesona Presdir Posesif   Ganti Rugi, Kita Menikah!

    Melihat betapa garangnya sosok Ryuga, Claudia tanpa sadar mengambil langkah mundur ke belakang. Satu langkah maju dari Ryuga, maka Claudia akan melangkah mundur, begitu terus sampai akhirnya punggung wanita itu menabrak tembok. “P-P-Pak Ryuga …,” panggil Claudia dengan suara mencicit, takut. “M-maaf, Pak.” “Untuk?” Suara Ryuga benar-benar tidak ramah. Dia jelas marah besar. “Saya nggak bermaksud ingkar janji atau kabur, Pak. Tapi saya ….” Claudia menggigit bibirnya, agak malu mengakui, tapi tidak ada pilihan. “Saya lupa ….” “Lupa?” Suara Ryuga seakan merendah satu oktaf, membuat seluruh tubuh Claudia bergidik. Claudia menutup mata erat dan berceloteh, “Saya mendadak harus membantu rekan saya menyelesaikan tugas hingga lembur sendirian, Pak! Bukan sengaja atau pun kabur, tolong Pak Ryuga maafkan saya!” Usai mengatakan semua itu, Claudia baru tersadar betapa cepat jantungnya berdetak. Dia tidak tahu apakah Ryuga menerima permintaan maafnya, tapi dia pasrah. Lagi pula, memang itu k

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-21
  • Pesona Presdir Posesif   Perjodohan Konyol

    *Siang tadi* Setelah pergi meninggalkan kampus dan kembali ke kantor, Ryuga masih terus terngiang-ngiang ucapan Claudia sebelumnya yang mengira bahwa dirinya seorang gigolo. Untuk kesekian kali, alis Ryuga menukik dengan tajam. Menandakan jika pria itu tengah kesal. Tepat sebelum langkahnya sampai di lobby, Ryuga mendadak berhenti, lalu menoleh ke Riel, sang asisten pribadi, yang berada di sebelahnya. “Pak, Anda baik-baik saja?” tanya Riel yang merasa kebingungan dengan sikap Ryuga. Setelah terdiam beberapa saat, Ryuga bertanya, “Dari penampilan saya, menurutmu saya orang yang seperti apa?” Riel agak terkejut dengan pertanyaan itu, tapi kemudian dia menatap Ryuga saksama sebelum menjawab, “Pak Ryuga adalah orang hebat dan berwibawa yang pantas memimpin perusahaan. Sebagai Presdir Daksa Company, Bapak–” “Oke, cukup,” potong Ryuga dengan alis menekuk tajam, merasa jawaban bawahannya agak dilebih-lebihkan. “Katakan pada saya, apa wajar bila ada orang yang mengira saya seorang … p

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07
  • Pesona Presdir Posesif   Calon Istriku

    Diancam seperti itu, Mila pun ketakutan. Matanya berkaca-kaca dan dia pun menghentakkan kaki kesal sebelum buru-buru keluar dari ruangan.Setelah memastikan Mila ke luar, Ryuga menghela napas. Dia tidak pernah nyaman bersikap kasar pada wanita, tapi untuk wanita seperti Mila, dia terpaksa. Sudah sering wanita-wanita seperti itu mengambil kesempatan atas kebaikannya untuk menciptakan rumor palsu!Usai mendudukkan diri di kursi kebesarannya, Ryuga merogoh ponsel di saku kemejanya. Dia menghubungi seseorang, dan tak lama panggilan itu pun diangkat.“Halo, Ryuga! Tumben telepon? Kenapa? Senang ya, dikunjungi Mila??”Mendengar suara tantenya, Ratih, Ryuga memasang wajah buruk. Jadi, benar dugaannya. Semua adalah ulah Ratih. Ratih adalah adik dari ayah Ryuga. Setelah bertahun-tahun ibu dan ayah Ryuga gagal menjodohkannya dengan wanita pilihan mereka, Ratih pun dimintai tolong untuk mempertemukan Ryuga dengan sejumlah wanita kalangan atas, seperti Mila tadi.“Tante sebaiknya berhenti,” ucap

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-07

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Nama yang Kembali Disebut

    Tampak seorang pemuda tengah berdiri seorang diri di dekat tempat pembelian tiket masuk. Dia baru saja membeli dua tiket untuk masuk ke dalam wahana bermain. Bibir tipisnya mengulas senyum kecil menatap tiket di tangannya lamat-lamat. Satu tiket untuk dirinya dan satu lagi untuk seorang gadis berharga baginya. Membayangkan keduanya akan menghabiskan waktu berdua membuat Dirga tersenyum sendiri. Detik berikutnya, Dirga menggelengkan kepalanya. Jangan senang dulu, pikirnya. Lantas Dirga meluruskan pandangannya. Dari jarak satu meter, Dirga melihat Aruna berjalan tidak sendirian. Gadis itu ditemani dua sosok yang sangat Dirga kenali. "Apa itu Aland sama Anjani?" gumam Dirga seraya melorotkan kacamata hitamnya ke bawah. Kedua alis Dirga menukik kesal. Sepertinya tebakannya tidak meleset. Aruna memang datang bersama Aland dan Anjani. "Udah lama nunggunya, Dir?" Hilang sudah sapaan manis dari Aruna yang biasa diucapkannya pada Dirga. Kini, Aruna tampak kehilangan minat untuk berbicara

  • Pesona Presdir Posesif   Menjemput Anjani

    Jika Ryuga dan Claudia tengah sibuk dan kewalahan karena baik Emma maupun Ratih mulai membahas tentang pernikahan, di sisi lain mobil yang dikendarai Aland baru saja tiba di depan kompleks perumahan Anjani. Tampak Anjani yang ke luar dari pos satpam. Gadis itu sepertinya menunggu di sana. Dia berlarian kecil sehingga membuat poninya bergerak lucu. “Pagi, Runa!” panggil Jani seraya mendekat ke arah mobil. Dibalik poninya yang sedikit menutupi pandangan, dia bisa melihat sosok lain selain Aruna di mobil tersebut. Demikian, Anjani sedikit memiringkan kepalanya untuk menatap ke arah sosok tersebut. Dia tidak lagi terkejut sebab Aruna sudah memberitahunya tentang sosok itu. Karena itulah Anjani setuju untuk ikut. Aruna melambaikan tangan lalu mengembangkan senyum cerahnya dan membalas, “Pagi, Jani. Ayo masuk!” titah Aruna. Detik setelah Aruna mengatakan itu, Aland–sosok lain dan tidak bukan di sebelah Aruna ke luar dari mobil. “Mau ke mana, Om Aland?” tanya Aruna keheranan. Pandangann

  • Pesona Presdir Posesif   Baju Prewedding?

    Emma mengabaikan Ryuga karena dua hal, pertama karena ternyata Ryuga sudah sembuh. Itu bisa dipastikan saat Emma melihat putra semata wayangnya itu bisa berdiri dan menimpali ucapannya. Dan yang kedua jelas karena Claudia Mada. Emma meneriaki nama wanita itu sekali lagi sesaat sebelum si pemilik nama ke luar dari salah satu ruangan yang ada di rumah Ryuga. “Tante Emma?” panggil Claudia pelan saat melihat sosok Emma. Dalam hatinya Claudia berbicara, ‘Apa tamu barusan itu Tante Emma?’ “Syukurlah ….” Ekspresi wajah Emma yang panik kini perlahan berubah menjadi raut wajah penuh kelegaan. Dia mengelus dadanya perlahan. Baru saja Emma mendapati Claudia keluar dari ruangan kerja Ryuga, bukan dari kamar. Hal itu membuat Emma merasa lega tanpa mengetahui kejadian beberapa saat lalu dirinya datang. Dia mendekati Claudia dengan langkah tergopoh-gopoh. “Kamu di sini karena mendengar Ryuga sakit, Clau?” Seketika Claudia meringis. Dia menatap Emma dengan pandangan tidak enak. “I–iya, Tan

  • Pesona Presdir Posesif   Tamu tak Diundang

    Sadar jika kamar adalah tempat yang paling ‘berbahaya’, Claudia meminta Ryuga untuk membawanya ke ruangan lain. Claudia sempat berpikir, ‘Jika bukan di kamar, semua akan aman. Baik aku dan Ryuga tidak akan berlebihan.’Namun, tidak ada orang yang benar-benar pasti bisa menebak yang akan terjadi selanjutnya.Keduanya berakhir ada di ruangan kerja Ryuga dengan posisi sekarang ini Claudia tengah duduk di atas pangkuan Ryuga. Sementara Ryuga terduduk di atas kursi kerjanya.Mmhh~Suara lenguhan Claudia terdengar. Di sela-sela perang bibir keduanya, Ryuga melarikan kedua tangannya pada tubuh Claudia. Satu di leher dan satu di paha wanita itu. Claudia memberikan respons dengan menyelipkan jari-jari telunjuknya ke dalam helaian rambut Ryuga.Pagutan panas keduanya terlepas kala Sang pria menyadari jika wanitanya membutuhkan pasokan oksigen untuk bernapas. Tampak benang saliva sisa-sisa penyatuan lidah keduanya tampak mengkilat di sekitaran bibir.“Claudia,” panggil Ryuga dengan suara rendah.

  • Pesona Presdir Posesif   Mendapatkan Vitamin Cherry

    Usai mengantarkan Aruna dan Aland, Ryuga dan Claudia masuk kembali ke dalam rumah. Claudia mendadak fokus pada ponsel di tangannya karena kebetulan ada pesan masuk dari Dirga. [Dirga: Di kehidupan selanjutnya, gue nggak mau terlahir sebagai anak tunggal. Gue mau punya Mbak … kayak Mbak Claudia.] Mendapatkan pesan itu, Claudia tidak dapat menahan senyumnya. Dia membatin, ‘Hmm, kayaknya kalau aku dilahirkan kembali juga aku maunya adikku dua. Aland dan Dirga.’ Meskipun sikap kedua pemuda itu tampak sama, sebelas dua belas. Namun, baik Aland dan Dirga memiliki sikap yang berbeda. SRETTTT Terdengar bunyi sesuatu yang ditutup di belakang sana. Hal itu berhasil mengejutkan Claudia. Wanita itu menolehkan wajahnya ke samping terlebih dahulu, Claudia baru menyadari jika Ryuga tidak berjalan di sisinya. ‘Lho, mana Ryuga?’ Detik berikutnya, Claudia menyeletuk, “Ryuga?” panggilnya selagi tangannya memasukkan ponsel ke dalam saku celana. “Aku di sini, Claudia,” sahut Ryuga dengan suaranya

  • Pesona Presdir Posesif   Pacaran Nggak Bikin Cocok

    Insiden air minum itu membuat Aland kesal. Pada akhirnya, Ryuga menyodorkan segelas air minum padanya karena Aruna mengambil gelas milik Claudia. “Jadi minum atau tidak, Aland?” tanya Ryuga dengan alis yang sudah menukik kesal karena pemuda di hadapannya tak kunjung menerima gelas air minum yang disodorkannya. Ujung-ujungnya Aland segera mengambilnya. “Makasih, Om.” Lantas Aland meneguk dan menghabiskan setengah air dari gelas itu. Dia mengusap bibirnya kasar. Pandangan yang dilayangkan Aland pada Claudia tampak sinis. “Mbak udah nggak sayang gue lagi sekarang?” Ditodong pertanyaan seperti itu, Claudia menatap Aland dengan tatapan nanar. “Kamu … ngerasanya gitu, Al?” Jika memang Aland merasa seperti itu, Claudia merasa bersalah. Air wajahnya berubah menjadi murung. “Pertanyaan gue yang barusan nggak serius kok, Mbak, hehe,” cengir Aland sambil memegangi leher belakangnya. Dia lupa jika kakak perempuannya adalah pribadi yang sensitif dan gampang kepikiran. Mata Claudia memicing m

  • Pesona Presdir Posesif   Dua Bocil Kematian

    Mendadak saja terlintas sebuah ide di kepala Claudia untuk melakukan penawaran dengan Ryuga. Alhasil Claudia tidak segera menjawab. Sengaja Claudia membuat dirinya agak mundur ke belakang. Akan tetapi, Ryuga menarik pinggang ramping Claudia agar tetap berada di posisinya.“Tidak mau memberikannya, Claudia?” tanya Ryuga mengkonfirmasi dengan suaranya yang terdengar rendah.Kepala Claudia menggeleng. Dia baru menjawab, “Dengan senang hati, Ryuga.”Pandangan Claudia turun untuk melihat bibir tipis Ryuga. Bohong jika Claudia tidak merasa kecanduan. Cepat-cepat Claudia menaikkan pandangannya lagi.Hanya Ryuga satu-satunya pria di antara pria lain yang pernah dekat dengannya, yang seakan terobsesi dengan bibir cherry milik Claudia.‘Apa kata Ryuga tadi? Vitamin C-nya adalah bibir cherry-ku?’ batin Claudia masih tidak habis pikir.Jawaban Claudia membawa Ryuga pada tindakan memiringkan wajah, hendak menjemput vitamin C yang ada pada bibir cherry Claudia. Namun, Claudia memundurkan wajah.“A–

  • Pesona Presdir Posesif   Vitamin C Ryuga

    Perlahan, Claudia membuka mata. Netra matanya langsung menyesuaikan dengan pencahayaan penerangan yang ada pada kamar. Seperti yang diketahui, Claudia selalu tidur dengan keadaan lampu yang menyala. Dia segera menolehkan wajah ke sisi kanannya dan menemukan sesosok gadis yang tengah tidur menghadap ke arahnya. Wajah gadis belia itu tampak damai. Melihatnya, Claudia membingkai senyum pertamanya di hari itu. Lantas dia berbisik dalam hatinya, ‘Ini bukan mimpi, Claudia.’ Ingatan Claudia bekerja. Semalam, usai dia dan Aruna menangis, keduanya makan malam sambil membicarakan perasaan masing-masing. Bahkan saat makanan di piringnya sudah tidak tersisa, obrolan itu terus berlanjut selama beberapa jam kedepan sambil menghabiskan satu kotak es krim berdua rasa strawberry. “Omong-omong tadi Aruna nggak sengaja angkat teleponnya Dirga, Mommy.” Aruna baru memberitahu Claudia soal itu, baru teringat. Sendok es krim Claudia mengambang di udara. Dia melupakan satu hal mengenai Dirga. Claud

  • Pesona Presdir Posesif   Resmi Berbaikan

    Bertahan di posisi bersinggungan mata dengan manik hitam Ryuga membuat Claudia membuang wajah. ‘Bernapas, Claudia,’ bisiknya dalam batin. Dia perlu mengambil napas untuk menormalkan detak jantungnya yang menggila. Melihat reaksi Claudia, Ryuga lagi-lagi tersenyum menyeringai. Claudia tidak sengaja melihat ke arah jari-jari tangan besar Ryuga yang mengisi jari-jari lentiknya yang tampak pasrah. Dengan kesadaran penuh, Claudia balas meremas tautan Ryuga. Gerakan kecil itu ternyata mengirimkan setruman kecil pada tubuh Claudia. Dia meneguk ludahnya dalam-dalam. “Barusan apa, Claudia?” tanya Ryuga memecah keheningan di antara keduanya. Bicaranya masih sama seperti tadi, berbisik dalam di telinga Claudia, “Mau bersenang-senang– “Kamu sedang tidak sehat, Ryuga,” sela Claudia memberanikan diri. Pun, Claudia berusaha meluruskan wajah agar bisa menatap Ryuga. Pria itu menautkan kedua alisnya. Dia menjauhkan wajah dan manik hitamnya bersitatap dengan Claudia. Ryuga sengaja membiarkan Clau

DMCA.com Protection Status