Kisah hidup Maya Imelda yang harus berurusan dengan anak SMA. Berawal dari tragedi Maya yang tidak sengaja menghilangkan ATM Elang. Bukan hanya tentang kisah mereka berdua. Urusan sahabat, pekerjaan, pengkhianatan, semua bercampur jadi satu. Akankah kisah mereka berakhir bahagia? Atau sebaliknya? Ikuti saja.
View MoreHening.
Begitulah suasana kontrakan digang sempit yang hanya dihuni oleh satu orang perempuan.
Waktu sudah menunjukan pukul tujuh. Kondisi diluar sudah ramai dengan ocehan ibu-ibu versus tukang sayur. Sebenarnya, ibu-ibu komplek hanya membeli satu sampai tiga jenis sayuran atau bahan masakan yang akan dibeli. Namun, karena saking hobbynya mereka berkicau, belanjaan sedikit bisa memakan waktu satu jam.Berisiknya suasana luar, tidak mengganggu ketenangan wanita didalam rumah no.47 tersebut. Dikarenakan penghuninya sedang terlelap.Namun..
"Maya !!!"
Dorr..dorr..dorrr...
Seseorang memanggil Maya dengan menggedor pintu keras-keras.
"Maya!!!" teriaknya lagi.
"Maya bangun!!!" teriaknya lagi tidak menyerah.
Maya terbangun dengan suara teriakan tersebut yang disertai dengan gedoran pintu.
"Aish,. ganggu aja!" omel Maya pelan.
Maya mengucek kedua matanya kemudian melihat jam weker yang ada dinakas.
"Ebusett.. udah jam tujuh aja!" pekik Maya.
Maya membuang selimutnya kasar. Dalam hitungan detik Maya berlari menuju sumber teriakan.
Kreekk...
Maya membuka pintu dan menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
"Eh, ibu.. hehe" sapa Maya diakhiri cengiran hingga Matanya yang tidak belo hanya membentuk satu garis. Lalu,
Maya membuka pintu sepenuhnya."Ibu, silahkan masuk" Maya mempersilahkan dengan sopan.
"Gak usah sok manis ya, tau kan kalo ibu kesini itu mau ngapain?" tanya ibu pemilik kontrakan dengan galak.
"Mau ngapain ya bu?" tanya Maya dengan tampang blo'on yang dibuat-buat. Sebenarnya, Maya tahu Ibu Mega itu datang untuk apa.
"Mau ngusir kamu Maya!" jawab Ibu Mega jengkel.
Maya sudah tidak kaget lagi. Bedanya, kali ini Bu Mega dengan secara terang-terangan akan mengusir Maya. Biasanya hanya ucapan "Mau nagih duit kontrakan" yang terucap dari bibir seksi Bu Mega.
Maya hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Maya berfikir keras. Entah kalimat pembelaan seperti apa lagi yang harus Maya lontarkan.
"Maaf, bu. Beri saya tempo lagi. Tiga hari aja. Gak lama kok, bu" ucap Maya memohon.
"Saya sudah baik ya, Maya! Saya udah kasih tempo sebulan. Masih kurang, hah!?" omel Bu Mega galak.
Jari telunjuk Bu Mega berada tepat didepan mata Maya."Ujan lokal gengs!" batin Maya sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan.
Bu Mega terlalu bersemangat memarahi Maya. Hingga percikan buih-buih kecil dari mulutnya tidak sadar mengenai wajah Maya.
Maya tidak menanggapi ucapan Bu Mega."Ngapa? mau nangis?! mau mohon-mohon lagi biar saya iba sama kamu?!"
"Jangan harap!" ucap Bu Mega sarkas.
"Kejam banget ya. Coba yang nagih suaminya. Gue kedipin dikit, urusan gak jadi se berabe ini" batin Maya.
"Saya gak mau tau. Nanti sore saya kesini lagi. Batasnya sore nanti. Kalo masih belum ada duit. Silahkan pergi dari sini!" ucap Bu Mega memberi keringanan.
Maya bernafas lega. Walaupun temponya hanya sampai nanti sore. Setidaknya Maya ada sedikit waktu untuk berfikir.
"Baik, bu. Akan saya usahakan" ucap Maya disertai senyuman.
"Silahkan pergi, bu" lanjut Maya dengan sopan. Senyuman dibibir terus Maya tampilkan.
Bu Mega melotot kaget. Maya baru tersadar kemudian menutup mulutnya.
Plak..
Bu Mega memukul kepala Maya dengan kipas tangan yang ada dalam genggamannya.
"Awww.. sshtt!" Maya mengusap-usap kepalanya.
"Gak ada adab!" caci Bu Mega kesal dengan sikap Maya yang tidak sopan.
"Maaf bu, maaf! Saya keceplosan" ucap Maya sambil menyalimi tangan Bu Mega berkali-kali.
Bu Mega menarik tangannya kasar. Kemudian melenggang pergi karena merasa diusir tanpa mengucapkan apa-apa.
"Aduh, mulut gue! lemes banget dah" gumam Maya diakhiri dengan geplakan pelan dimulutnya.
Lelaki berperawakan tinggi, atletis dan berambut cepak tengah berlari mencari tempat berteduh. Hujan tidak terlalu lebat, namun cukup membasahi kaos oblongnya.Setelah berada didepan toko roti, pria itu mengibas-ngibaskan tangannya karena terkena tetesan hujan. Lumayan dingin karena tidak memakai jaket."Oon Lang Lang!" umpatnya pada dirinya sendiri."Gue kan pake mobil, ngapain gue turun buat neduh"Elang mendesah kesal merutuki kebodohannya. Namun, sepertinya tidak sia-sia Elang melipir mencari tempat teduh. Kebetulan perutnya juga sangat lapar. Jadi Elang memutuskan untuk makan dulu sebelum menjemput Rere disalon.Akhirnya Elang pun memasuki kedai makanan khas Jepang. Karena hanya itu yang ada didepan mata Elang. Ia malas muter-muter mencari makanan lain. Takut keburu lemas cacing-cacing diperutnya.Setelah masuk kedalam resto, ia langsung memesan beberapa menu."Mas, soba satu. Aoijiru sama air mineralnya satu" pesan Elang pada pelayan resto tersebut."Ada lagi mas?"Elang menggel
"Lo niat kerja apa ngga si nyet?" tegur Elang pada Roney.Sedangkan Roney sedang asyik bersama ponsel ditelinganya. Entah apa yang Roney bicarakan, tapi sesekali Roney tertawa disela pembicaraannya."Oke, siap! Bisa diatur Don. Time and place lo yang atur deh" ucap Roney tanpa mempedulikan Elang.Elang melengos jengah. Kemudian berjalan cepat diremang-remangnya malam. Elang menyusuri bangunan yang sedang dalam tahap pembangunan.Terjun langsung ke lapangan di malam hari memang tidak efektif.Sulit.Tapi apadaya Elang yang berstatus pelajar hanya bisa menggunakan sisa waktunya yang sudah gelap. Namun, disela kegiatan sekolah, Elang tetap terhubung dengan bawahannya yang sedang dilapangan agar tidak ada yang teledor pada saat pengerjaan.Bau rokok menggelitik Indra penciuman Elang. Untung saja bukan rokok lintingan yang bercampur menyan. Bau-baunya sudah lama tidak Elang hirup namun tidak asing di hidungnya."Kumat lagi Lo?" tanya Elang pada orang yang kini sedang menghisap rokoknya.Ro
Maya sangat mengeluhkan kenapa di dunia ini ada hari Senin? Hari Senin terlalu zombie baginya. Bahkan malam Jumat kliwon pun kalah dengan yang namanya hari Senin.Seperti Senin sore kali ini."Jagain adek gue ya, May!" titah Roney dari balik kemudinya.Maya tidak menjawab. Hanya menyuguhkan wajah yang tertekuk berlipat-lipat. Roney terkekeh saat melihat Maya yang manyun sambil melihat jalanan."Nyampe kontrakan lo setrika tuh muka lo. Kusut amat" ucap Roney sambil tertawa.Maya tidak menjawab lagi.Roney kemudian terdiam karena hanya dirinya yang tertawa,"Euh, gak lucu ya?" ucap Roney kikuk.Maya tidak keberatan kalau saja hubungan antara dirinya dan adik Roney dalam kondisi baik. Maya masih menyimpan sedikit kesal dengan Melan yang cantik dan tidak sopan itu. Setelah kejadian salahpaham di rumah Elang dulu tentunya.Padahal sudah sangat lama. Tapi, Maya masih sulit berdamai."Dari tadi lo belom ada ngomong loh May. Gak gatel tu mulut dari tadi ham hem ham hem doang kek Nissa Sabyan?"
"Emhhh.."Tubuh Elang yang menggiurkan menggeliat di sela tidurnya. Tidak lama kemudian ia menguap dan perlahan membuka matanya yang terasa berat.Cahaya matahari yang begitu hangat menelisik masuk melalui jendela yang tertutup tirai putih. Rupanya hari sudah pagi. Ah, ataukah sudah siang?Elang tidak tahu."Pagi sayang" sapa seorang wanita dengan suara serak.Mata Elang menyipit mengadaptasikan dengan cahaya yang memenuhi ruangan bernuansa putih itu. Agar terlihat jelas siapa kini wanita yang ada disampingnya.Wanita cantik dengan badan yang tertutupi selimut tebal. Pundaknya yang putih terlihat menggoda dengan hiasan rambut yang jatuh terurai.Elang terpana sebentar. Lalu akhirnya...Sadar.Elang tidak memakai celana kolor. Ia coba raba-raba sekali lagi memastikan memang tidak ada sehelai kainpun yang menempel diselangkangannya."Sial!"Elang memejamkan matanya sambil mengepal tanda menyesal."Re, pake baju kamu!" Ucap Elang tegas.Raut wajah Rere pucat pasi. Tidak menyangka sambuta
Tangan Elang yang terkepal ia pukul-pukulkan ke pahanya. Hatinya terasa panas. Nafasnya pun memburu. Apa yang tadi ia lihat sungguh diluar dugaan. Elang tidak rela Maya berpenampilan seperti itu. Elang juga tidak suka ketika Maya bermanja pada orang lain.Semua tentang Maya, Elang tidak suka."Ck... Sebenci ini gue sama dia" batin Elang.Elang masih tidak mengerti ini perasaan apa. Seperti benci namun tidak berkepanjangan. Elang benci hanya pada saat tertentu saja. Selebihnya...Nyaman."Door!!"Seorang wanita cantik menepuk pundak Elang lumayan keras dengan suara yang nyaring. Wanita itu kemudian memeluk leher Elang dan mencium pipi Elang dengan gemas."Kaget gak yang?" tanya Rere disertai tawa renyah."Jantung aku kaya mau turun ke usus tau Rere.." jujur Elang sambil berusaha melepaskan pelukan Rere."Haha... Lagian ngelamun aja si. Ngelamunin aku yah yang?" Rere mencium pipi Elang lagi.Elang mulai risih,"Udah ya Re. Malu diliat orang-orang" tegur Elang dengan lembut.Elang tidak b
"Apa jangan-jangan lo udah dimasukin sama dia Tan?"Maya melotot kaget,"Ngawur lo setan!"Jantung Maya hampir copot saat ditembak pertanyaan seperti itu. Bukan "udah" tapi "hampir". Setelah pengakuan malam itu...Maya dan Elang saling menikmati manisnya bibir-bibir mereka yang polos.Mereka awam dan belum pernah melakukan deep kissing.Sayang sekali.Maya menggeleng-gelengkan kepalanya berharap momen itu tersapu dari otaknya.Ngeri-ngeri sedepNgeri hamilNgeri ngeliat badan bugil laki-lakiMaya begidig sendiri membayangkannya."Lah kok mukanya merah?" skak Toro dengan tawa renyah."Ahhh.. udah sih ini mah anjir. Si Elang beruntung banget bangke" Toro tertawa lagi.Plak!"Apaan si Tor!" Maya memukul lengan Toro."Gue ga pernah anu sama Elang ya. So tau aja lo!" Maya kemudian mencubit lengan Toro karena merasa tidak puas kalau hanya memukulnya saja."Aaaa... deuh deuhh deuh! Sakit woy!""Ngapain kalian nyebut-nyebut pacar gue?"Toro dan Maya menoleh dengan terkejut. Rere sudah ada disa
"Eh, boss! Ketemu di sini" Toro terkekeh melihat Elang yang sedang duduk santai di depan bar Cambria. Tepatnya sebuah cafe berornamen ala Eropa yang sangat ramai pembeli. Elang menggerling sedetik. Kemudian fokus kembali ke ponselnya,"Musibah gue ketemu lo" tutur Elang.Tanpa beban Toro ikut duduk diseberang meja yang Elang duduki."Sensi amat boy. PMS lo ya?""Gak usah sok akrab gitu. Jijik gue""Yaudah, mari kenalan. Biar makin sayang" Toro tersenyum sambil menyodorkan tangannya."Najis!"Toro menarik kembali tangannya sambil terkekeh,"Gue Riantoro. Satu angkatan sama elo""Gak nanya!""Ya Tuhan. Jutek amat" Elang diam."Nunggu siapa lo?" tanya Toro dengan ramah."Bukan urusan lo"Toro mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Kemudian berdehem,"Gue mau ketemu my baby Maya nih"Elang mendelik sesaat dan bertingkah seolah tak peduli."Bodoamat!""Gak cemburu?""Gak!""Oh!"Toro kemudian ikut memainkan ponsel yang menganggur di dalam sakunya. Toro melirik sekilas Elang lagi sebelum menata
Maya tidak bisa memejamkan matanya sejak kejadian memeluk Elang. Bibirnya tidak berhenti tersenyum malu. Untung saja kini dia berada di dalam kamar yang dulu ia tempati. Jikalau tidak, entahlah seperti apa bentuk muka Maya saat ini. Bak tomat busuk mungkin.Ada rasa hangat yang berbeda. Bukan berasal dari teh panas yang baru saja diseduh. Ini sejenis hangat yang mampu membuncahkan rasa bahagia yang tidak Maya kira. Lebih dari yang Maya harapkan.Luar biasa."Gila sih! Gue cablak banget" gumam Maya pada langit-langit kamar.Untung saja Elang menganggap ungkapan Maya itu hanya candaan saja. Sehingga tidak membuat Maya merasa rendah sekali. Walaupun dalam hati Maya sedikit sedih karena Elang menganggapnya sedang mabuk komik gopek-an.Tringgg...Maya terperanjat."Siapa sih jam segini nelpon-nelpon segala. Kan gue udah close orderan" Maya mengumpat kesal karena dering ponselnya membuyarkan khayalannya.Maya kemudian mencebikkan bibirnya setelah melihat siapa yang menelponnya."Apa?" tanya
Untung saja Elang menggunakan kacamata minusnya. Sehingga dari jarak jauh pun Elang bisa melihat Melan yang sedang berdiri menghadapnya.Elang melambaikan tangannya agar Melan mengetahui keberadaan dirinya. Detik ini Elang sangat terburu-buru ingin mengejar Maya. Jadi Elang memutuskan untuk tidak menghampiri Melan.Dalam genggaman Elang terdapat kunci mobil yang siap ia luncurkan lewat lantai agar bisa tiba di hadapan Melan tanpa harus dilempar."Kunci" gumam Elang tanpa suara.Slurrr...Kunci mobil tersebut meluncur dengan sempurna.Setelah itu Elang kembali berbalik berlari dengan cepat. Elang harus bisa mengejar Maya. Dan Elang memastikan Maya akan segera pergi dari mall ini."Udah kek belut aja dia, licin bet susah dipegang" batin Elang seraya berlari.Elang berlari menuju toilet wanita yang mana tempat tersebut adalah temp
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments