Keringat dingin membasahi tubuh. Roney tidak bisa tidur, perasaannya cemas tidak menentu. Rasanya Roney ingin menyayati tangannya kemudian menghisap darah hasil sayatannya tersebut.
Roney sudah tidak kuat. Jantungnya berdetak semakin cepat. Mengamuk bukanlah cara yang tepat.
Roney butuh seseorang. Seseorang bisa menyemangatinya, bahwa Roney pantas untuk hidup.
Pisau sudah berada di tangan kanannya. Roney menggenggam gagang pisau tersebut menahan semua nafsu dalam dirinya.
Roney yang berada dibalik pintu tertutup hanya menelungkup frustasi.
"Gue pengen sembuh!" geram Roney.
Roney mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ditengah sakau seperti itu, Roney mencoba mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.
May?
Gue butuh elo
Gue butuh elo
Roney menyelonjorkan kakinya dengan kedua mata terpejam. Nafasnya tidak teratur.
š Elo dimana?
š Send loc. buruan
š¤µ gmana caranya?
š bego!
š¤µ gw di jl merpati no 24š¤µelo masuk aja
g dikunciRoney kemudian mematikan ponselnya setelah membalas pesan.
Roney bangkit berjalan menuju ranjang. Tapi, setelah ditepi ranjang, Roney kembali lagi menuju pintu.
Roney membuka pintu dan membiarkannya terbuka."Biar gak susah nyariin gue"
Kemudian Roney berbaring tapi tidak untuk tidur. Entah kenapa Roney yakin, Maya pasti akan datang untuk menemuinya.
***
Maya sudah berjalan cukup lama. Namun, alamat yang ditujukan Roney belum juga ditemukan.
Niat hati, Maya ingin memanjakan matanya ke alam mimpi setelah pulang dari club. Tapi, apa daya dengan terpaksa Maya harus mengurungkan niatnya itu.
Maya tidak jadi pulang ke kontrakannya. Ditengah perjalanan, Roney mengirim pesan pada Maya, meminta Maya untuk menemuinya.
Malam dingin yang menusuk hingga tulang tidak Maya rasakan. Rambut yang sebelumnya dikuncir, Maya lepas ikatannya agar semilir angin tidak menerpa lehernya secara langsung.
Suasana Perumahan tersebut sangat sepi. Hanya satpam yang Maya temui didepan gapura tadi. Selebihnya, tidak ada manusia lain yang Maya temui.
Sorot lampu mobil menerangi jalan didepan Maya. Maya terus berjalan dengan secuil harapan mobil itu mau berhenti dan membantunya.
Harapan Maya terkabulkan. Mobil itu berhenti tepat didepan Maya. Langkah Maya terhenti dan mengamati mobil tersebut.
Pria berhoodie keluar dari mobil hitam sport itu. Sayang sekali kepalanya nya tertutup kupluk. Membuat Maya tidak bisa melihat wajahnya.
Maya diam tidak bergerak. Membiarkan pria itu menghampirinya.
"Ngapain lo disini malem-malem??" tanya pria itu dari kejauhan.
Maya belum terlalu jelas melihat wajah pria itu. Maya minus.
"Lo bisu?"
Maya menyipitkan matanya.
"Ngapain lo disini?" tanya Maya setelah tahu siapa pria berkaca mata didepannya itu.
"Nah, Elo juga ngapain?"
"Gue..." Maya memutuskan untuk meminta bantuan Elang lagi.
"Anterin gue nyari alamat Lang, please. Gue minta bantuan lo lagi. Ini antara hidup sama gak hidup" ucap Maya memohon.
Elang mengernyitkan dahinya.
"Ngapain elo nyari alamat malem-malem gini?""Ck.. pertanyaannya udah gue masukkin saku. Nanti gue jawab. Anterin gue buruan"
Elang tampak berfikir.
"Please.." ucap Maya melas sambil menangkupkan kedua tangannya.
"Kemana?"
"Jalan Merpati No.24"
"Coba ulang"
"Jalan Merpati No.24" Maya sedikit mengeraskan suaranya.
"Gak salah tuh?"
"Nggak. Ayo, buruan. Keburu malaikat izroil datang" ajak Maya tidak sabar.
Mau ngapain ni cewek ke rumah gue?
"Yaudah,. ayo" ajak Elang sambil berjalan. Maya berjalan mengekori Elang.
"Kok gak pake mobil?" tanya Maya pada Elang setelah Elang melewati mobilnya begitu saja.
Elang berhenti dan membalikkan badannya. Maya terkejut. Maya tidak tahu jikalau Elang berhenti mendadak. Untung saja tidak terjadi tabrakan yang beruntun ke jantung.
Jarak mereka begitu dekat. Hingga membuat Maya mundur selangkah. jaga jarak, untuk menghindari terpaan nafas Elang yang membuatnya bergidik geli.
"Itu rumahnya" ucap Elang sambil menunjukan rumah yang dimaksud dengan dagunya.
Maya melihat rumah yang ditunjukkan Elang. Rumah tingkat dua. Berwarna abu-abu terang yang dilapisi marmer mewah.
Tinggal nyebrang doang ternyata
Tanpa basa-basi Maya langsung menuju rumah bertingat dua tersebut. Maya meninggalkan Elang sendirian. Bahkan Maya lupa, tidak mengucapkan terima kasih.
"Matre. Gak tau diri lagi" desis Elang sambil berjalan menuju rumahnya.
***
Maya mengelilingi rumah yang ditempati Roney. Mencari Roney lebih tepatnya.Gede banget si rumahnya
Maya hendak ke lantai dua. Kakinya sudah menaiki tangga ke tiga. Namun, matanya melihat pintu yang terbuka. Maya turun lagi menuju kamar tersebut.
Ternyata benar. Maya melihat Roney bersandar di ranjang. Maya mengahampiri Roney dengan setengah berlari.
"Ron, elo gak papakan?" tanya Maya khawatir. Raut cemas begitu kentara di wajah Maya.
Maya menempelkan telapak tangannya di kening Roney. Kulit Roney basah. Begitu juga rambutnya.
"Gue pengen sembuh May. Tapi, sakit" ucap Roney lirih.
Maya mengusap pelan bahu Roney.
"Tenang. Ada gue disini. Gue udah janji sama elo buat upgrade diri lo" ucap Maya lembut.Maya tersenyum untuk menguatkan Roney.
Roney tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk merekam senyum Maya yang begitu menenangkan dihatinya.
Kaya Mama
"Peluk gue May"
Mata Maya membulat sempurna. Kaget dengan kalimat Roney yang begitu santainya menerjang kinerja jantungnya.
Roney tersenyum melihat diamnya Maya.
"Kalo gak bisa gapapa. Datengnya elo udah bikin gue tenang kok..."
Maya menghembuskan nafasnya lega. Tapi, juga tidak enak hati menolak permintaan Roney yang sedang tidak baik-baik saja.
"Tapi, jadi utang ya" lanjut Roney disertai senyum jahilnya.
Pluk!
Maya melempar bantal yang ada didekatnya ke wajah Roney.
"Sialan!"
"Haha.." Roney tertawa lepas.
Maya terharu sekaligus bahagia melihat Roney tertawa karena dirinya. Akhirnya, Maya un tanpa disuruh berhambur memeluk Roney dengan tulus.
Tawa Roney terhenti dan membalas pelukan Maya. Roney tersenyum sambil menghirup aroma rambut Maya yang menggelitik hidungnya.
Menenangkan.
"Elo bisa sembuh Ron. Gue akan berusaha selalu ada buat elo" ucap Maya sepenuh hati.
Roney semakin kuat memeluk Maya. Seakan tidak mau lepas walau se inchi pun. Kekuatannya terasa terisi kembali.
Tetapi, mereka terlalu larut dalam kenyamanan. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang mengamati mereka dari balik pintu tanpa ekspresi sama sekali.
Drrtttt...Maya membuka matanya malas. Ponselnya yang berada dinakas bergetar, membangunkan seluruh kesadaran Maya. Sebenarnya, Maya sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu. Namun, Maya asyik bergelung dengan selimut tebal yang kini melilit ditubuhnya.2 pesan masuk From : Rere Mendutš : Elo dimana May? From : Roneyš¤µ : Gue sekolah dulu š¤µ: Jangan kangen gue okey š Hehe ... Maya tersenyum geli membaca pesan dari Roney. Apalagi diakhir pesannya terdapat emoticon yang membuat telapak tangan Maya gemas sendiri. Gemas ingin menepuk bibir Roney jika hal itu dilakukan secara langsung oleh Roney.Dasar BerondongMaya menge
Maya kini sedang berada di kontrakannya. Tetapi, tidak sendiri.Ada Roney yang menemaninya. Lebih tepatnya Roney yang memaksa ikut menemani Maya."Pengen tau kontrakan elo" Roney beralibi.Maya tidak bisa melarang. Apalagi Roney berkata seperti itu disertai dengan senyuman polosnya. Maya jadi tidak tega. Walaupun rasa dongkol sedikit bersemayam di hatinya, Maya hanya bisa mengiyakan dan membiarkan Roney ikut bersamanya."Kontrakan lo kok kotor banget?" tanya Roney setelah masuk ke dalam kontrakan Maya.Roney kemudian duduk lesehan di kasur lantai yang terbentang di depan televisi. Seragam pramuka masih melekat ditubuhnya. Dua kancing baju bagian atas, Roney biarkan terbuka.GerahRoney kemudian mengambil remote TV yang tergeletak tak berdaya di sampingnya dan menyalakannya.Maya sudah tidak heran lagi dengan kondisi kontrakannya. Kul
"Elo mending pulang aja deh Ron" usir Maya dengan tidak halus."Males"Roney sedang berada dalam mode posisi wenak. Posisi tengkurap dengan bantal sebagai alas dadanya. Seragam sekolahnya sudah berganti menjadi kaos hitam bertuliskan "Pakboy". Sungguh, Roney memang up to date untuk ukuran remaja seumurannya. Sedangkan celananya tetap memakai celana coklat pramuka."Ini udah malem Ron, emang elo gak dicariin?""Gue udah gede. Udah 17 tahun""Gak nanya umur""Ngasih tau""Gak mau tau"Roney memandang kesal Maya yang berada disampingnya. Susah payah Roney mencari channel yang menayangkan drama korea. Berharap bisa menarik perhatian Maya. Namun, kini Maya sudah fokus dengan ponselnya.Kenapa bisa, barusan ngomel-ngomel sekarang jadi anteng begitu?"Gue mau malam mingguan sama elo"
*Tragedi di AlfaaprilLangkah Maya bersemangat saat Alfaapril berada didepan matanya. Tidak sampai 15 menit Maya menghabiskan waktunya untuk berjalan kaki.Maya tidak ingat bahwa dia hanya membawa uang duapuluh ribu. Matanya kini sudah berbinar memandangi cemilan kesukaannya. Tanpa pikir panjang Maya mengambil semua yang dia sukai. Hingga melupakan kopi yang dipesan Roney.Setelah dirasa belanjaannya cukup, Maya mengantri dikasir dengan senyuman puas.PembloboranDrrttt...Tangan Maya bergetar. Ada pesan masuk ke ponselnya.šØ Elo dimana? Maya membuka kontak yang mengirim chat padanya untuk melihat foto profilnya."Oh. Elang" batin Maya.Selagi menunggu antrian Maya membalas chat tersebutš© Gue lagi diluar
Malam menunjukkan pukul 01.45 dini hari. Elang dan Roney masih berkutat dengan laptopnya masing-masing. Sedangkan, paginya mereka harus berangkat ke sekolah. Sepertinya mereka tidak akan tidur sampai pagi.Elang melepas kacamata minusnya. Matanya terasa sangat lelah setelah berjam-jam menatap laptop.Elang merenggangkan badannya yang terasa kaku. Mata, badan, otak semuanya berkata...Cape gue say, di geder mulu"Ron, malem minggu elo tidur dimana?" tanya Elang sambil meminum kopi hitamnya yang sudah dingin."Dirumah" jawab Roney dengan pandangan tetap fokus ke laptop.Dirumah calon bini"Pantes, ngga ada yang ngusir tikus"Roney diam tapi mendengar. Kasihan sekali, Elang berniat melawak tapi tidak dihiraukan Roney."Wuahahaha, sumpah, elo becandanya lucu banget, hahaa" tawa Roney yang dibuat-buat
"May, nanti malem kayanya gue balik ke kontrakan lo lagi deh, hehe" ucap Rere diakhiri cengiran."Lah, emang kapan lo balik kerumah sendiri?" balas Maya kemudian menyuapkan mie goreng ke mulutnya."Hoho, ahoy banget lu ngemeng May""Elo mau keluar?" tanya Maya karena melihat Rere dengan penampilan yang modis bin sekseh."Pake BH bening aja Re. Nyolot banget pake BH maroon. Lagian baju lo juga nggak nutupin pundak. Nggak matching aja gitu sama baju lo" komen Maya disela kunyahannya."Apa iya?" Rere mengamati penampilannya dicermin."Apa iya?" Maya mengikuti kalimat Rere dengan nada yang dibuat-buat."Yaudah sini gue minjem""Minjem-minjem. Ya kagak muat lah. Punya lo tumpeh-tumpeh gitu""Pelit amat lo, ishh" Rere berdesis pura-pura sebal."Rajin olahraga makanya" ta
"Ron, gue kedepan dulu" pamit Elang pada Roney yang baru saja menempelkan pantatnya di kursi."Jangan lama-lama""Serah gue lah"Roney mendelik sebal."Kalo gitu ngapa ijin dulu ke gua?" tanya Roney memandang Elang sinis yang kini berada diambang pintu."Yang nyariin gue banyak" jawab Elang PeDe diiringi langkah coolnya meninggalkan Roney yang hanya geleng-geleng kepala.Elang malam ini membutuhkan asupan semangat sebelum mulai lemburan. Niatnya Elang ingin pergi ke caffe JRode, caffe mini tepat didepan perusahaannya.Rajo's Home Design adalah perusahaan yang kini sedang Elang pimpin. Mulanya Ayahnya yang menghandle usaha dibidang arsitektur tersebut. Namun, takdir mengharuskan ayahnya-Deff Rajo beserta ibunya--Ameera Rajo menetap diluar negeri. Bukan tanpa alasan, adik Elang satu-satunya yang saat itu berumur t
Maya mengusap lengannya yang memerah karena cengkraman Elang. Terdapat cap tangan Elang yangmelingkar di pergelangan tangannya."Sshh.." desis Maya sambil mendelik menatap Elang."Pasang seatbeltnya kalo masih mau idup" titah Elang tanpa intonasi.Perjalanan sudah lumayan jauh dari terakhir mereka berdiri didepan perusahaan Elang.Sepanjang perjalanan, Elang berusaha menahan kesabaran. Entah ke berapa kalinya Elang menarik nafas kemudian menghembuskannya.Elang tidak ingin terbakar emosi. Karena yang dihadapinya sekarang adalah wanita, bukan Roney Satria.Elang paham dari quotes yang pernah ia baca. Jika pria marah, wanita akan berbalik marah. Elang menyimpulkan, marah tidak akan memperbaiki keadaan. Malah sebaliknya. Semakin buruk.Api dibalas api akan membludak. Bukan melunak. Tapi, setidaknya marah sedikit untuk menggertak. N