Maya mengusap lengannya yang memerah karena cengkraman Elang. Terdapat cap tangan Elang yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Sshh.." desis Maya sambil mendelik menatap Elang.
"Pasang seatbeltnya kalo masih mau idup" titah Elang tanpa intonasi.
Perjalanan sudah lumayan jauh dari terakhir mereka berdiri didepan perusahaan Elang.
Sepanjang perjalanan, Elang berusaha menahan kesabaran. Entah ke berapa kalinya Elang menarik nafas kemudian menghembuskannya.
Elang tidak ingin terbakar emosi. Karena yang dihadapinya sekarang adalah wanita, bukan Roney Satria.
Elang paham dari quotes yang pernah ia baca. Jika pria marah, wanita akan berbalik marah. Elang menyimpulkan, marah tidak akan memperbaiki keadaan. Malah sebaliknya. Semakin buruk.
Api dibalas api akan membludak. Bukan melunak. Tapi, setidaknya marah sedikit untuk menggertak. N
Mobil hitam Maserati Ghibli terparkir anggun di depan rumah minimalis berawarna abu-abu. Pengemudi dan satu penumpang belum juga beranjak dari posisi duduknya.Rumah terlihat gelap. Karena Elang lupa tidak menyalakan lampu rumahnya sebelum tadi sore pergi ke kantornya. Hanya ada seberkas cahaya mobil yang belum dimatikan oleh Elang.Ting!Sebuah pesan masuk ke ponsel Elang.Pesan yang mampu membuatnya tersenyum.🙎: Good night sayang. Kangen:( Elang tersenyum mendapat chat singkat dari Rere. Belum sempat Elang membalas pesan Rere, satu pesan baru datang lagi dari orang yang sama.🙎: Vn sun dong:* heheElang terkekeh.🤵: Tidur sana. Besok ketemu kalo gak sibuk kamunya 🙎: Yah, besok sibuk akunya yang:(🤵:
"Bang Roney..." teriak Melan senang saat melihat kepala Roney menyembul dari balik pintu."Yah,.. ketahuan deh" ucap Roney lesu. Namun, senyuman tulus terukir setelah melihat wajah sumringah Melan."Tadinya kan abang mau ngagetin Melan" jujur Roney.Melan memeluk Roney erat."Yaudah ulang lagi" usul Melan.Roney terkekeh sambil mengelus puncak kepala Melan."Kurang kerjaan" Roney tertawa dan melepas pelukannya."Masak apa Mel?" tanya Roney."Belom bang. Lagi males masak. Pesen aja ya?" tawar Melan."Padahal abang pengen makan masakan Melan""Mager ah"Melan menyalakan televisi yang berada diruang tamu. Roney ikut duduk disamping Melan.Kaki Melan yang menjuntai dan pahanya yang terlihat kosong, tidak disia-siakan Roney."Biasain kalo dirumah jangan p
"Ga ga ga gakk.. Gue gak bisa jadi babu lo 24 jam. Gue juga punya kerjaan" bantah Maya mentah-mentah.Maya oke-oke saja kalo Elang berniat menjadikan Maya babu untuknya. Tapi, masalahnya, tidak mungkin Maya bekerja 24jam hanya untuk Elang. Maya juga mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan."Resign kan bisa" ucap Elang enteng. Jarinya memainkan pulpen hitam yang tidak tertutup. Sesekali Elang menggigit tutupnya."Mending kalo gue digaji sama elo" Maya mulai kesal."Ya, bodoamat. ATM gue yang ilang, itu gaji lo" jelas Elang santai."Lah, emangnya gak bisa kalo kita ngadu dulu ke bank atas kehilangan?" Otak Maya berjalan di rel logika.Elang tergagap dan mencari posisi nyaman atas saran yang diajukan Maya. Terlalu mengejutkan, Elang kira Maya tidak pernah berfikir sampai situ."Gue udah ngehubungin pihak bank. Katanya password ATM gue udah d
"Kambing memang kau ya!!!" Maya berbicara sambil mengatupkan giginya. Matanya sudah tidak tahan seperti ingin mencuat keluar.Elang menahan tawanya melihat ekspresi Maya."Serius Tante" ucap Elang sengaja dimanja-manjakan."Jijik kali aku dengernya. Sejak kapan kau lahir dari adeknya mamakku,hah?" tanya Maya tidak terima."Sejak kapan lo punya darah Medan?" Elang bertanya mengejek."Isshh!" Maya mendesis. Matanya menyipit sinis."Nanti, gue mau kawin dulu sama cogan Medan" ucap Maya asal."Sama gue mau?" Elang menaikkan sebelah alisnya.Pertanyaan yang membuat Maya sedikit terkejut."Males"Males nolakMaya menggigit bibir bawahnya. Jantung satu-satunya tidak tahu diri."Gue juga gak mau sama elo" ucap Elang akhirnya. Tawa Elang pecah memenuhi ruangan.
"Re?" sapa Elang pelan.Rere kini sudah sudah duduk manis di samping Elang. Namun, Elang belum juga menghidupkan mesin mobilnya."Regina Sapphire!" panggil Elang untuk yang kedua kalinya.Rere yang asyik dengan ponselnya hanya berdehem dan melirik sekilas Elang."Sibuk ya?" tanya Elang sedikit kesal."Iya, bentar ya yang..." ucap Rere tanpa memandang Elang.Elang mendengus kasar. Bahkan, Rere pun tidak menanyakan keadaanya."Re.." panggil Elang lagi."Apa sih yang? Ayo jalan!" ajak Rere tidak sabar.Elang mengamati penampilan Rere."Kamu yakin mau pake baju kaya gini?"Kaos putih lengan pendek yang pas dengan lekuk tubuhnya. Rok levis mini diatas lutut menjadi bawahannya.Rere meneliti penampilannya. Tidak ada yang salah dengan penampilannya. Namun, Rere tetap ber
Elang menikmati sentuhan hangatnya sinar mentari yang menyorot wajahnya. Tubuhnya yang hanya dibalut celana boxer gambar bendera USA kesayangannya menampilkan perutnya yang dihiasi luka bakar.Elang membuka jendela tanpa tertutup tirai satu persatu. Sang penghuni kamar sepertinya lupa tidak menutup tirai yang seharusnya terpasang sejak tadi malam.Elang bergidik ngeri membayangkan hal-hal horror yang kemungkinan terjadi ditengah malam tanpa penutup jendela.Kalo gue mah parno, malem-malem ada yang ngintip dijendela, hiiihh.Elang tidak sedang berada dikamarnya. Namun, dikamar Maya. Niat Elang ingin mengecek keberadaan Maya. Apakah Maya ada dikamarnya atau diam-diam kabur? Elang sedikit curiga karena Maya tidak membangunkannya pagi ini.Elang termenung dengan sedikit penyesalan. Menyesal karena baru tahu kalau di kamar bawah lebih menawan. Semburat cahaya matahari menelusu
Hari sudah sore. Maya masih asyik berkutat dengan alat-alat dapur. Rambut panjang dicepolnya asal-asalan. Sehingga sebagian rambut keluar dari ikatannya. Poninya basah menempel dikeningnya karena berkeringat.Daster yang digunakan Maya sudah tidak beraturan lagi. Baju bagian pundaknya miring ke sebelah kiri. Membuat tali surga maroonnya tercetak jelas dipundaknya. Karena, saking longgarnya daster Maya.Maya mencicipi sup jagung yang ia buat."Emmm...""Yummy..."Maya bergumam sendiri. Sup jagung yang ia buat sudah terasa pas dilidahnya. Tidak ada kekurangan."Emmm.. cuma kurang kasih sayang. Haha" Maya tertawa sendiri sambil mengaduk sup jagungnya."Tinggal goreng telor" gumam Maya sambil menuangkan sup jagung ke dalam mangkuk.Maya menyiapkan wajan kecil kemudian membuat adonan telor dadar. Maya mengiris sosis untuk dita
"Ron, nanti malem elo bantuin Nadia" titah Elang."Loh, kok gue?" Roney tidak terima.Roney menghabiskan minuman kalengnya dan membuangnya sembarang."Roney!! Buang sampah sembarangan lu ye!" teriak Bu kantin memarahi Roney.Suara kaleng yang Roney lempar terdengar nyaring sampai ke telinga Bu Fani. Kebiasaan Roney memang, Bu Fani sampai hafal diluar kepala. Kalau ada suara kaleng yang jatuh pasti Roney pelakunya."Kaga Bu, Elang ngagetin noh. Jadi jatoh deh" sahut Roney sambil memungut kaleng yang tadi ia buang."Alesan mulu. Lagian elu berdua, ngapain sore begini belom pada pulang?" tanya Bu Fani."Tiga ratus enam delapan..." Bu Fani sedang menghitung uang hasil jualannya. Sesekali membasahi jarinya agar mudah menghitungnya."Nenenin ibu dong" jawab Roney disertai cengiran.Bu Fani menghentikan hitungannya. Telinga