"Kambing memang kau ya!!!" Maya berbicara sambil mengatupkan giginya. Matanya sudah tidak tahan seperti ingin mencuat keluar.
Elang menahan tawanya melihat ekspresi Maya.
"Serius Tante" ucap Elang sengaja dimanja-manjakan.
"Jijik kali aku dengernya. Sejak kapan kau lahir dari adeknya mamakku,hah?" tanya Maya tidak terima.
"Sejak kapan lo punya darah Medan?" Elang bertanya mengejek.
"Isshh!" Maya mendesis. Matanya menyipit sinis.
"Nanti, gue mau kawin dulu sama cogan Medan" ucap Maya asal.
"Sama gue mau?" Elang menaikkan sebelah alisnya.
Pertanyaan yang membuat Maya sedikit terkejut.
"Males"
Males nolak
Maya menggigit bibir bawahnya. Jantung satu-satunya tidak tahu diri.
"Gue juga gak mau sama elo" ucap Elang akhirnya. Tawa Elang pecah memenuhi ruangan.
"Re?" sapa Elang pelan.Rere kini sudah sudah duduk manis di samping Elang. Namun, Elang belum juga menghidupkan mesin mobilnya."Regina Sapphire!" panggil Elang untuk yang kedua kalinya.Rere yang asyik dengan ponselnya hanya berdehem dan melirik sekilas Elang."Sibuk ya?" tanya Elang sedikit kesal."Iya, bentar ya yang..." ucap Rere tanpa memandang Elang.Elang mendengus kasar. Bahkan, Rere pun tidak menanyakan keadaanya."Re.." panggil Elang lagi."Apa sih yang? Ayo jalan!" ajak Rere tidak sabar.Elang mengamati penampilan Rere."Kamu yakin mau pake baju kaya gini?"Kaos putih lengan pendek yang pas dengan lekuk tubuhnya. Rok levis mini diatas lutut menjadi bawahannya.Rere meneliti penampilannya. Tidak ada yang salah dengan penampilannya. Namun, Rere tetap ber
Elang menikmati sentuhan hangatnya sinar mentari yang menyorot wajahnya. Tubuhnya yang hanya dibalut celana boxer gambar bendera USA kesayangannya menampilkan perutnya yang dihiasi luka bakar.Elang membuka jendela tanpa tertutup tirai satu persatu. Sang penghuni kamar sepertinya lupa tidak menutup tirai yang seharusnya terpasang sejak tadi malam.Elang bergidik ngeri membayangkan hal-hal horror yang kemungkinan terjadi ditengah malam tanpa penutup jendela.Kalo gue mah parno, malem-malem ada yang ngintip dijendela, hiiihh.Elang tidak sedang berada dikamarnya. Namun, dikamar Maya. Niat Elang ingin mengecek keberadaan Maya. Apakah Maya ada dikamarnya atau diam-diam kabur? Elang sedikit curiga karena Maya tidak membangunkannya pagi ini.Elang termenung dengan sedikit penyesalan. Menyesal karena baru tahu kalau di kamar bawah lebih menawan. Semburat cahaya matahari menelusu
Hari sudah sore. Maya masih asyik berkutat dengan alat-alat dapur. Rambut panjang dicepolnya asal-asalan. Sehingga sebagian rambut keluar dari ikatannya. Poninya basah menempel dikeningnya karena berkeringat.Daster yang digunakan Maya sudah tidak beraturan lagi. Baju bagian pundaknya miring ke sebelah kiri. Membuat tali surga maroonnya tercetak jelas dipundaknya. Karena, saking longgarnya daster Maya.Maya mencicipi sup jagung yang ia buat."Emmm...""Yummy..."Maya bergumam sendiri. Sup jagung yang ia buat sudah terasa pas dilidahnya. Tidak ada kekurangan."Emmm.. cuma kurang kasih sayang. Haha" Maya tertawa sendiri sambil mengaduk sup jagungnya."Tinggal goreng telor" gumam Maya sambil menuangkan sup jagung ke dalam mangkuk.Maya menyiapkan wajan kecil kemudian membuat adonan telor dadar. Maya mengiris sosis untuk dita
"Ron, nanti malem elo bantuin Nadia" titah Elang."Loh, kok gue?" Roney tidak terima.Roney menghabiskan minuman kalengnya dan membuangnya sembarang."Roney!! Buang sampah sembarangan lu ye!" teriak Bu kantin memarahi Roney.Suara kaleng yang Roney lempar terdengar nyaring sampai ke telinga Bu Fani. Kebiasaan Roney memang, Bu Fani sampai hafal diluar kepala. Kalau ada suara kaleng yang jatuh pasti Roney pelakunya."Kaga Bu, Elang ngagetin noh. Jadi jatoh deh" sahut Roney sambil memungut kaleng yang tadi ia buang."Alesan mulu. Lagian elu berdua, ngapain sore begini belom pada pulang?" tanya Bu Fani."Tiga ratus enam delapan..." Bu Fani sedang menghitung uang hasil jualannya. Sesekali membasahi jarinya agar mudah menghitungnya."Nenenin ibu dong" jawab Roney disertai cengiran.Bu Fani menghentikan hitungannya. Telinga
Elang👦: temenin gueMaya memukul springbed dengan tangannya. Merasa terganggu dengan notifikasi pop up whatsappnya yang membuat film berhenti sejenak."Arrghhh...""Ganggu aja" gumam Maya kesal.Maya mengabaikannya. Ia putar kembali film Ghajini yang baru beberapa menit ia tonton.Posisi tengkurap dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Maya seperti berada di bioskop milik sendiri. Tanpa popcorn atau pacar tidak masalah bagi Maya.Sendiri lebih menghayati."Keren banget gila..." gumam Maya mengagumi.Sosok Aamir Khan yang menjadi main role dalam film tersebut membuat Maya tidak berhenti berdecak kagum.Rambut Aamir Khan yang dicukur habis. Ditambah ototnya yang bisep. Menurut Maya sangat berkharisma wala
"Maya!! Kenapa elo gak bangunin gue?!" teriak Elang sambil menuruni tangga.Maya yang sedang memberi makan si Dory di ruang tamu, tidak mengindahkan teriakan Elang. Maya tidak peduli.Si Dory didalam akuarium beserta satu kawannya ataupun istrinya yang Maya tidak tahu jenis kelaminnya, membuka mulutnya lebar-lebar menerima umpan pakan dari Maya. Sangat menarik bagi Maya."Biasanya juga berangkat jam 10" omel Maya saat Elang sudah duduk disofa untuk memasang tali sepatunya yang sudah dicuci Maya."Gue mau jalan dulu sama pacar gue" balas Elang.Tangannya bergerak cepat memasangkan tali sepatu yang sebelah kiri. Elang sangat tergesa-gesa sehingga tali sepatu yang ia pasangkan panjang sebelah."Bantuin gue May!" teriak Elang."Sialan! Lagi buru-buru juga" kesal Elang sambil membenarkan tali sepatunya.Maya meletakkan pakan ikan yang ber
Elang menyandarkan punggungnya di mobil mewah miliknya. Elang sedang menunggu seseorang. Setelah mengantarkan Roney ke sekolah, Elang langsung pergi lagi tanpa menginjakkan kaki ke sekolah. Elang putar balik untuk menjemput Rere.Kemauan Rere selalu dituruti Elang. Seperti sekarang, Elang rela menjemput Rere di hotel mewah Arrabella. Padahal, dari sekolahnya menempuh waktu sekitar satu jam ditambah macetnya.Elang melirik arlojinya. Hari sudah akan hampir habis setengahnya. Dari cahaya matahari pun sangat terasa sedikit menyengat.Sedikit kesal menunggu Rere yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Elang melepas kacamatanya. Matanya menyipit untuk melihat wanita yang keluar dari arah pintu hotel. Apakah itu wanitanya atau bukan.Sudah banyak segerombolan wanita dan ibu-ibu sosialita yang lewat sambil mencuri pandang pada Elang. Bahkan, ada yang menampakkan wajah bingung sambil terus memandangi Elang.
Keringat Maya mengucur dari dahi hingga ke lehernya. Jantungnya berdegup ketakutan. Maya berjalan mundur saat kasir yang dulu menggoda Maya terus melangkahkan kakinya mendekati Maya.Pria itu tidak berhenti menjilat bibirnya dengan sensual. Tangan kanannya menyugar rambutnya yang basah terkena air hujan. Matanya menyorot nakal memandangi dada Maya yang tercetak karena bajunya yang basah. Namun, Maya tidak menyadarinya."Gue Doni, masih inget gue kan?" tanya pria itu menyeringai.Maya menelan ludahnya. Doni terus mendekat dengan senyum sinis yang terus terulas.Maya bukannya tidak berani melawan. Hanya saja, tenaganya sudah habis sejak tadi. Saat Maya mengetahui bahwa laki-laki yang membawanya pergi adalah kasir Alfaapril dekat kontrakannya, Maya berusaha berontak dan berteriak.Namun, usaha Maya sia-sia. Rumah kosong diperumahan elite, tentu saja minim orang-orang yang berkeliaran dirumah.