"Lo niat kerja apa ngga si nyet?" tegur Elang pada Roney.Sedangkan Roney sedang asyik bersama ponsel ditelinganya. Entah apa yang Roney bicarakan, tapi sesekali Roney tertawa disela pembicaraannya."Oke, siap! Bisa diatur Don. Time and place lo yang atur deh" ucap Roney tanpa mempedulikan Elang.Elang melengos jengah. Kemudian berjalan cepat diremang-remangnya malam. Elang menyusuri bangunan yang sedang dalam tahap pembangunan.Terjun langsung ke lapangan di malam hari memang tidak efektif.Sulit.Tapi apadaya Elang yang berstatus pelajar hanya bisa menggunakan sisa waktunya yang sudah gelap. Namun, disela kegiatan sekolah, Elang tetap terhubung dengan bawahannya yang sedang dilapangan agar tidak ada yang teledor pada saat pengerjaan.Bau rokok menggelitik Indra penciuman Elang. Untung saja bukan rokok lintingan yang bercampur menyan. Bau-baunya sudah lama tidak Elang hirup namun tidak asing di hidungnya."Kumat lagi Lo?" tanya Elang pada orang yang kini sedang menghisap rokoknya.Ro
Lelaki berperawakan tinggi, atletis dan berambut cepak tengah berlari mencari tempat berteduh. Hujan tidak terlalu lebat, namun cukup membasahi kaos oblongnya.Setelah berada didepan toko roti, pria itu mengibas-ngibaskan tangannya karena terkena tetesan hujan. Lumayan dingin karena tidak memakai jaket."Oon Lang Lang!" umpatnya pada dirinya sendiri."Gue kan pake mobil, ngapain gue turun buat neduh"Elang mendesah kesal merutuki kebodohannya. Namun, sepertinya tidak sia-sia Elang melipir mencari tempat teduh. Kebetulan perutnya juga sangat lapar. Jadi Elang memutuskan untuk makan dulu sebelum menjemput Rere disalon.Akhirnya Elang pun memasuki kedai makanan khas Jepang. Karena hanya itu yang ada didepan mata Elang. Ia malas muter-muter mencari makanan lain. Takut keburu lemas cacing-cacing diperutnya.Setelah masuk kedalam resto, ia langsung memesan beberapa menu."Mas, soba satu. Aoijiru sama air mineralnya satu" pesan Elang pada pelayan resto tersebut."Ada lagi mas?"Elang menggel
Hening.Begitulah suasana kontrakan digang sempit yang hanya dihuni oleh satu orang perempuan. Waktu sudah menunjukan pukul tujuh. Kondisi diluar sudah ramai dengan ocehan ibu-ibu versus tukang sayur. Sebenarnya, ibu-ibu komplek hanya membeli satu sampai tiga jenis sayuran atau bahan masakan yang akan dibeli. Namun, karena saking hobbynya mereka berkicau, belanjaan sedikit bisa memakan waktu satu jam. Berisiknya suasana luar, tidak mengganggu ketenangan wanita didalam rumah no.47 tersebut. Dikarenakan penghuninya sedang terlelap.Namun.."Maya !!!"Dorr..dorr..dorrr...Seseorang memanggil Maya dengan menggedor pintu keras-keras."Maya!!!" teriaknya lagi."Maya bangun!!!" teriaknya lagi tidak menyerah.Maya terbangun dengan suara teriakan tersebut yang disertai dengan gedoran pintu."Aish,. ganggu aja!" omel Maya pe
Jam istirahat kedua sudah habis dari lima belas menit yang lalu. Tapi, guru belum juga masuk ke kelas. Alhasil, suasana kelas tidak terkondisikan.Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kegiatannya seperti ghibahin orang, nonton K-pop sambil teriak-teriak, nonton XXX dipojokan, gitaran sambil nyanyi-nyanyi tidak jelas dan sebagainya.Sama halnya dengan cowok yang duduk diatas meja dengan menyandarkan punggunya ditembok. Dia asyik dengan handphonenya. Entah apa yang dia mainkan."Lang!""Anter gue, yuk!" ajak Roney menyadarkan Elang dari kesibukan memainkan ponselnya."Kemana, Ron?" tanya Elang dengan mata fokus ke ponselnya."Gue mau ketemu orang" jawab Roney pelan.Elang mengerutkan dahinya "Siapa?""Ayolah, anterin gue dulu" jawab Roney sekenanya.Elang memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Tanpa basa-basi men
🙎 Yang 🤵🏻 Apa?🙎 Sakit perut 😞🤵🏻 Haid?🙎 Heem 🤵🏻 Terus aku harus gmna?🙎 Beliin pembalut dong yang, ya ya 😙🤵🏻 OkeElang menutup layar ponselnya. Dia bergegas mengambil kunci dan menuju garasi rumahnya. Padahal, baru saja Elang merenggangkan tubuhnya di atas kasur setelah mengantarkan Roney dan kembali ke sekolah untuk mengambil tas mereka yang tertinggal.Mobil Elang sudah terparkir rapi di depan apotek. Namun, Elang bingung.Mau ditaruh dimana harga dirinya. Elang jelas malu. Diapotek itu kebanyakan pembeli wanita.Elang berdiam dimobil cukup lama. Menunggu apoteknya sepi dari pengunjung. Namun, sial. Pembeli di apotek
"May, bete banget gue" ucap Rere sambil mengeringkan rambutnya."Bete kenapa lu Re?" tanya Maya dengan suapan terakhir nasi goreng buatannya."Cowok gue udah gak perhatian lagi sama gue May. Kesel gue""Elonya gak usah manja""Ya gak lah! itu kan udah jadi kewajiban laki gue buat nurutin gue. Katanya dia cinta sama gue . Cih!""Emang laki lo babu lo? Asal lo tau ya, kalo elo juga beneran cinta sama dia, elo juga gak mungkin ngelakuin hal-hal konyol ke dia, yang mungkin laki lo rasa gak mampu"Rere terdiam."Coba lo pikir. Harusnya elo itu gak usah macem-macem. Masih untung laki lo bertahan sama elo. Masih cinta, masih sayang sama elo. Seandainya cowok lo tau kelakuan elo dibelakang dia,.." Maya tersenyum miring. Membayangkan hal-hal yang terjadi jika kekasihnya Rere mengetahui siapa Rere sebenarnya."Elo juga jarang quality time k
"Ngapa lu gak sekolah lagi?" tanya Roney sambil menyulut rokoknya dengan korek gas."Eh, monyet ni korek!" umpat Roney kesal karena apinya berkali-kali mati."Gue yang niup" ucap Elang tanpa dosa.Roney memicingkan matanya pada Elang tanpa berkata-kata.Dosa gak sih kalo gue cabik-cabik muka lo Lang?Sesekali semilir angin menerpa mereka. Rambut Roney yang menutupi keningnya terbelah menjadi dua. Sedangkan rambut Elang tetap anteng karena tersisir rapi dilapisi pomade.Rooftop adalah tempat favorit mereka berdua. Karena dibagian rumah Elang paling atas inilah mereka bisa menghirup angin kebebasan. Dingin yang menyentuh kulit seakan ketenangan yang menghangatkan hati mereka."Gimana kabar papa lo?"Roney mengedikkan bahunya."Masih sering nyari tante girang kali" jawab Roney tidak peduli.
Keringat dingin membasahi tubuh. Roney tidak bisa tidur, perasaannya cemas tidak menentu. Rasanya Roney ingin menyayati tangannya kemudian menghisap darah hasil sayatannya tersebut.Roney sudah tidak kuat. Jantungnya berdetak semakin cepat. Mengamuk bukanlah cara yang tepat.Roney butuh seseorang. Seseorang bisa menyemangatinya, bahwa Roney pantas untuk hidup.Pisau sudah berada di tangan kanannya. Roney menggenggam gagang pisau tersebut menahan semua nafsu dalam dirinya.Roney yang berada dibalik pintu tertutup hanya menelungkup frustasi."Gue pengen sembuh!" geram Roney.Roney mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ditengah sakau seperti itu, Roney mencoba mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.May? Gue butuh elo Gue butuh eloRoney menyelonjorkan