🙎 Yang
🤵🏻 Apa?
🙎 Sakit perut 😞
🤵🏻 Haid?
🙎 Heem
🤵🏻 Terus aku harus gmna?
🙎 Beliin pembalut dong yang, ya ya
😙🤵🏻 OkeElang menutup layar ponselnya. Dia bergegas mengambil kunci dan menuju garasi rumahnya. Padahal, baru saja Elang merenggangkan tubuhnya di atas kasur setelah mengantarkan Roney dan kembali ke sekolah untuk mengambil tas mereka yang tertinggal.
Mobil Elang sudah terparkir rapi di depan apotek. Namun, Elang bingung.
Mau ditaruh dimana harga dirinya. Elang jelas malu. Diapotek itu kebanyakan pembeli wanita.Elang berdiam dimobil cukup lama. Menunggu apoteknya sepi dari pengunjung. Namun, sial. Pembeli di apotek tersebut terus berdatangan.
Ketika Elang menoleh ke pintu kaca mobil yang tertutup, ada sesosok wanita yang sedang berdiri disitu. Rambut tergerai setengah dan setengahnya dikuncir. Poni yang sedikit berantakan menutupi keningnya.
Wanita itu sedang berkaca di spion mobilnya. Elang mengamati setiap gerak-gerik wanita itu. Tangannya memegang lipstik lalu mengoleskan pada bibirnya. Kemudian wanita itu beralih pada kaca pintu mobil bagian kemudi untuk merapikan poni dan rambutnya.
Elang menyaksikannya dengan khusyuk. Bagaimana wanita itu mengacak poninya lalu merapikannya lagi. Setelah puas dengan penampilannya, wanita itu tersenyum. Elang pun ikut tersenyum.
Elang menurunkan kaca mobilnya secara perlahan. Hingga tampak jelas raut muka wanita itu. Elang menahan tawa. Wanita itu terkejut dengan matanya yang membulat sempurna.
Lucu
Wajah wanita itu memerah dan meringis menahan malu. Wanita itu tersenyum tengsin. Sementara Elang menampilkan gaya so coolnya.
"Hehe... maaf pak. Saya kira tidak ada orang" ucap wanita itu disertai senyum tengsinnya.
Bapak?
"Maaf. Saya tidak setua itu" balas Elang tanpa ekspresi.
Wanita itu terdiam mendengar suara Elang. Nada suara Elang menyebalkan menurut wanita itu. Terlihat dari mata wanita itu yang mendelik tidak suka.
"Yaudah, maaf" ucap wanita itu jutek.
"Kalau tidak ikhlas minta maaf. Tidak usah"
"Ck... Bodo amat" wanita itu berdecak tidak peduli.
Wanita itu berbalik badan malas meladeni Elang.
Yang penting gue udah minta maaf.
Elang buru-buru berteriak mencegahnya.
"Heh! Mau kemana?"
Langkah wanita itu terhenti.
"Maaf belum diterima. Selesaikan dulu masalahnya. Anda tidak boleh pergi!"
"Masalah apa lagi sih?" ucap wanita itu kesal.
Ribet amat hidupnya.
"Kemari!" titah Elang pada wanita agar mendekat.
"Ck..." dengan gontai wanita itu mendekat.
"Maaf anda akan saya terima. Tapi, dengan syarat anda harus menuruti satu permintaan saya"
Mata wanita itu menggerling sebal.
"Berasa jadi jin gue"
Wanita itu melipat kedua tangannya didadanya. Wajahnya menatap kearah lain. Tidak sudi melihat wajah Elang yang belagu.
"Masuk" titah Elang.
"Masuk kemana?"
"Ke mobil"
"Oh. Kirain suruh masuk lagi ke lampu ajaib"
Elang memandangi wanita itu.
"Perlu saya seret?"
"Kalo diseret ke KUA gue mau" ucap wanita itu enteng.
"KUA?"
"Iya. Tapi bukan sama elo"
Absurd
Elang semakin tidak sabar meladeni wanita berponi itu.
"Oke. Saya punya satu permintaan. Anggap saja untuk tanda terima maaf anda.. " Elang belum selesai bicara.
"Emang salah gue segede apa sihh???!"
Gigi Elang menyatu menahan geram. Sebenarnya, itu hanya akal-akalan Elang. Tapi, kalau ceritanya menjadi serumit ini, Elang tidak mau melanjutkannya lagi.
"Berapa pun akan saya bayar!"
Mata wanita itu berbinar dan membulatkan bibirnya.
"Serius gak nih?"
"Masuk!"
Dengan senang hati wanita itu berjalan menuju pintu mobil samping kemudi.
Matre
***
Maya menghembuskan nafas kasar dari hidungnya. Pantatnya kini sudah mendarat di jok mobil laki-laki asing.
"Elo mau minta apa sama gue?" tanya Maya sambil menyerongkan badannya agar bisa face to face dengan laki-laki itu.
"Elang Gustian" eja Maya ketika matanya tidak sengaja membaca badge nama di baju lelaki itu.
Maya baru menyadari celana yang dipakai Elang pun berwarna abu-abu.
"Elo masih SMA?" tanya Maya dengan wajah kagetnya.
Elang mengangguk.
"Gue kira elo udah punya bini satu" ucap Maya tidak berdosa.
Elang menatap Maya dengan tajam.
Selain matre ternyata Maya cerewet dan mulutnya tidak terkontrol."Kenalin nama gue Maya Imelda. Gue lebih tua dari elo. Tapi, anggap aja kita seumuran.."
"Elo gak usah ngomong formal. Gak usah segan juga buat manggil gue LO. Okay?"
Elang bergeming.
"Elo mau minta apa sama gue?"
Elang berfikir. Sebenarnya Elang malu mengatakannya. Tapi mau bagaimana lagi. Tidak mungkin Elang pulang dengan tangan kosong.
"Tapi, elo jangan ngetawain gue ya?"
"Gue gak janji"
"Hemm.." Elang menghembuskan nafasnya pelan.
"Beliin gue pembalut wanita" ucap Elang tertahan.
Oh shit!
"Haha.. elo datang bulan? haha.. gak kebayang kalo elo make softex. Kaya Hotdog" Maya tertawa keras sambil memegangi perutnya.
Elang sudah menduga. Entah dimana harga dirinya sekarang. Tapi, masih untung Elang ditertawakan oleh satu wanita, daripada satu apotek, yakan?
"Buat cewek gue" ucap Elang mempertahankan sisa harga dirinya.
Maya masih tertawa tapi sudah tidak sekeras tadi.
"Cewek lo?"
Elang mengangguk.
"Haha,. mau-maunya lo disuruh" tawa Maya kini berbeda. Bukan tertawa lucu seperti tadi.
"Ternyata, cowok lemah juga ya kalo udah urusan sama cewek. Rela aja gitu dijadiin babu" ucap Maya pedas.
Ucapan Maya menohok Elang. Semua kata yang dikeluarkan Maya benar juga. Elang baru menyadarinya.
"Mending elo bantu gue aja" tawar Maya sambil mengedipkan matanya.
"Karena gue pikir elo banyak duitnya"
ucap Maya santai."Bantu apa?" tanya Elang sedikit tertarik.
Elang sudah tidak peduli lagi dengan pembalut wanitanya. Karena Elang membenarkan kata-kata Maya. Elang tidak mau menjadi babu bahkan mengorbankan harga dirinya. Pengorbanan cinta selain membeli pembalut. Elang rela melakukannya.
"Gue kan tinggal di kontrakan nih.." Maya memulai ceritanya.
"Trus, ibu kontrakannya nagih mulu. Pusing gue"
"Salah siapa gak bayar"
"Gue gak punya duitnya"
"Urusannya sama gue apa?"
Maya mencebikkan bibirnya.
"Ya gue minjem duit lah" jawab Maya enteng. Berasa udah kenal Elang bertahun-tahun.
"Gapeka banget jadi cowok" gumam Maya yang terdengar oleh Elang.
Elang tersenyum miring.
"Kapan lo bisa bayar?"
Maya mengedikan bahunya.
"Ikhlasin aja si"
Elang tersenyum miring lagi.
"Berapa hutang lo?"
"Duajuta"
Dikit
Entah apa yang merasuki Elang. Tanpa pikir panjang Elang menyerahkan ATM nya pada Maya. Ada rasa percaya dan rasa yang sulit dijabarkan.
"Bawa ATM gue, kodenya 240400"
Maya menelan ludahnya. Mata Maya menatap Elang dan ATM itu secara bergantian. Tidak percaya sekaligus senang.
"Gue mau langsung cabut. Udah sore. ATMnya gue bawa ya.. " pamit Maya pada Elang.
Elang kira akan ada aksi jingkrak-jingkrak kesenangan.
Elang tersenyum samar setelah Maya turun dari mobil. Kemudian Elang menstarter mobilnya dan pergi meninggalkan apotek.
Disisi lain, Maya tidak berhenti tersenyum. Maya sangat bersyukur hari ini. Karena bisa bertemu dengan Roney walaupun aksi untuk melakukan pemalakannya gagal.
Roney tadi menghabiskan waktu dengan Maya hanya untuk bercerita. Cerita Roney menyedihkan. Maya jadi tidak tega.
Ditambah bertemu dengan Elang. Berondong tajir juga tampan.
Ah, hidup Maya untuk hari ini menyenangkan.
"May, bete banget gue" ucap Rere sambil mengeringkan rambutnya."Bete kenapa lu Re?" tanya Maya dengan suapan terakhir nasi goreng buatannya."Cowok gue udah gak perhatian lagi sama gue May. Kesel gue""Elonya gak usah manja""Ya gak lah! itu kan udah jadi kewajiban laki gue buat nurutin gue. Katanya dia cinta sama gue . Cih!""Emang laki lo babu lo? Asal lo tau ya, kalo elo juga beneran cinta sama dia, elo juga gak mungkin ngelakuin hal-hal konyol ke dia, yang mungkin laki lo rasa gak mampu"Rere terdiam."Coba lo pikir. Harusnya elo itu gak usah macem-macem. Masih untung laki lo bertahan sama elo. Masih cinta, masih sayang sama elo. Seandainya cowok lo tau kelakuan elo dibelakang dia,.." Maya tersenyum miring. Membayangkan hal-hal yang terjadi jika kekasihnya Rere mengetahui siapa Rere sebenarnya."Elo juga jarang quality time k
"Ngapa lu gak sekolah lagi?" tanya Roney sambil menyulut rokoknya dengan korek gas."Eh, monyet ni korek!" umpat Roney kesal karena apinya berkali-kali mati."Gue yang niup" ucap Elang tanpa dosa.Roney memicingkan matanya pada Elang tanpa berkata-kata.Dosa gak sih kalo gue cabik-cabik muka lo Lang?Sesekali semilir angin menerpa mereka. Rambut Roney yang menutupi keningnya terbelah menjadi dua. Sedangkan rambut Elang tetap anteng karena tersisir rapi dilapisi pomade.Rooftop adalah tempat favorit mereka berdua. Karena dibagian rumah Elang paling atas inilah mereka bisa menghirup angin kebebasan. Dingin yang menyentuh kulit seakan ketenangan yang menghangatkan hati mereka."Gimana kabar papa lo?"Roney mengedikkan bahunya."Masih sering nyari tante girang kali" jawab Roney tidak peduli.
Keringat dingin membasahi tubuh. Roney tidak bisa tidur, perasaannya cemas tidak menentu. Rasanya Roney ingin menyayati tangannya kemudian menghisap darah hasil sayatannya tersebut.Roney sudah tidak kuat. Jantungnya berdetak semakin cepat. Mengamuk bukanlah cara yang tepat.Roney butuh seseorang. Seseorang bisa menyemangatinya, bahwa Roney pantas untuk hidup.Pisau sudah berada di tangan kanannya. Roney menggenggam gagang pisau tersebut menahan semua nafsu dalam dirinya.Roney yang berada dibalik pintu tertutup hanya menelungkup frustasi."Gue pengen sembuh!" geram Roney.Roney mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ditengah sakau seperti itu, Roney mencoba mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.May? Gue butuh elo Gue butuh eloRoney menyelonjorkan
Drrtttt...Maya membuka matanya malas. Ponselnya yang berada dinakas bergetar, membangunkan seluruh kesadaran Maya. Sebenarnya, Maya sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu. Namun, Maya asyik bergelung dengan selimut tebal yang kini melilit ditubuhnya.2 pesan masuk From : Rere Mendut🙎 : Elo dimana May? From : Roney🤵 : Gue sekolah dulu 🤵: Jangan kangen gue okey 😚 Hehe ... Maya tersenyum geli membaca pesan dari Roney. Apalagi diakhir pesannya terdapat emoticon yang membuat telapak tangan Maya gemas sendiri. Gemas ingin menepuk bibir Roney jika hal itu dilakukan secara langsung oleh Roney.Dasar BerondongMaya menge
Maya kini sedang berada di kontrakannya. Tetapi, tidak sendiri.Ada Roney yang menemaninya. Lebih tepatnya Roney yang memaksa ikut menemani Maya."Pengen tau kontrakan elo" Roney beralibi.Maya tidak bisa melarang. Apalagi Roney berkata seperti itu disertai dengan senyuman polosnya. Maya jadi tidak tega. Walaupun rasa dongkol sedikit bersemayam di hatinya, Maya hanya bisa mengiyakan dan membiarkan Roney ikut bersamanya."Kontrakan lo kok kotor banget?" tanya Roney setelah masuk ke dalam kontrakan Maya.Roney kemudian duduk lesehan di kasur lantai yang terbentang di depan televisi. Seragam pramuka masih melekat ditubuhnya. Dua kancing baju bagian atas, Roney biarkan terbuka.GerahRoney kemudian mengambil remote TV yang tergeletak tak berdaya di sampingnya dan menyalakannya.Maya sudah tidak heran lagi dengan kondisi kontrakannya. Kul
"Elo mending pulang aja deh Ron" usir Maya dengan tidak halus."Males"Roney sedang berada dalam mode posisi wenak. Posisi tengkurap dengan bantal sebagai alas dadanya. Seragam sekolahnya sudah berganti menjadi kaos hitam bertuliskan "Pakboy". Sungguh, Roney memang up to date untuk ukuran remaja seumurannya. Sedangkan celananya tetap memakai celana coklat pramuka."Ini udah malem Ron, emang elo gak dicariin?""Gue udah gede. Udah 17 tahun""Gak nanya umur""Ngasih tau""Gak mau tau"Roney memandang kesal Maya yang berada disampingnya. Susah payah Roney mencari channel yang menayangkan drama korea. Berharap bisa menarik perhatian Maya. Namun, kini Maya sudah fokus dengan ponselnya.Kenapa bisa, barusan ngomel-ngomel sekarang jadi anteng begitu?"Gue mau malam mingguan sama elo"
*Tragedi di AlfaaprilLangkah Maya bersemangat saat Alfaapril berada didepan matanya. Tidak sampai 15 menit Maya menghabiskan waktunya untuk berjalan kaki.Maya tidak ingat bahwa dia hanya membawa uang duapuluh ribu. Matanya kini sudah berbinar memandangi cemilan kesukaannya. Tanpa pikir panjang Maya mengambil semua yang dia sukai. Hingga melupakan kopi yang dipesan Roney.Setelah dirasa belanjaannya cukup, Maya mengantri dikasir dengan senyuman puas.PembloboranDrrttt...Tangan Maya bergetar. Ada pesan masuk ke ponselnya.👨 Elo dimana? Maya membuka kontak yang mengirim chat padanya untuk melihat foto profilnya."Oh. Elang" batin Maya.Selagi menunggu antrian Maya membalas chat tersebut👩 Gue lagi diluar
Malam menunjukkan pukul 01.45 dini hari. Elang dan Roney masih berkutat dengan laptopnya masing-masing. Sedangkan, paginya mereka harus berangkat ke sekolah. Sepertinya mereka tidak akan tidur sampai pagi.Elang melepas kacamata minusnya. Matanya terasa sangat lelah setelah berjam-jam menatap laptop.Elang merenggangkan badannya yang terasa kaku. Mata, badan, otak semuanya berkata...Cape gue say, di geder mulu"Ron, malem minggu elo tidur dimana?" tanya Elang sambil meminum kopi hitamnya yang sudah dingin."Dirumah" jawab Roney dengan pandangan tetap fokus ke laptop.Dirumah calon bini"Pantes, ngga ada yang ngusir tikus"Roney diam tapi mendengar. Kasihan sekali, Elang berniat melawak tapi tidak dihiraukan Roney."Wuahahaha, sumpah, elo becandanya lucu banget, hahaa" tawa Roney yang dibuat-buat