"Elo mending pulang aja deh Ron" usir Maya dengan tidak halus.
"Males"
Roney sedang berada dalam mode posisi wenak. Posisi tengkurap dengan bantal sebagai alas dadanya. Seragam sekolahnya sudah berganti menjadi kaos hitam bertuliskan "Pakboy". Sungguh, Roney memang up to date untuk ukuran remaja seumurannya. Sedangkan celananya tetap memakai celana coklat pramuka.
"Ini udah malem Ron, emang elo gak dicariin?"
"Gue udah gede. Udah 17 tahun"
"Gak nanya umur"
"Ngasih tau"
"Gak mau tau"
Roney memandang kesal Maya yang berada disampingnya. Susah payah Roney mencari channel yang menayangkan drama korea. Berharap bisa menarik perhatian Maya. Namun, kini Maya sudah fokus dengan ponselnya.
Kenapa bisa, barusan ngomel-ngomel sekarang jadi anteng begitu?
"Gue mau malam mingguan sama elo"
"Yaudah, cepet bawa gue keluar"
"Malam mingguan disini aja"
"Ha? dikontrakan gue?" tanya Maya meyakinkan.
Roney mengangguk santai.
"Iishh, gak modal banget sih" desis Maya kesal.
"Nih, gue modalin" Roney mengeluarkan uang sepuluh ribu dari saku celananya dan meletakannya disamping Maya.
"Beli kopi dua, sama jajanan terserah elo" tambah Roney.
Maya mengambil uang yang disodorkan Roney.
"Dih, gue kira gocap. Segini mah mana cukup. Lo kira gue anak kecil, duit dua rebu cukup buat beli 4 jajanan Buser yang dalemnya ada hadiahnya" protes Maya
"Iya, badan lo kecil. Besaran badan gue" balas Roney sekenanya.
Maya menoyor kepala Roney.
"Gak nyambung"
Roney melirik sekilas Maya kemudian fokus lagi ke televisi yang kini sedang menayangkan iklan.
"Males kalo cuma sepuluh ribu" ucap Maya sambil menyelonjorkan kedua kakinya dan menjadikan kedua tangan sebagai tumpuan badannya.
"Matre banget. Untung cantik" gumam Roney.
"Ngomong apa lo?"
"Nggak"
Delikan tajam menghunus Roney.
"Nih, gue tambah"
Roney menyerahkan uang duapuluh ribu pada Maya.
"Yang sepuluh ribunya sini balikin"
Roney merebut uang sepuluh ribu nya dan menjejalkan uang duapuluh ribu ketangan Maya.
"Pelit amat lu jadi cowok, pantes jomblo mulu" ketus Maya.
Dengan sangat terpaksa Maya bangkit dari duduknya kemudian mengambil sweater. Sebenarnya, Alfaapril tidak jauh dari kontrakannya. Namun, Maya tidak mungkin keluar hanya memakai tanktop dan celana jenis selututnya.
Roney terkekeh melihat langkah gontai Maya.
Belajar hemat calon bini
***
"Eh, Ron! udah lama disini?"
Roney sontak menoleh. Baru saja dia mau mengatai Maya yang baru saja pergi kemudian balik lagi. Ternyata, bukan Maya. Tapi, partner Maya. Rere.
Maya mungkin sekarang sudah masuk ke ruang dingin namun penuh perhatian itu.
Alfaapril dingin. Tapi, dia tetep perhatian sama orang. Banyak CCTV soalnya xixixi
Elu yang jomblo yang kurang perhatian recommended banget buat dateng kesini. Eits, jangan beli sutra ya. Kenapa? lah buat apa, orang pasangan aja gak punya. HahaGajelas."Eh, elo Re. Gue kira Maya"
Roney mengamati Rere yang kini duduk di kursi busa sambil melepaskan higheelsnya.
Masih cakepan Maya
"Kuat berapa jam elo sama Maya?" ucap Rere tanpa beban. Berbanding terbalik dengan Roney. Susah payah Roney menelan ludahnya. Tidak terlewat mata yang mencuat ingin keluar.
Kaget.
"Maya mana?" tanya Rere sambil berjalan menghampiri Roney. Tangannya dengan cekatan menguncir seluruh rambutnya. Walapun sudah malam, Rere tetap segar. Cantik, seperti artis film yang Roney tonton sekarang.
"Nih, makan" sekotak pizza Rere suguhkan pada Roney. Yang disuguhi hanya melirik sekilas.
Semua pertanyaan yang dilontarkan Rere tidak ada yang Roney jawab. Alhasil, Rere memberikan pertanyaan yang baru.
"Elo suka drama korea?" Rere terkikik geli.
"Ngga kok. Tadinya gue mau ngajak Maya nonton"
"Kok belum berangkat?"
"Nonton disini" jawab Roney polos.
Pipi Rere menggembung karena menahan tawa.
"Gue kira Maya bakalan histeris pas gue tayangin drama korea. Terus nonton berdua sama gue. Meluk gue. Terus... "
tambah Roney menggantung. Pikirannya sudah melayang ke tingkat adegan kissing yang biasa tersaji didrama-drama yang sering Roney tonton dengan adiknya."Tapi, dia malah ngomel-ngomel. Ngusir gue pula. Yaudah, deh gue suruh dia beli kopi. Kesel gue"
"Haha, Ron Ron" Rere menepuk-nepuk pundak Roney.
"Dia gak suka drama korea. Dia gak suka yang menye-menye kek beginian. Dia realistis"
"Materialistis juga" timpal Roney.
"Wajar... Cewek"
Roney terdiam. Dia teringat dengan Melanie. Adiknya.
"Kebutuhan cewek itu banyak Ron. Banyak ngeluarin duit, pemasokan kurang. Gue yang udah kerja aja masih kurang. Apalagi kalo gak kerja. Kerjaannya kaya beginian lagi" Rere menghembuskan nafasnya kasar.
Roney tidak menanggapi. Namun, Roney ikut bersimpati. Roney tahu jelas pekerjaan Maya dan Rere itu seperti apa. Roney tidak pernah menganggap mereka rendah.
Itu jalan mereka. Tujuan kita hidup bukan untuk mencari kedudukan didunia. Kita hidup untuk mati. Kedudukan terendah paling nyata adalah berada di neraka.
Tak pernah sedikitpun terlintas dalam benak Roney untuk memanfaatkan mereka berdua. Roney tidak bisa membayangkan jika adik perempuannya nasibnya seperti mereka. Jadi, Roney tidak berani macam-macam.
Hening beberapa saat. Hanya layar televisi yang mengisi kesenyapan antara Roney dan Rere.
"Roney! duit lo kurang!" teriak Maya dari ambang pintu.
Rere dan Roney menoleh. Tampak Maya menenteng dua kresek penuh yang berisi jajanan.
"Kopinya lupa gak gue beli, hehe" Maya nyengir tanpa dosa.
Roney menepuk jidatnya.
"Bunuh aja gue May" gumam Roney pasrah.
"Eh, elo Rere.. kapan dateng?" tanya Maya sambil mengeluarkan semua jajanannya.
"Sejak elo pergi"
"Nih, Re, gue beli coklat kesukaan elo. Chitatos, Pillow, Sponge. Emm, ada semua nih" Maya mengabsen satu-satu jajanannya. Terlalu banyak. Jadi, tidak disebutkan semuanya.
Maya berhambur ke celah yang sempit diantara Roney dan Rere. Dengan wajah kesal Roney menggeserkan pantatnya. Begitupun Rere.
Kriuk.. kriuk.
Maya dengan santai memakan keripik kemasannya.
"Nih, Re" tawar Maya. Rere menggeleng.
"Kenapa? udah gosok gigi? gosok gigi lagi. Stok odol gue banyak kok" ucap Maya di sela kunyahannya.
"Kenyang" jawab Rere singkat.
"Ehm.. Gue gak ditawarin nih?" tanya Roney menyadarkan Maya. Bahwa masih ada mahluk ganteng yang terabaikan disampingnya.
"Gue bukan SPG"
"CBR ya?"
"Apa tuh?"
"Calon Bininya Roney"
Rere hanya tertawa mendengar obrolan mereka.
"Ganti, jadi OB" ucap Maya tidak mau kalah.
"Oke Bos?" tanya Roney dengan senyum tertahan.
"Bukan"
"Terus?"
"Ogah Banget!"
"Haha,.." Rere dan Maya tertawa bersamaan.
Roney menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Damagenya.. ahh mantap!
"Tapi, gue tetep SPBU" ucap Roney membuat tawa mereka terhenti.
"Apa?" tanya Rere.
"Siap Perih Berjuang Untukmu" ucap Roney mantap.
Rere terbahak semakin keras. Sedangkan Maya cengo dengan keripik utuh dimulutnya yang hampir terjatuh.
Roney menyeringai bangga.
Baper lo May?
*Tragedi di AlfaaprilLangkah Maya bersemangat saat Alfaapril berada didepan matanya. Tidak sampai 15 menit Maya menghabiskan waktunya untuk berjalan kaki.Maya tidak ingat bahwa dia hanya membawa uang duapuluh ribu. Matanya kini sudah berbinar memandangi cemilan kesukaannya. Tanpa pikir panjang Maya mengambil semua yang dia sukai. Hingga melupakan kopi yang dipesan Roney.Setelah dirasa belanjaannya cukup, Maya mengantri dikasir dengan senyuman puas.PembloboranDrrttt...Tangan Maya bergetar. Ada pesan masuk ke ponselnya.👨 Elo dimana? Maya membuka kontak yang mengirim chat padanya untuk melihat foto profilnya."Oh. Elang" batin Maya.Selagi menunggu antrian Maya membalas chat tersebut👩 Gue lagi diluar
Malam menunjukkan pukul 01.45 dini hari. Elang dan Roney masih berkutat dengan laptopnya masing-masing. Sedangkan, paginya mereka harus berangkat ke sekolah. Sepertinya mereka tidak akan tidur sampai pagi.Elang melepas kacamata minusnya. Matanya terasa sangat lelah setelah berjam-jam menatap laptop.Elang merenggangkan badannya yang terasa kaku. Mata, badan, otak semuanya berkata...Cape gue say, di geder mulu"Ron, malem minggu elo tidur dimana?" tanya Elang sambil meminum kopi hitamnya yang sudah dingin."Dirumah" jawab Roney dengan pandangan tetap fokus ke laptop.Dirumah calon bini"Pantes, ngga ada yang ngusir tikus"Roney diam tapi mendengar. Kasihan sekali, Elang berniat melawak tapi tidak dihiraukan Roney."Wuahahaha, sumpah, elo becandanya lucu banget, hahaa" tawa Roney yang dibuat-buat
"May, nanti malem kayanya gue balik ke kontrakan lo lagi deh, hehe" ucap Rere diakhiri cengiran."Lah, emang kapan lo balik kerumah sendiri?" balas Maya kemudian menyuapkan mie goreng ke mulutnya."Hoho, ahoy banget lu ngemeng May""Elo mau keluar?" tanya Maya karena melihat Rere dengan penampilan yang modis bin sekseh."Pake BH bening aja Re. Nyolot banget pake BH maroon. Lagian baju lo juga nggak nutupin pundak. Nggak matching aja gitu sama baju lo" komen Maya disela kunyahannya."Apa iya?" Rere mengamati penampilannya dicermin."Apa iya?" Maya mengikuti kalimat Rere dengan nada yang dibuat-buat."Yaudah sini gue minjem""Minjem-minjem. Ya kagak muat lah. Punya lo tumpeh-tumpeh gitu""Pelit amat lo, ishh" Rere berdesis pura-pura sebal."Rajin olahraga makanya" ta
"Ron, gue kedepan dulu" pamit Elang pada Roney yang baru saja menempelkan pantatnya di kursi."Jangan lama-lama""Serah gue lah"Roney mendelik sebal."Kalo gitu ngapa ijin dulu ke gua?" tanya Roney memandang Elang sinis yang kini berada diambang pintu."Yang nyariin gue banyak" jawab Elang PeDe diiringi langkah coolnya meninggalkan Roney yang hanya geleng-geleng kepala.Elang malam ini membutuhkan asupan semangat sebelum mulai lemburan. Niatnya Elang ingin pergi ke caffe JRode, caffe mini tepat didepan perusahaannya.Rajo's Home Design adalah perusahaan yang kini sedang Elang pimpin. Mulanya Ayahnya yang menghandle usaha dibidang arsitektur tersebut. Namun, takdir mengharuskan ayahnya-Deff Rajo beserta ibunya--Ameera Rajo menetap diluar negeri. Bukan tanpa alasan, adik Elang satu-satunya yang saat itu berumur t
Maya mengusap lengannya yang memerah karena cengkraman Elang. Terdapat cap tangan Elang yangmelingkar di pergelangan tangannya."Sshh.." desis Maya sambil mendelik menatap Elang."Pasang seatbeltnya kalo masih mau idup" titah Elang tanpa intonasi.Perjalanan sudah lumayan jauh dari terakhir mereka berdiri didepan perusahaan Elang.Sepanjang perjalanan, Elang berusaha menahan kesabaran. Entah ke berapa kalinya Elang menarik nafas kemudian menghembuskannya.Elang tidak ingin terbakar emosi. Karena yang dihadapinya sekarang adalah wanita, bukan Roney Satria.Elang paham dari quotes yang pernah ia baca. Jika pria marah, wanita akan berbalik marah. Elang menyimpulkan, marah tidak akan memperbaiki keadaan. Malah sebaliknya. Semakin buruk.Api dibalas api akan membludak. Bukan melunak. Tapi, setidaknya marah sedikit untuk menggertak. N
Mobil hitam Maserati Ghibli terparkir anggun di depan rumah minimalis berawarna abu-abu. Pengemudi dan satu penumpang belum juga beranjak dari posisi duduknya.Rumah terlihat gelap. Karena Elang lupa tidak menyalakan lampu rumahnya sebelum tadi sore pergi ke kantornya. Hanya ada seberkas cahaya mobil yang belum dimatikan oleh Elang.Ting!Sebuah pesan masuk ke ponsel Elang.Pesan yang mampu membuatnya tersenyum.🙎: Good night sayang. Kangen:( Elang tersenyum mendapat chat singkat dari Rere. Belum sempat Elang membalas pesan Rere, satu pesan baru datang lagi dari orang yang sama.🙎: Vn sun dong:* heheElang terkekeh.🤵: Tidur sana. Besok ketemu kalo gak sibuk kamunya 🙎: Yah, besok sibuk akunya yang:(🤵:
"Bang Roney..." teriak Melan senang saat melihat kepala Roney menyembul dari balik pintu."Yah,.. ketahuan deh" ucap Roney lesu. Namun, senyuman tulus terukir setelah melihat wajah sumringah Melan."Tadinya kan abang mau ngagetin Melan" jujur Roney.Melan memeluk Roney erat."Yaudah ulang lagi" usul Melan.Roney terkekeh sambil mengelus puncak kepala Melan."Kurang kerjaan" Roney tertawa dan melepas pelukannya."Masak apa Mel?" tanya Roney."Belom bang. Lagi males masak. Pesen aja ya?" tawar Melan."Padahal abang pengen makan masakan Melan""Mager ah"Melan menyalakan televisi yang berada diruang tamu. Roney ikut duduk disamping Melan.Kaki Melan yang menjuntai dan pahanya yang terlihat kosong, tidak disia-siakan Roney."Biasain kalo dirumah jangan p
"Ga ga ga gakk.. Gue gak bisa jadi babu lo 24 jam. Gue juga punya kerjaan" bantah Maya mentah-mentah.Maya oke-oke saja kalo Elang berniat menjadikan Maya babu untuknya. Tapi, masalahnya, tidak mungkin Maya bekerja 24jam hanya untuk Elang. Maya juga mempunyai pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan."Resign kan bisa" ucap Elang enteng. Jarinya memainkan pulpen hitam yang tidak tertutup. Sesekali Elang menggigit tutupnya."Mending kalo gue digaji sama elo" Maya mulai kesal."Ya, bodoamat. ATM gue yang ilang, itu gaji lo" jelas Elang santai."Lah, emangnya gak bisa kalo kita ngadu dulu ke bank atas kehilangan?" Otak Maya berjalan di rel logika.Elang tergagap dan mencari posisi nyaman atas saran yang diajukan Maya. Terlalu mengejutkan, Elang kira Maya tidak pernah berfikir sampai situ."Gue udah ngehubungin pihak bank. Katanya password ATM gue udah d