"Ngapa lu gak sekolah lagi?" tanya Roney sambil menyulut rokoknya dengan korek gas.
"Eh, monyet ni korek!" umpat Roney kesal karena apinya berkali-kali mati.
"Gue yang niup" ucap Elang tanpa dosa.
Roney memicingkan matanya pada Elang tanpa berkata-kata.
Dosa gak sih kalo gue cabik-cabik muka lo Lang?
Sesekali semilir angin menerpa mereka. Rambut Roney yang menutupi keningnya terbelah menjadi dua. Sedangkan rambut Elang tetap anteng karena tersisir rapi dilapisi pomade.
Rooftop adalah tempat favorit mereka berdua. Karena dibagian rumah Elang paling atas inilah mereka bisa menghirup angin kebebasan. Dingin yang menyentuh kulit seakan ketenangan yang menghangatkan hati mereka.
"Gimana kabar papa lo?"
Roney mengedikkan bahunya.
"Masih sering nyari tante girang kali" jawab Roney tidak peduli.
Elang menghembuskan nafasnya pelan. Elang sedikit bersyukur masih memiliki kedua orang tua walaupun tidak tinggal bersama.
Roney hanya memiliki seorang ayah. Ibunya sudah meninggal sejak Roney kelas 3 SMP.
"Adek lo?"
"Dia minta duit ke gue buat bayar SPP" jawab Roney hampa.
Isi otak Roney penuh dengan kata "seandainya...", tapi saat ini Roney belum bisa mengatasinya. Akal sehat Roney menyesalinya. Hati Roney selalu mengingatkan bahwa dia punya tanggungan. Adik perempuan satu-satunya yang harus dia urus.
"Duit yang gue kasih buat gaji lo dipake buat apa?!" tanya Elang sedikit meninggi. Kesal.
Roney tidak menjawab.
Elang bangkit dari duduknya. Elang terlalu kesal dengan Roney. Sebenarnya, Elang heran dengan Roney. Uang yang Elang berikan pasti habis entah kemana. Sedangkan SPP adiknya Roney, Elang yang bayar tiap bulannya.
Elang bisa menebak ada yang tidak Elang ketahui dari diri Roney. Tapi, Elang tidak akan memaksa Roney untuk bercerita. Biar Roney yang menceritakannya sendiri.
"Gue mau ngelembur. Sekalian nemuin adek lo" ucap Elang sebelum benar-benar pergi.
"Serius lo Lang?"
"Ck.. ya serius lah" ucap Elang kesal.
"Sekarang jam duabelas kurang, adek gue jam segini udah tidur Lang" jelas Roney.
Elang merutuki dirinya didalam hati.
Iya ya. Ko gue bego. Bisa-bisanya gue nyamain anak SMP kaya anak SMA
"Yaudah,. gue nemuin nya pas gue mau berangkat sekolah kan bisa" balas Elang jutek untuk menutupi kebodohannya.
Roney menatap Elang dengan bingung.
"Emang lo yakin besok mau masuk sekolah?" tanya Roney ragu.
Karena biasanya kalau Elang sudah bekerja sampai pagi. Elang tidak akan berangkat sekolah.
"Emang gue ada bilang besok ya?"
jawab Elang diakhiri dengan smirknya.Roney mencebikkan bibirnya.
Roney besok berangkat sekolah jalan kaki lagi
"Design apartemen yang diminta Pak Broto bulan lalu, besok lusa harus selesai. Jadi, elo bantuin gue buat nyelesain yang kemarin.." titah Elang.
Bos mah sabeb
"Elo kalo bikin garis yang bener, yang lurus. Milimeter nya yang teliti" omel Elang
"Jangan cuma ukuran BH ayam kampus aja yang bisa elo teliti" tambah Elang tidak berekspresi.
Kemudian Elang pergi meninggalkan Roney yang cengo dengan mulut setengah terbuka.
Ngena Men!!
***
Dentuman musik yang dipandu dengan disk jockey seksi membuat siapapun yang mendengarnya tidak tahan untuk berjoget, meliuk-liukkan badan kesana kemari.Aroma alkohol menjadi parfum yang memanjakan hidung penikmatnya.
Maya yang sedang asyik berbincang-bincang dengan bartender, sedikit terganggu dengan kehadiran wanita yang kini duduk disampingnya.
"May, elo nanti gak ada job kan?" tanya Rere di sisa kesadarannya.
"Ngga"
"Gue nanti nginep dikontrakan elo ya"
"Sejak kapan lo ijin dulu kalo mau nginep?"
Rere terkekeh kemudian bersendawa.
"Mau dimana lo malam ini?" tanya Maya dengan menahan nafasnya.
"Di.." ucapan Rere terputus karena sendawa lagi.
Aroma alkohol menyeruak masuk ke hidung Maya tanpa permisi.
"Aishhh,.. elo kebiasaan banget si. Kalo gak bisa minum banyak, gak usah sok-sokan. Mau jadi jagoan lo?" omel Maya percuma. Karena Rere pasti tidak peduli dengan ucapan Maya.
" Ngerepotin orang aja. Mending kalo gue punya duit banyak. Elo mabuk tinggal pesen go car. Nah, ini jangankan buat bayar go car, buat beli paket datanya aja gak ada." omel Maya tambah panjang.
Rere menyandarkan kepalanya ke meja bar. Matanya terpejam tidak sadar. Entah Rere mendengar omelan Maya atau tidak.
"Re, ayoo.." ajak seorang pria yang kini menyelipkan rambut Rere yang menutupi wajah cantiknya.
Maya terus memandangi pria itu. Tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda. Pas untuk ukuran hot daddy.
Pria itu memapah Rere tanpa basa-basi pada Maya. Maya diabaikan. Bahkan, pria itu menoleh pun tidak.
"Pak! Dimana?" teriak Maya.
Pria yang memapah Rere pun menoleh.
"Sialan! gue kok nengok dipanggil bapak" batin pria itu menyesali.
"Elo manggil gue?" tanya pria itu meyakinkan.
"Iyalah"
"Sialan!" umpat pria itu pelan.
"Mau kemana?" tanya Maya setelah berada didekat pria itu.
"Restu Adira hotel"
Maya mencerna jawaban pria itu.
Restu Adira hotel?
Gila! itukan sewanya jutaan perhari.
"Oh.. oke."
"Jaga Rere baik-baik"
Pria itu hanya berdehem.
Maya harus tetap menjaga Rere. Walaupun Rere tidak selalu bersamanya. Karena berkat Rere lah, Maya bisa mendapatkan pekerjaan.
Ya.. walaupun pekerjaannya jelas bukan yang Maya inginkan. Tapi, mau bagaimana lagi. Mencari pekerjaan di kota metropolitan itu sulit.Pekerjaannya sangat menguras otak. Kelihaian dalam merayu harus Maya maksimalkan. Itu tidak mudah.
Kalau kata orang "mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan "
Tapi, berbeda untuk Maya "mempertahankan lebih sulit daripada melepaskan"
Maya berniat menjemput Rere jika pria itu tidak mengembalikan Rere ke kontrakannya. Tapi, sepertinya itu tidak perlu dilakukan. Karena pasti Rere pulang besok siang. Rere sadar dan tidak mungkin tersesat.
Maya akhirnya bergegas pulang setelah memastikan Rere dibawa dan dimasukkan kedalam mobil pria itu dengan baik-baik.
Keringat dingin membasahi tubuh. Roney tidak bisa tidur, perasaannya cemas tidak menentu. Rasanya Roney ingin menyayati tangannya kemudian menghisap darah hasil sayatannya tersebut.Roney sudah tidak kuat. Jantungnya berdetak semakin cepat. Mengamuk bukanlah cara yang tepat.Roney butuh seseorang. Seseorang bisa menyemangatinya, bahwa Roney pantas untuk hidup.Pisau sudah berada di tangan kanannya. Roney menggenggam gagang pisau tersebut menahan semua nafsu dalam dirinya.Roney yang berada dibalik pintu tertutup hanya menelungkup frustasi."Gue pengen sembuh!" geram Roney.Roney mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ditengah sakau seperti itu, Roney mencoba mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.May? Gue butuh elo Gue butuh eloRoney menyelonjorkan
Drrtttt...Maya membuka matanya malas. Ponselnya yang berada dinakas bergetar, membangunkan seluruh kesadaran Maya. Sebenarnya, Maya sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu. Namun, Maya asyik bergelung dengan selimut tebal yang kini melilit ditubuhnya.2 pesan masuk From : Rere Mendut🙎 : Elo dimana May? From : Roney🤵 : Gue sekolah dulu 🤵: Jangan kangen gue okey 😚 Hehe ... Maya tersenyum geli membaca pesan dari Roney. Apalagi diakhir pesannya terdapat emoticon yang membuat telapak tangan Maya gemas sendiri. Gemas ingin menepuk bibir Roney jika hal itu dilakukan secara langsung oleh Roney.Dasar BerondongMaya menge
Maya kini sedang berada di kontrakannya. Tetapi, tidak sendiri.Ada Roney yang menemaninya. Lebih tepatnya Roney yang memaksa ikut menemani Maya."Pengen tau kontrakan elo" Roney beralibi.Maya tidak bisa melarang. Apalagi Roney berkata seperti itu disertai dengan senyuman polosnya. Maya jadi tidak tega. Walaupun rasa dongkol sedikit bersemayam di hatinya, Maya hanya bisa mengiyakan dan membiarkan Roney ikut bersamanya."Kontrakan lo kok kotor banget?" tanya Roney setelah masuk ke dalam kontrakan Maya.Roney kemudian duduk lesehan di kasur lantai yang terbentang di depan televisi. Seragam pramuka masih melekat ditubuhnya. Dua kancing baju bagian atas, Roney biarkan terbuka.GerahRoney kemudian mengambil remote TV yang tergeletak tak berdaya di sampingnya dan menyalakannya.Maya sudah tidak heran lagi dengan kondisi kontrakannya. Kul
"Elo mending pulang aja deh Ron" usir Maya dengan tidak halus."Males"Roney sedang berada dalam mode posisi wenak. Posisi tengkurap dengan bantal sebagai alas dadanya. Seragam sekolahnya sudah berganti menjadi kaos hitam bertuliskan "Pakboy". Sungguh, Roney memang up to date untuk ukuran remaja seumurannya. Sedangkan celananya tetap memakai celana coklat pramuka."Ini udah malem Ron, emang elo gak dicariin?""Gue udah gede. Udah 17 tahun""Gak nanya umur""Ngasih tau""Gak mau tau"Roney memandang kesal Maya yang berada disampingnya. Susah payah Roney mencari channel yang menayangkan drama korea. Berharap bisa menarik perhatian Maya. Namun, kini Maya sudah fokus dengan ponselnya.Kenapa bisa, barusan ngomel-ngomel sekarang jadi anteng begitu?"Gue mau malam mingguan sama elo"
*Tragedi di AlfaaprilLangkah Maya bersemangat saat Alfaapril berada didepan matanya. Tidak sampai 15 menit Maya menghabiskan waktunya untuk berjalan kaki.Maya tidak ingat bahwa dia hanya membawa uang duapuluh ribu. Matanya kini sudah berbinar memandangi cemilan kesukaannya. Tanpa pikir panjang Maya mengambil semua yang dia sukai. Hingga melupakan kopi yang dipesan Roney.Setelah dirasa belanjaannya cukup, Maya mengantri dikasir dengan senyuman puas.PembloboranDrrttt...Tangan Maya bergetar. Ada pesan masuk ke ponselnya.👨 Elo dimana? Maya membuka kontak yang mengirim chat padanya untuk melihat foto profilnya."Oh. Elang" batin Maya.Selagi menunggu antrian Maya membalas chat tersebut👩 Gue lagi diluar
Malam menunjukkan pukul 01.45 dini hari. Elang dan Roney masih berkutat dengan laptopnya masing-masing. Sedangkan, paginya mereka harus berangkat ke sekolah. Sepertinya mereka tidak akan tidur sampai pagi.Elang melepas kacamata minusnya. Matanya terasa sangat lelah setelah berjam-jam menatap laptop.Elang merenggangkan badannya yang terasa kaku. Mata, badan, otak semuanya berkata...Cape gue say, di geder mulu"Ron, malem minggu elo tidur dimana?" tanya Elang sambil meminum kopi hitamnya yang sudah dingin."Dirumah" jawab Roney dengan pandangan tetap fokus ke laptop.Dirumah calon bini"Pantes, ngga ada yang ngusir tikus"Roney diam tapi mendengar. Kasihan sekali, Elang berniat melawak tapi tidak dihiraukan Roney."Wuahahaha, sumpah, elo becandanya lucu banget, hahaa" tawa Roney yang dibuat-buat
"May, nanti malem kayanya gue balik ke kontrakan lo lagi deh, hehe" ucap Rere diakhiri cengiran."Lah, emang kapan lo balik kerumah sendiri?" balas Maya kemudian menyuapkan mie goreng ke mulutnya."Hoho, ahoy banget lu ngemeng May""Elo mau keluar?" tanya Maya karena melihat Rere dengan penampilan yang modis bin sekseh."Pake BH bening aja Re. Nyolot banget pake BH maroon. Lagian baju lo juga nggak nutupin pundak. Nggak matching aja gitu sama baju lo" komen Maya disela kunyahannya."Apa iya?" Rere mengamati penampilannya dicermin."Apa iya?" Maya mengikuti kalimat Rere dengan nada yang dibuat-buat."Yaudah sini gue minjem""Minjem-minjem. Ya kagak muat lah. Punya lo tumpeh-tumpeh gitu""Pelit amat lo, ishh" Rere berdesis pura-pura sebal."Rajin olahraga makanya" ta
"Ron, gue kedepan dulu" pamit Elang pada Roney yang baru saja menempelkan pantatnya di kursi."Jangan lama-lama""Serah gue lah"Roney mendelik sebal."Kalo gitu ngapa ijin dulu ke gua?" tanya Roney memandang Elang sinis yang kini berada diambang pintu."Yang nyariin gue banyak" jawab Elang PeDe diiringi langkah coolnya meninggalkan Roney yang hanya geleng-geleng kepala.Elang malam ini membutuhkan asupan semangat sebelum mulai lemburan. Niatnya Elang ingin pergi ke caffe JRode, caffe mini tepat didepan perusahaannya.Rajo's Home Design adalah perusahaan yang kini sedang Elang pimpin. Mulanya Ayahnya yang menghandle usaha dibidang arsitektur tersebut. Namun, takdir mengharuskan ayahnya-Deff Rajo beserta ibunya--Ameera Rajo menetap diluar negeri. Bukan tanpa alasan, adik Elang satu-satunya yang saat itu berumur t