Jam istirahat kedua sudah habis dari lima belas menit yang lalu. Tapi, guru belum juga masuk ke kelas. Alhasil, suasana kelas tidak terkondisikan.
Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Kegiatannya seperti ghibahin orang, nonton K-pop sambil teriak-teriak, nonton XXX dipojokan, gitaran sambil nyanyi-nyanyi tidak jelas dan sebagainya.Sama halnya dengan cowok yang duduk diatas meja dengan menyandarkan punggunya ditembok. Dia asyik dengan handphonenya. Entah apa yang dia mainkan.
"Lang!"
"Anter gue, yuk!" ajak Roney menyadarkan Elang dari kesibukan memainkan ponselnya.
"Kemana, Ron?" tanya Elang dengan mata fokus ke ponselnya.
"Gue mau ketemu orang" jawab Roney pelan.
Elang mengerutkan dahinya "Siapa?"
"Ayolah, anterin gue dulu" jawab Roney sekenanya.
Elang memasukkan ponselnya kedalam saku celananya. Tanpa basa-basi menuju ke parkiran. Roney tersenyum senang dan membuntuti Elang dari belakang.
"Anterin gue ke jalan Cassablanca" ucap Roney menyuruh Elang.
"Hum?" Elang menghidupkan
mobilnya."Bukannya itu..." Elang tidak melanjutkan ucapannya.
Jalan itu terdengar familiar di telinganya. Tapi, Elang tidak tahu itu tempat apa dan dimana letaknya.
"Iya. Buruan ah" titah Roney setelah memakai seatbeltnya.
"Emang itu dimana si?" tanya Elang.
Roney menepuk jidatnya."Gue kira lo tau"
Elang menggelengkan kepalanya.
***
Ting!Maya membuka pesan yang masuk ke ponselnya.
Gue lagi otewe
"Okay!" ucap Maya tanpa membalas pesan tersebut.
Maya kini sedang di Cambria Club. Tepatnya, berada didepan clubnya. Maya ingin masuk. Tapi, dia sedang sakit. Dua jam lagi club itu baru buka. Bisa saja sih, Maya masuk. Karena Maya juga memegang kunci cadangan. Tapi, lagi-lagi Maya sedang tidak mood dan perutnya sedang bermasalah.
Tidak lama kemudian, mobil sport hitam terpakir tidak jauh dari tempat Maya berdiri.
"kayanya itu deh" batin Maya.
Seorang lelaki keluar dari mobil itu. Tapi, bukan dari bagian pengemudi.
"Ngegrab kah dia?" batin Maya menebak.
"Hai... " sapa Roney dengan senyuman.
"Manis" batin Maya memuji.
"Hai, juga" balas Maya. Maya dan Roney saling berjabat tangan.
"Maya Imelda,ya?" tanya Roney ramah.
"Iya. Anda?" tanya balik Maya.
"Roney Satria"
"Masih SMA?"
"Iya. Kelas tiga"
"Ohh.."
Roney terdiam bingung harus mengeluarkan kalimat apa lagi.
"Sebentar ya" pamit Roney.
Kemudian Roney berlari menuju parkiran menghampiri Elang.
Tok .. tok .. tok.
Roney mengetuk kaca mobil.
"Kenapa?" tanya Elang.
"Elo cabut duluan aja" jawab Roney.
"Terus elo balik sama siapa?" tanya Elang yang membuat Roney berfikir.
Roney menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Hee.. gatau" jawab Roney dengan cengiran polosnya.
"Gue tungguin disini"
"Pulang aja, Lang. Takutnya gue lama. Gue gapapa" bujuk Roney.
Elang terdiam untuk berfikir. Jika itu maunya Roney. Yasudah.
"Yaudah. Gue duluan ya"
Roney mengacungkan jempolnya.
"Makasih, Lang" ucap Roney tulus.
Elang mengangguk."Selamat bersenang-senang!"
"Haha.. bisa ae lu"
Mobil Elang keluar dari parkiran. Roney bergegas menemui Maya lagi.
"Siapa? Grab?" tanya Maya penasaran.
"Haha. Bukan. Itu temen gue" jujur Roney.
"Oh.. elo gak punya mobil?"
"Nggak..." jawab Roney pelan. Kepala Roney menunduk malu.
"Aishh.. salah sasaran gue" batin Maya.
"Oh.." Maya menanggapi sewajarnya.
"Gue pengen ketemu elo, bukan buat make elo kok" jelas Roney.
Hati Maya mencelos mendengar salah satu kata yang diucapkan Roney. Maya teringat sesuatu.
"Elo dapet nomer gue dari siapa?" tanya Maya nyolot.
"Dari Rere"
"Rere?"
"Iya. Rere partner lo kan?"
"Kampret lu,Re" umpat Maya pelan. Namun, terdengar oleh Roney.
"Gue kira dapet dari apps. Kalo dari apps kan cowoknya gak main-main. Pasti berduit semua" batin Maya.
"Lucu banget lo May. Haha"
Maya mendelik menatap Roney yang sedang menertawakannya.
"Lucu, lucu. Kucing lo tuh lucu!" ucap Maya sebal.
"Haha. Yaudah, gemes aja deh"
Maya menatap tajam Roney tanpa membalas ucapannya.
"Hehe" Roney nyengir memamerkan giginya yang rapi.
Maya terdiam.
"Kok cakep?"
Roney menjadi salah tingkah dengan diamnya Maya. Maya diam dengan mata tidak berkedip memandangi Roney.
"Ikut gue, yuk" Roney tidak sadar menarik lengannya Maya.
Maya memandangi tangannya Roney yang kini sedang menggenggam lengannya.
"Ayo! Kok diem?"
"Seriusan mau jalan kaki?"
"Iya. Terus?"
Maya melepaskan lengannya dari genggaman Roney dan memanyunkan bibirnya.
Roney mengerti.
"Deket sini kok. Ngga nyampe 15 menit"
Maya teringat sesuatu.
Kalau bukan untuk mempertahankan hidupnya agar tidak menjadi gelandangan. Maya tidak akan repot-repot berjalan bersama Roney dibawah panasnya matahari. Ditambah perutnya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Yaudah. Ayo!" ajak Maya semangat.
Gantian, kini Maya yang menarik tangan Roney."Gue masih pengen tidur dikasur"
Roney tersenyum dengan tingkahnya Maya yang menurutnya sangat lucu. Apalagi kini tangan Roney melekat dengan pas di genggaman tangan Maya.
Lagi-lagi Roney tersenyum memandangi Maya yang kini berjalan didepannya. Tangan mereka tidak lepas. Entah Maya sadar atau tidak. Roney tidak peduli.
"Salah. Belok kanan" pandu Roney.
Maya berhenti sejenak.
"Salah ya" gumam Maya tanpa menoleh.
Kemudian Maya berbelok kearah kanan.
🙎 Yang 🤵🏻 Apa?🙎 Sakit perut 😞🤵🏻 Haid?🙎 Heem 🤵🏻 Terus aku harus gmna?🙎 Beliin pembalut dong yang, ya ya 😙🤵🏻 OkeElang menutup layar ponselnya. Dia bergegas mengambil kunci dan menuju garasi rumahnya. Padahal, baru saja Elang merenggangkan tubuhnya di atas kasur setelah mengantarkan Roney dan kembali ke sekolah untuk mengambil tas mereka yang tertinggal.Mobil Elang sudah terparkir rapi di depan apotek. Namun, Elang bingung.Mau ditaruh dimana harga dirinya. Elang jelas malu. Diapotek itu kebanyakan pembeli wanita.Elang berdiam dimobil cukup lama. Menunggu apoteknya sepi dari pengunjung. Namun, sial. Pembeli di apotek
"May, bete banget gue" ucap Rere sambil mengeringkan rambutnya."Bete kenapa lu Re?" tanya Maya dengan suapan terakhir nasi goreng buatannya."Cowok gue udah gak perhatian lagi sama gue May. Kesel gue""Elonya gak usah manja""Ya gak lah! itu kan udah jadi kewajiban laki gue buat nurutin gue. Katanya dia cinta sama gue . Cih!""Emang laki lo babu lo? Asal lo tau ya, kalo elo juga beneran cinta sama dia, elo juga gak mungkin ngelakuin hal-hal konyol ke dia, yang mungkin laki lo rasa gak mampu"Rere terdiam."Coba lo pikir. Harusnya elo itu gak usah macem-macem. Masih untung laki lo bertahan sama elo. Masih cinta, masih sayang sama elo. Seandainya cowok lo tau kelakuan elo dibelakang dia,.." Maya tersenyum miring. Membayangkan hal-hal yang terjadi jika kekasihnya Rere mengetahui siapa Rere sebenarnya."Elo juga jarang quality time k
"Ngapa lu gak sekolah lagi?" tanya Roney sambil menyulut rokoknya dengan korek gas."Eh, monyet ni korek!" umpat Roney kesal karena apinya berkali-kali mati."Gue yang niup" ucap Elang tanpa dosa.Roney memicingkan matanya pada Elang tanpa berkata-kata.Dosa gak sih kalo gue cabik-cabik muka lo Lang?Sesekali semilir angin menerpa mereka. Rambut Roney yang menutupi keningnya terbelah menjadi dua. Sedangkan rambut Elang tetap anteng karena tersisir rapi dilapisi pomade.Rooftop adalah tempat favorit mereka berdua. Karena dibagian rumah Elang paling atas inilah mereka bisa menghirup angin kebebasan. Dingin yang menyentuh kulit seakan ketenangan yang menghangatkan hati mereka."Gimana kabar papa lo?"Roney mengedikkan bahunya."Masih sering nyari tante girang kali" jawab Roney tidak peduli.
Keringat dingin membasahi tubuh. Roney tidak bisa tidur, perasaannya cemas tidak menentu. Rasanya Roney ingin menyayati tangannya kemudian menghisap darah hasil sayatannya tersebut.Roney sudah tidak kuat. Jantungnya berdetak semakin cepat. Mengamuk bukanlah cara yang tepat.Roney butuh seseorang. Seseorang bisa menyemangatinya, bahwa Roney pantas untuk hidup.Pisau sudah berada di tangan kanannya. Roney menggenggam gagang pisau tersebut menahan semua nafsu dalam dirinya.Roney yang berada dibalik pintu tertutup hanya menelungkup frustasi."Gue pengen sembuh!" geram Roney.Roney mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ditengah sakau seperti itu, Roney mencoba mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang.May? Gue butuh elo Gue butuh eloRoney menyelonjorkan
Drrtttt...Maya membuka matanya malas. Ponselnya yang berada dinakas bergetar, membangunkan seluruh kesadaran Maya. Sebenarnya, Maya sudah bangun sejak beberapa menit yang lalu. Namun, Maya asyik bergelung dengan selimut tebal yang kini melilit ditubuhnya.2 pesan masuk From : Rere Mendut🙎 : Elo dimana May? From : Roney🤵 : Gue sekolah dulu 🤵: Jangan kangen gue okey 😚 Hehe ... Maya tersenyum geli membaca pesan dari Roney. Apalagi diakhir pesannya terdapat emoticon yang membuat telapak tangan Maya gemas sendiri. Gemas ingin menepuk bibir Roney jika hal itu dilakukan secara langsung oleh Roney.Dasar BerondongMaya menge
Maya kini sedang berada di kontrakannya. Tetapi, tidak sendiri.Ada Roney yang menemaninya. Lebih tepatnya Roney yang memaksa ikut menemani Maya."Pengen tau kontrakan elo" Roney beralibi.Maya tidak bisa melarang. Apalagi Roney berkata seperti itu disertai dengan senyuman polosnya. Maya jadi tidak tega. Walaupun rasa dongkol sedikit bersemayam di hatinya, Maya hanya bisa mengiyakan dan membiarkan Roney ikut bersamanya."Kontrakan lo kok kotor banget?" tanya Roney setelah masuk ke dalam kontrakan Maya.Roney kemudian duduk lesehan di kasur lantai yang terbentang di depan televisi. Seragam pramuka masih melekat ditubuhnya. Dua kancing baju bagian atas, Roney biarkan terbuka.GerahRoney kemudian mengambil remote TV yang tergeletak tak berdaya di sampingnya dan menyalakannya.Maya sudah tidak heran lagi dengan kondisi kontrakannya. Kul
"Elo mending pulang aja deh Ron" usir Maya dengan tidak halus."Males"Roney sedang berada dalam mode posisi wenak. Posisi tengkurap dengan bantal sebagai alas dadanya. Seragam sekolahnya sudah berganti menjadi kaos hitam bertuliskan "Pakboy". Sungguh, Roney memang up to date untuk ukuran remaja seumurannya. Sedangkan celananya tetap memakai celana coklat pramuka."Ini udah malem Ron, emang elo gak dicariin?""Gue udah gede. Udah 17 tahun""Gak nanya umur""Ngasih tau""Gak mau tau"Roney memandang kesal Maya yang berada disampingnya. Susah payah Roney mencari channel yang menayangkan drama korea. Berharap bisa menarik perhatian Maya. Namun, kini Maya sudah fokus dengan ponselnya.Kenapa bisa, barusan ngomel-ngomel sekarang jadi anteng begitu?"Gue mau malam mingguan sama elo"
*Tragedi di AlfaaprilLangkah Maya bersemangat saat Alfaapril berada didepan matanya. Tidak sampai 15 menit Maya menghabiskan waktunya untuk berjalan kaki.Maya tidak ingat bahwa dia hanya membawa uang duapuluh ribu. Matanya kini sudah berbinar memandangi cemilan kesukaannya. Tanpa pikir panjang Maya mengambil semua yang dia sukai. Hingga melupakan kopi yang dipesan Roney.Setelah dirasa belanjaannya cukup, Maya mengantri dikasir dengan senyuman puas.PembloboranDrrttt...Tangan Maya bergetar. Ada pesan masuk ke ponselnya.👨 Elo dimana? Maya membuka kontak yang mengirim chat padanya untuk melihat foto profilnya."Oh. Elang" batin Maya.Selagi menunggu antrian Maya membalas chat tersebut👩 Gue lagi diluar