"Angh! Pak, tolong pelan!" pinta Ziandra Askara dengan wajah memelas. "Tidak usah berlagak sok perawan, karena aku yakin kamu biasa melakukan ini! Kamu yang mendatangi aku dan setuju melayaniku demi uang. Dasar perempuan matre! Terus puaskan aku!" hina Aldric Hagar tanpa memperlambat entakan penuh agresif dirinya ke Ziandra. Ucapan Aldric Hagar sangat menyayat perasaan Ziandra Askara. Padahal dia nekat mendatangi pria itu bukan karena dia matre! Lalu, apa sebenarnya alasannya mengorbankan martabat sebagai wanita terhormat? ----> ikuti FB Shefira Alma untuk mengetahui info buku-bukuku ^^
View More"Hmh!" Ziandra mendenguskan napasnya, cukup jelas. "Anggap ini sebagai sikap baik saya pada putra Bos saya."Ziandra tidak ingin berdebat lebih lama. Jadi, dia hanya berjalan masuk ke hotel dengan Kenzo yang tetap membuntutinya.Mereka menaiki lift bersama dalam keheningan. Kenzo, tentu saja, sesekali mencuri pandang ke arahnya, senyum jahilnya masih bertahan di wajahnya."Kakak Cantik, kamu begitu cantik menawan. Bahkan kurasa kamu lebih cantik ketimbang para model yang kukenal." Kenzo masih sempat melontarkan rayuannya.Ziandra bertahan dalam diam dan tidak ingin menanggapi. Pemuda itu semakin tidak bisa dibungkam jika ditanggapi.Begitu lift sampai di lantai tempat Ziandra menginap, dia segera keluar dengan langkah cepat. Kenzo masih mengikutinya sampai mereka berhenti di depan pintu kamarnya.Ziandra menoleh dan menatap Kenzo dengan ekspresi tegas. "Terima kasih sudah mengantar, Tuan Muda. Sekarang, kembalilah ke kamar Anda."Kenz
Kenzo terkekeh. "Selalu kembali ke 'Tuan Muda' ya? Kamu tau, panggilan itu membuatku terdengar jauh lebih tua dari usiaku.""Tapi memang itu kenyataannya," balas Ziandra cepat."Bagaimana kalau aku menyuruhmu memanggil namaku?" tantang Kenzo.Ziandra mendengus pelan. "Saya tidak akan melakukannya.""Oh?" Kenzo mencondongkan tubuhnya sedikit, wajahnya hanya beberapa inci dari Ziandra. "Kalau aku terus menggodamu, akankah kamu akhirnya menyerah?"Ziandra menahan napas, tapi sebelum dia bisa menjawab, tiba-tiba terdengar suara lonceng kecil dari toko di dekat mereka yang menandakan ada pelanggan masuk.Momen itu buyar, dan Ziandra segera menarik tangannya sebelum Kenzo bisa menggodanya lebih jauh. Dia melangkah mundur dan menatap Kenzo dengan tatapan peringatan."Kalau Anda ingin berjalan-jalan, maka berjalanlah," ucap Ziandra, nadanya lebih tegas dari sebelumnya. "Jangan bermain-main dengan saya."Kenzo mengangkat kedua tangan de
‘Tidak! Aku tak boleh lengah!’ seru Ziandra dalam batin. 'Aku sudah cukup dipermainkan ayahnya, maka jangan sampai itu terjadi pula dengan anaknya.'Dengan satu tarikan halus, Ziandra berhasil melepaskan tangannya. Dia melirik Kenzo dengan tatapan peringatan. “Jangan begini, Tuan Muda.”Kenzo tertawa kecil, lalu mengangkat kedua tangan lagi. “Baiklah, baiklah. Aku akan bersikap manis.” Namun, matanya tetap penuh kilatan jahil yang berbahaya.Ziandra sadar, ini belum selesai. Malam masih panjang, dan Kenzo belum menunjukkan tanda-tanda akan menyerah.‘Pemuda ini… sama berbahayanya seperti ayahnya,’ bisik batin Ziandra.Ziandra menarik napas dalam, berusaha menetralisir sensasi aneh yang muncul akibat interaksi barusan.‘Tuan Muda Kenzo terlalu… mengganggu,’ batinnya.Dengan cara yang sulit dijelaskan, pemuda itu membuat udara terasa lebih panas meskipun angin malam bertiup sejuk.Mereka berjalan berdampingan di sepanjang trotoar kota yang dipenuhi lampu-lampu cantik, bayangan mereka me
Ziandra hampir memuntahkan minumannya. Menculik? Kenzo ini benar-benar blak-blakan!Aldric menatap putranya dengan tatapan tajam. "Ziandra masih dalam tugasku, Kenzo."Kenzo menahan tawa. "Santai, Pa. Aku tidak akan membawanya jauh. Hanya jalan-jalan sebentar, itu pun kalau dia mau. Bagaimana, Kakak Cantik?"Lalu, mata Kenzo beralih ke Ziandra, seakan menantangnya untuk menolak.Ziandra menelan ludah. Situasi ini benar-benar di luar dugaannya. Berada di antara dua pria Hagar yang sama-sama menekan dirinya dengan cara berbeda sungguh melelahkan.Tapi kalau dia menolak, bukankah itu akan semakin mencurigakan?Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya Ziandra menghela napas. "Baiklah, saya akan menemani Anda sebentar setelah ini."Kenzo langsung tersenyum cerah. "Bagus! Itu yang kuharapkan!"Aldric masih menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, tapi tidak mengatakan apa pun.Dan di dalam hatinya, Ziandra tahu—ini akan menj
Ziandra mencoba mengendalikan napasnya.Kemudian dia buru-buru melangkah. "Ayo kembali ke meja, Tuan Muda! Jangan membuat skenario aneh di kepala Anda."Kenzo hanya terkikik, membuntuti dia kembali ke meja mereka. Namun, sebelum benar-benar pergi, dia sempat melirik pintu tadi dengan tatapan penuh arti, karena yakin Aldric masih di dalam sana.Di dalam ruangan tadi, sudut bibir Aldric sedikit terangkat. Mana mungkin dia tidak mendengar percakapan Ziandra dan putranya?Dan Ziandra, di tengah kelegaan karena berhasil menghindari situasi berbahaya, tahu bahwa ini hanyalah awal dari pertarungan batinnya yang jauh lebih sulit.“Kakak Cantik, kenapa malah memanggilku Tuan Muda?” tanya Kenzo sambil berjalan menjajari Ziandra di koridor.Sambil melirik singkat ke pemuda blasteran di sampingnya, dia menjawab, “Karena Anda adalah putra dari pemimpin saya. Maka wajar kalau saya memanggil Tuan Muda pada Anda.”Kenzo terkekeh, menatap Ziandra deng
“P-Pak….”Ziandra menahan napas saat wajah Aldric semakin mendekat. Matanya melebar, jantungnya berdebar kencang, dan dalam sepersekian detik, dia menyadari sesuatu—dia tidak boleh membiarkan ini terjadi.Tidak peduli seberapa intens tatapan Aldric, seberapa dalam nada suaranya menyelubungi pikirannya, atau seberapa banyak emosinya berkecamuk di dalam hati—ini semua harus tetap berada dalam jalur yang telah mereka sepakati. Hanya sekadar perjanjian.“Pak Aldric, jangan,” bisiknya buru-buru, tangannya reflek terangkat, menahan dadanya agar tidak semakin mendekat.Aldric terhenti sejenak, alisnya berkerut, tetapi tatapannya tetap terkunci pada Ziandra.Dia bisa merasakan hangatnya napas pria itu begitu dekat, membuat udara di ruangan terasa semakin tipis.“Kenapa?” suara Aldric terdengar lebih dalam, hampir seperti bisikan yang menggetarkan.Ziandra menggigit bibirnya, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menjauh. “Karena… kita tidak seharusnya melakukan ini. Saya hanya asisten Anda… dan
Ziandra merasa seperti berada di tengah badai yang tidak diprediksi. Penjelasan Kenzo tentang hubungan Aldric dan Aurelind membuat pikirannya kalut. Dia mencoba menenangkan diri, tetapi suasana di meja makan ini terlalu penuh ketegangan.“Papa selalu begitu,” Kenzo terkekeh, tetapi ada nada sarkastik dalam tawanya. “Menggunakan saham dan bisnis sebagai alat untuk mengontrol orang lain. Memangnya aku peduli dengan saham perusahaanmu, Pa?”Mata Aldric menyipit, bibirnya menipis seolah menahan diri untuk tidak beradu argumen dengan putranya sendiri.Sementara itu, Aurelind hanya menyilangkan tangan di dadanya, tampak tidak terpengaruh.Ziandra menelan ludah. Rasanya seperti duduk di antara sekelompok harimau yang siap menerkam satu sama lain.“Kalau tidak peduli, jangan datang menemuiku,” jawab Aldric dingin.“Aku tidak datang untukmu, Pa. Aku datang karena ingin bertemu Kakak Asisten Cantik.” Kenzo berbalik menatap Ziandra dengan senyum lebar yang membuatnya semakin gugup.Ziandra terse
“Pa-Papa?” Ziandra menoleh dengan ekspresi kaget ke Aldric. “Mama?” Kali ini dia menoleh ke Aurelind.Sama sekali tak ada gambaran di kepalanya mengenai Kenzo yang merupakan anak dari Aldric dan wanita dingin yang mengantar Aldric ke kamarnya saat itu.‘Tunggu! Lalu… apa itu artinya mereka menikah?’ duga Ziandra di hatinya.Mendadak saja hatinya berdenyut tak nyaman ketika memikirkan itu. Saliva ditelan bagaikan dia sedang menelan pasir.‘Pak Aldric sudah menikah? Kalau benar begitu… untuk apa dia dan aku….’ Kalimatnya menggantung di benak.Dia masih belum bisa memahami alasan Aldric membuat perjanjian yang sangat keterlaluan itu. Perjanjian yang mengorbankan moralitas dan martabatnya.“Hubungan kami tidak seperti yang kamu bayangkan, Zia.” Tiba-tiba keluar pernyataan tersebut dari Aldric.Hati Ziandra melonjak terkejut.‘Pernyataan macam apa itu? Lagipula, untuk apa Pak Bos repot-repot menjelaskannya? Apakah hubungan mereka tidak baik-baik saja?’ Batinnya merutuki ucapan Aldric yang
“Maaf?” Ziandra menoleh ke samping.Lelaki yang duduk di sebelahnya memiliki wajah tampan yang dia yakini merupakan perpaduan beberapa ras.‘Wajah orang ini… kenapa mengingatkan aku akan seseorang, yah? Tapi siapa? Duh! Pokoknya dia itu mirip seseorang!’ batin Ziandra.“Kenalkan, aku Kenzo.” Lelaki itu mengulurkan tangannya. “Kamu siapa?”Ziandra tak punya pilihan lain selain menyambut tangan Kenzo. “Saya Ziandra. Apakah Anda orang Teranesia?”Ini yang sejak awal ingin ditanyakan olehnya. Itu karena dia merasa Kenzo memiliki kaitan dengan Teranesia meski fitur wajahnya terlihat sangat bule.“Hm, mungkin!” Kenzo mengangkat bahu dengan cepat sambil tersenyum singkat. “Aku berumur 22 tahun. Aku memang baru saja lulus kuliah, tapi kedua orang tuaku bermaksud ingin mengajariku cara berbisnis.”Betapa orang yang blak-blakan, pikir Ziandra.‘Oh, anak orang kaya. Enak sekali punya orang tua yang sudah siap menampungmu dalam bisnis mereka, yah!’ Ziandra membatin.Meski begitu, dia tak bisa ter
"Anak saya mengidap leukemia, Dok? Kok bisa?"Ziandra Askara nyaris pingsan saat dokter spesialis anak memberitahu penyakit Clara, anaknya yang masih berusia 5 tahun. Dia sedang berada di dalam ruang dokter anak rumah sakit Mayapada.Dokter menjelaskan. "Berdasarkan hasil pemeriksaan, Clara mengidap Acute Lymphoblastic Leukemia atau ALL. Yaitu jenis leukemia akut yang biasa terjadi pada anak-anak."Di tangan Ziandra, terdapat dua kertas. Yaitu hasil pemeriksaan medis dari dokter Ilham dan satu lagi tagihan biaya rumah sakit Clara dari kasir. Dia mengerutkan kening saat membaca keduanya.Ziandra menatap dokter yang menangani anaknya. "Lalu, kenapa dia bisa pingsan, Dok?"Saat hendak pergi bekerja tadi, Clara jatuh pingsan. Dia panik dan membawanya ke rumah sakit dibantu ibu dan adiknya. Sedangkan Dionーsuaminya, tidak peduli.Dion kecanduan judi online selama satu tahun belakangan ini. Utang pinjaman online Dion menggunung. Tidak terasa, Ziandra mulai menangis. Hatinya benar-benar hancu...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments