Share

7. Maaf, Tidak Bisa!

Penulis: Caramelodrama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 11:02:39

“Ah! Iya, Dokter!” Ziandra menoleh cepat sambil menghapus air matanya.

Dengan patuh, dia pergi mengikuti dokter ke ruangannya. Jantungnya berdebar kencang, menanti apa yang akan dikatakan oleh dokter. Hatinya tak surut memanjatkan doa terbaik untuk sang anak.

Dia tak tahu, bahwa di tempat lain, ada yang mengerutkan kening usai termangu memandang handphone yang sudah terputus koneksinya.

Ziandra tidak tahu ada yang bergegas memanggil anak buahnya untuk melakukan sesuatu.

_ _ _

‘Ya ampun … lega!’ Ziandra akhirnya bisa melepaskan sejenak semua kekhawatirannya akan Clara.

Dokter sudah memastikan bahwa Clara stabil dan akan baik-baik saja. Apabila sampai besok sore kondisi Clara terus menunjukkan level stabil, Clara harus dipindahkan ke bangsal khusus.

Teringat ketika dokter menjelaskan hal ini padanya, “Bu Pradipta, karena kondisi Clara sudah lebih baik dan infeksinya sudah berhasil kami atasi, maka sebaiknya Clara dipindah ke bangsal Hematologi setelah nanti mulai stabil dan bangun, sambil terus kami pantau. Semoga Clara tidak perlu kemoterapi dan bisa lekas sembuh.” Dokter mengucapkannya dengan nada lembut dan ramah.

Tadi Ziandra mengangguk saja sebagai respon.

Sungguh akan merupakan sebuah keajaiban apabila putrinya tidak perlu menjalani kemoterapi. Yang dia dengar, proses kemoterapi sangat menyakitkan. Mana mungkin dia ingin putrinya menderita?

“Sayangku Rara … bangun dan cepat sembuh, yah! Bunda kangen kamu.” Dia ambil tangan mungil putrinya dan menangis dengan suara lirih di sana.

Hari berganti. Ziandra berdebar-debar mengenai kestabilan kondisi putrinya.

Tibalah harapan sesuai dengan salah satu yang dia mohonkan di banyak doanya. Yaitu putrinya membuka mata di siang harinya.

“Rara sayang!” Betapa gembiranya Ziandra ketika menyaksikan buah hati tercinta akhirnya tersadar. Air mata bahagia sampai terkumpul di pelupuk.

Clara langsung merengek begitu melihat ibunya. Dengan hati-hati, Ziandra menggendong si kecil agar tenang. Rasanya seperti surga ketika dia bisa memeluk buah hatinya lagi.

Kondisi Clara ternyata stabil. Maka petang itu, Clara dipindah ke bangsal Hematologi yang memiliki 10 tempat tidur. Ada 3 anak yang sudah ada di sana dengan berbagai penyakit kelainan darah masing-masing.

“Wah, udah ada temannya, tuh Rara.” Ziandra menghibur putrinya, berharap Clara lebih bersabar demi kesembuhan.

Si kecil hanya tersenyum masam. Clara sedikit kurang pandai bergaul dan terkesan introvert. Di lingkungan tetangga pun, dia dikenal sebagai anak pemalu.

Di malam pertama Clara berada di bangsal Hematologi, bocah itu tak mau lepas dari sisi Ziandra.  Padahal masih ada Susan di sana bersama Namila.

“Bocah ini,” ujar Namila pada keponakannya. “Makanya jangan sakit, makan yang banyak biar sehat. Kalau sakit, semua orang jadi susah, kan?”

Ziandra menahan kekesalan atas ucapan sang adik. Bisa-bisanya ini disalahkan ke Clara?!

Namun, Susan lebih dulu menepuk keras lengan putri bungsunya. “Mila! Tak baik bicara begitu ke Rara!”

Namila hanya bisa cemberut karena ditatap tajam oleh kakaknya. Kalau Ziandra marah, bisa-bisa jatah uang bulanan untuknya akan sirna.

“Mungkin Rara memang sedang manja-manjanya ke kamu, Zia. Biasanya kan dia cuma bertemu kamu di malam hari sebelum tidur karena kamu kerja. Nah, sekarang dia menginginkan waktumu lebih banyak lagi.” Susan berkata.

Ziandra mengangguk. Mungkin benar seperti yang dikatakan ibunya. Anaknya tak mau ditinggal olehnya. Bahkan dia kesulitan jika ingin buang air kecil.

“Tak mau! Jangan pergi! Bunda jangan pergi!” Clara merengek dan berlanjut ke tangisan pelan.

Mau tak mau, Ziandra harus berjuang menahan keinginannya berkemih sampai Clara tertidur.

Bahkan, saat putrinya tidur, dia juga menggunakan kesempatan itu untuk membayar sejumlah biaya rumah sakit menggunakan uang dari Aldric.

“Zia, kamu jangan pergi-pergi dulu dari Clara,” pesan Susan sebelum pulang. “Dia pastinya masih merasa asing dengan bangsal barunya dan butuh pendampingan kamu terus.”

“Iya, Ma, aku mengerti.” Ziandra mengangguk.

Setelah ibu dan adiknya pulang, dia kembali ke bangsal anaknya dan duduk di kursi penunggu pasien, seperti yang lainnya di sana.

Baru saja dia hendak berkenalan dengan penunggu pasien lainnya, sudah ada telepon masuk dari Aldric. Dia lekas menyingkir ke sudut sepi.

“Besok ikut aku ke luar negeri!” Aldric memberi perintah absolut, seperti biasa.

Dengan mengetatkan gerahamnya, dia menjawab, “Maaf, Pak, tidak bisa!”

Bab terkait

  • Gairah Liar Presdir Posesif   8. Hendak Dibawa Paksa

    “Kamu berani menolak?” Ada suara geraman rendah saat Aldric mengucapkan itu.Mendadak, nyali Ziandra menciut. Langsung saja dia khawatir mengenai uang untuk biaya Qiana.‘Duh! Harusnya aku tidak langsung menolak! Kalau dia marah, lalu tak mau memberi uang lagi, aku harus cari uang di mana? Tak mungkin aku nekat merayu pria lain lagi. Akan jadi apa aku nanti kalau pakai cara itu terus?’ Dia panik.Sambil menggenggam erat ponselnya, Ziandra melembutkan suaranya untuk bicara ke Aldric, “Maaf, Pak, bukan maksud saya menolak perintah Bapak, tapi … luar negeri terlalu jauh dan pasti butuh waktu cukup lama untuk meninggalkan rumah.”Dia berharap, Aldric bisa mengerti posisinya sebagai wanita bersuami.Kemudian, ada tawa di seberang sambungan, tawa sumbang Aldric. “Hahaha! Kamu merasa tak enak pada suami kamu, begitu? Rupanya kamu masih punya cinta ke dia, yah? Cih! Cinta, tapi tubuhmu kamu jajakan ke pria lain sepertiku. Wah, wah, uang memang membutakan kamu, yah!”Geraham Ziandra terkatup e

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Gairah Liar Presdir Posesif   9. Gelap, Indah, dan Berbahaya

    ‘Gawat! Bagaimana kalau aku sampai diangkut paksa dan dibawa ke luar negeri? Rara! Aku tak bisa pergi! Rara butuh aku! Rara menungguku!’ Batin Ziandra terus berteriak.Selain itu, dia berusaha memberontak dari cengkeraman Aldric, hingga akhirnya terhempas di lantai. Isakan tangis tak tertahankan. Dia tak mau dibawa paksa sejauh itu dari putrinya!Aldric pun melepaskan genggaman tangan kokohnya pada lengan ramping Ziandra dan menatap wanita yang sedang terisak sembari duduk tak berdaya di lantai.“Pak … hiks! Saya mohon jangan paksa saya begini … saya mohon, Pak!” Ziandra tetap mengiba tanpa berani menatap sang Bos.Dengan kepala tertunduk, dia melihat kedua kaki Aldric mendekat ke dirinya. Setelah itu, dagunya dicengkeram dan diangkat sehingga mau tak mau, mereka saling bertemu tatap.“Kamu membantahku, Ziandra. Padahal kamu sudah sangat jelas dengan setiap butir pasal di perjanjian kita, perjanjian yang sudah kamu tanda tangani.” Suara rendah dan berat milik Aldric semakin terasa men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Gairah Liar Presdir Posesif   10. 'Diskusi' Pagi Bersama Bos

    “Mas Dion sebenarnya ke mana, sih?” heran Ziandra.Akhirnya dia terpaksa menelepon Susan.“Ma, Mas Dion ada di rumah?” tanyanya.“Enggak, Zia. Dia pergi dari kemarin. Katanya ada kerjaan bersama temannya di luar kota.” Susan menyahut. “Ini juga Mila pergi dari kemarin, katanya diajak temennya cari baju untuk dagangan di kota Ebon.”Susan menyebutkan nama kota industri, 270 km ke timur dari kota Sangria.Ziandra menghela napas. Pasti besok dia harus menggunakan ojek untuk ke kantor.“Padahal aku harus ambil pakaian kerjaku untuk besok. Hgh! Mas Dion egois!” rutuknya pelan.Terpaksa dia pulang sebentar menggunakan angkot yang lebih murah untuk mengambil pakaian kerjanya.“Apa tak apa kalau Rara kamu tinggal begini, Zia?” tanya Susan ketika melihat kedatangan putri sulungnya di rumah.“Ini aku buru-buru, kok Ma.” Dia bergegas mengemasi pakaian untuk Senin besok, memasukkannya serapi mungkin ke tas travel yang agak besar dan segera kembali ke rumah sakit usai mencium tangan Susan.Untung

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Gairah Liar Presdir Posesif   11. Hukuman Pertama Untuknya

    “Itu … silakan Pak Binar bicara dengan Pak Aldric. Saya permisi.” Ziandra bergegas melarikan diri dari ruangan itu.Dia begitu gugup ketika ditatap Binar yang memicingkan mata dengan curiga saat mempertanyakan hal tadi.‘Semoga saja bajuku sudah rapi, tak ada kancing yang meleset!’ Ziandra sambil melihat blusnya, berharap tak ada satu pun hal mencurigakan di sana, seperti … bau Aldric?Hari ini terasa sangat panjang bagi Ziandra yang sedang menanti waktu pulang kerja agar bisa secepatnya bertemu dengan Clara.Ketika sore tiba, semangat padam Ziandra mulai bangkit. Matanya berbinar, membayangkan Clara akan tersenyum kalau dia membawakan roti krim kesukaan bocah itu.Sayangnya ….“Ikut aku menemui salah satu klien. Aku sudah menyiapkan gaun untukmu. Kamu hanya perlu ikut aku sekarang juga dan bisa pulang jam 11 nanti.” Aldric langsung saja menjatuhkan bom padanya.Aldric dan kemauannya selalu saja mengagetkan Ziandra meski dia sudah belajar untuk terbiasa dengan sikap bossy dan berbeda

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Gairah Liar Presdir Posesif   12. Barang Bagus

    ‘O-orang ini gila! Dia maniak sialan! Maniak cabul!’ Ziandra terus mengumpat dan memaki Aldric di benak.Hukuman macam apa pula itu?!“Berani kamu menolak hukuman itu, aku bisa menambah durasi masa pelayananmu sebanyak 60 kali lagi,” imbuh Aldric sambil berbalik badan menghadap Ziandra.Betapa geramnya Ziandra mendengar kesewenang-wenangan si Bos. Apakah semua Bos sebrengsek dia? Citra positif dan bagaikan malaikat tak bersayap? Omong kosong!“Kamu harus ingat di salah satu pasal perjanjian kita, ada tertulis bahwa hukuman harus dilaksanakan oleh pihak kedua, yaitu kamu. Dan kalau kamu tidak melaksanakannya, maka kamu akan dibebani 60 kali pelayanan padaku atau keluargamu mengetahui perjanjian kita.” Aldric menaikkan dagu sambil mengucapkannya.Hrrgh! Ingin sekali Ziandra mencakar-cakar muka arogan Aldric yang menampilkan kesombongan sebagai penguasa yang selalu menang.Ziandra menarik napas dalam-dalam, berusaha memperluas lautan kesabarannya. Kemudian berkata, “Bapak, Anda meminta s

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Gairah Liar Presdir Posesif   13. Dipergoki Saat Ber-selfie Tak Senonoh

    “Ah!” Ziandra ikut memekik akibat kaget.Tidak disangka, ada perawat masuk ke kamar mandi.“Wah, maaf, Ibu. Saya tidak tahu kalau di dalam ada orang, karena tidak ada suara air.” Perawat itu memberikan alasan masuk akal.Untung saja itu perawat perempuan, tapi tetap saja Ziandra merasa sangat malu!“Ini … saya ….” Ziandra gelagapan menjawab.“Oh, Ibu sedang memeriksa payudara sendiri, kah?” tanya si perawat.Mendadak, Ziandra termangu mendengar ucapan perawat itu. Memeriksa payudara sendiri? Oh!“Ah, be-benar! Benar, Sus.” Ziandra lebih baik ikuti saja jawaban yang diberikan perawat itu.Perawat itu mendekat sembari Ziandra menutupi dadanya dengan handuk.“Kita sebagai wanita memang harus selalu aware dengan tubuh kita sendiri, Ibu. Salah satunya memang dengan perawatan payudara agar bisa lekas ditangani apabila ada keanehan yang tidak lazim di sana.” Perawat itu tersenyum.Sehingga, Ziandra ikut tersenyum.“Kalau Ibu membutuhkan pemeriksaan mammogram, Ibu bisa segera menjadwalkannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Gairah Liar Presdir Posesif   14. Ala Foto KTP?

    ‘Fo-foto KTP!’ Benak Ziandra berteriak mengulang ucapan si Bos maniak.Ziandra melongo, tak tahu harus menjawab apa. Dia memotret dirinya seperti itu saja sudah merupakan beban tersendiri baginya. Dan sekarang si Bos masih protes mengenai gaya?‘Tidak bisakah dia memahami sedikit saja mengenai kegugupanku, karena itu bukan hal yang biasa aku lakukan!’ Ingin dia menjerit keras-keras.Dia kesal. Bukannya berterima kasih, Aldric malah sibuk meributkan mengenai gaya dan pose.‘Kalau ingin yang pintar bergaya, cari saja foto model terkenal, sana!’ jerit Ziandra dalam hati, penuh kekesalan.“Zia, apakah kamu ingin mendapatkan hukuman tambahan?” ancam Aldric.Pria ini! Geram sekali Ziandra. Beruntung saja Aldric adalah bosnya, atau dia sudah melayangkan tinjunya ke wajah pria itu jika bertemu.Sambil menahan kegeraman di hatinya, Ziandra menyahut dengan nada rendah penuh penekanan, “Bapak, maaf kalau foto saya mirip foto KTP, tapi itu dikarenakan saya melakukannya dengan kegugupan luar bias

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Gairah Liar Presdir Posesif   15. Bagaimana Remasanku Tadi?

    “Kenapa, Zia?” tanya beberapa rekan kerjanya yang berdiri di dekatnya.Ziandra seketika gugup. Tentunya dia tak mungkin mengungkapkan k semua orang bahwa pantatnya baru saja diremas seseorang di belakangnya, dan dia 1000 persen yakin oknumnya adalah Aldric.“I-itu tadi… tadi…” Ziandra gelagapan, tidak menemukan kalimat alasan yang tepat.Kemampuan barunya, berdusta mencari alasan, mendadak saja tidak berfungsi.“Tadi kaki Zia tak sengaja menginjak ujung sepatuku. Makanya dia kaget.” Tiba-tiba, Aldric yang ada di belakangnya, berbicara.Dengan cepat, perhatian semua orang di lift tertuju ke Ziandra, seakan dia adalah pelaku kriminal paling berdosa di muka bumi ini.Ziandra terkejut. Dia tak tahu, apakah ucapan dari bosnya itu hendak menyelamatkannya atau justru ingin dia dimusuhi karyawan lainnya karena Aldric merupakan sosok yang sangat dipuja dan dipuji sebagian besar karyawan?‘Dasar Bos maniak cabul!’ maki Ziandra dalam hati. ‘Mencarikan alasan untukku sih memang baik, tapi tak per

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Gairah Liar Presdir Posesif   41. Berduaan dengan Tuan Muda

    Ziandra hampir memuntahkan minumannya. Menculik? Kenzo ini benar-benar blak-blakan!Aldric menatap putranya dengan tatapan tajam. "Ziandra masih dalam tugasku, Kenzo."Kenzo menahan tawa. "Santai, Pa. Aku tidak akan membawanya jauh. Hanya jalan-jalan sebentar, itu pun kalau dia mau. Bagaimana, Kakak Cantik?"Lalu, mata Kenzo beralih ke Ziandra, seakan menantangnya untuk menolak.Ziandra menelan ludah. Situasi ini benar-benar di luar dugaannya. Berada di antara dua pria Hagar yang sama-sama menekan dirinya dengan cara berbeda sungguh melelahkan.Tapi kalau dia menolak, bukankah itu akan semakin mencurigakan?Setelah beberapa detik berpikir, akhirnya Ziandra menghela napas. "Baiklah, saya akan menemani Anda sebentar setelah ini."Kenzo langsung tersenyum cerah. "Bagus! Itu yang kuharapkan!"Aldric masih menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak, tapi tidak mengatakan apa pun.Dan di dalam hatinya, Ziandra tahu—ini akan menj

  • Gairah Liar Presdir Posesif   40. Godaan yang Kian Memanas

    Ziandra mencoba mengendalikan napasnya.Kemudian dia buru-buru melangkah. "Ayo kembali ke meja, Tuan Muda! Jangan membuat skenario aneh di kepala Anda."Kenzo hanya terkikik, membuntuti dia kembali ke meja mereka. Namun, sebelum benar-benar pergi, dia sempat melirik pintu tadi dengan tatapan penuh arti, karena yakin Aldric masih di dalam sana.Di dalam ruangan tadi, sudut bibir Aldric sedikit terangkat. Mana mungkin dia tidak mendengar percakapan Ziandra dan putranya?Dan Ziandra, di tengah kelegaan karena berhasil menghindari situasi berbahaya, tahu bahwa ini hanyalah awal dari pertarungan batinnya yang jauh lebih sulit.“Kakak Cantik, kenapa malah memanggilku Tuan Muda?” tanya Kenzo sambil berjalan menjajari Ziandra di koridor.Sambil melirik singkat ke pemuda blasteran di sampingnya, dia menjawab, “Karena Anda adalah putra dari pemimpin saya. Maka wajar kalau saya memanggil Tuan Muda pada Anda.”Kenzo terkekeh, menatap Ziandra deng

  • Gairah Liar Presdir Posesif   39. Terselamatkan oleh Kenzo?

    “P-Pak….”Ziandra menahan napas saat wajah Aldric semakin mendekat. Matanya melebar, jantungnya berdebar kencang, dan dalam sepersekian detik, dia menyadari sesuatu—dia tidak boleh membiarkan ini terjadi.Tidak peduli seberapa intens tatapan Aldric, seberapa dalam nada suaranya menyelubungi pikirannya, atau seberapa banyak emosinya berkecamuk di dalam hati—ini semua harus tetap berada dalam jalur yang telah mereka sepakati. Hanya sekadar perjanjian.“Pak Aldric, jangan,” bisiknya buru-buru, tangannya reflek terangkat, menahan dadanya agar tidak semakin mendekat.Aldric terhenti sejenak, alisnya berkerut, tetapi tatapannya tetap terkunci pada Ziandra.Dia bisa merasakan hangatnya napas pria itu begitu dekat, membuat udara di ruangan terasa semakin tipis.“Kenapa?” suara Aldric terdengar lebih dalam, hampir seperti bisikan yang menggetarkan.Ziandra menggigit bibirnya, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk menjauh. “Karena… kita tidak seharusnya melakukan ini. Saya hanya asisten Anda… dan

  • Gairah Liar Presdir Posesif   38. Tentang Hubungan Kita

    Ziandra merasa seperti berada di tengah badai yang tidak diprediksi. Penjelasan Kenzo tentang hubungan Aldric dan Aurelind membuat pikirannya kalut. Dia mencoba menenangkan diri, tetapi suasana di meja makan ini terlalu penuh ketegangan.“Papa selalu begitu,” Kenzo terkekeh, tetapi ada nada sarkastik dalam tawanya. “Menggunakan saham dan bisnis sebagai alat untuk mengontrol orang lain. Memangnya aku peduli dengan saham perusahaanmu, Pa?”Mata Aldric menyipit, bibirnya menipis seolah menahan diri untuk tidak beradu argumen dengan putranya sendiri.Sementara itu, Aurelind hanya menyilangkan tangan di dadanya, tampak tidak terpengaruh.Ziandra menelan ludah. Rasanya seperti duduk di antara sekelompok harimau yang siap menerkam satu sama lain.“Kalau tidak peduli, jangan datang menemuiku,” jawab Aldric dingin.“Aku tidak datang untukmu, Pa. Aku datang karena ingin bertemu Kakak Asisten Cantik.” Kenzo berbalik menatap Ziandra dengan senyum lebar yang membuatnya semakin gugup.Ziandra terse

  • Gairah Liar Presdir Posesif   37. Di Luar Perkiraan

    “Pa-Papa?” Ziandra menoleh dengan ekspresi kaget ke Aldric. “Mama?” Kali ini dia menoleh ke Aurelind.Sama sekali tak ada gambaran di kepalanya mengenai Kenzo yang merupakan anak dari Aldric dan wanita dingin yang mengantar Aldric ke kamarnya saat itu.‘Tunggu! Lalu… apa itu artinya mereka menikah?’ duga Ziandra di hatinya.Mendadak saja hatinya berdenyut tak nyaman ketika memikirkan itu. Saliva ditelan bagaikan dia sedang menelan pasir.‘Pak Aldric sudah menikah? Kalau benar begitu… untuk apa dia dan aku….’ Kalimatnya menggantung di benak.Dia masih belum bisa memahami alasan Aldric membuat perjanjian yang sangat keterlaluan itu. Perjanjian yang mengorbankan moralitas dan martabatnya.“Hubungan kami tidak seperti yang kamu bayangkan, Zia.” Tiba-tiba keluar pernyataan tersebut dari Aldric.Hati Ziandra melonjak terkejut.‘Pernyataan macam apa itu? Lagipula, untuk apa Pak Bos repot-repot menjelaskannya? Apakah hubungan mereka tidak baik-baik saja?’ Batinnya merutuki ucapan Aldric yang

  • Gairah Liar Presdir Posesif   36. Kenalan Baru Bernama Kenzo

    “Maaf?” Ziandra menoleh ke samping.Lelaki yang duduk di sebelahnya memiliki wajah tampan yang dia yakini merupakan perpaduan beberapa ras.‘Wajah orang ini… kenapa mengingatkan aku akan seseorang, yah? Tapi siapa? Duh! Pokoknya dia itu mirip seseorang!’ batin Ziandra.“Kenalkan, aku Kenzo.” Lelaki itu mengulurkan tangannya. “Kamu siapa?”Ziandra tak punya pilihan lain selain menyambut tangan Kenzo. “Saya Ziandra. Apakah Anda orang Teranesia?”Ini yang sejak awal ingin ditanyakan olehnya. Itu karena dia merasa Kenzo memiliki kaitan dengan Teranesia meski fitur wajahnya terlihat sangat bule.“Hm, mungkin!” Kenzo mengangkat bahu dengan cepat sambil tersenyum singkat. “Aku berumur 22 tahun. Aku memang baru saja lulus kuliah, tapi kedua orang tuaku bermaksud ingin mengajariku cara berbisnis.”Betapa orang yang blak-blakan, pikir Ziandra.‘Oh, anak orang kaya. Enak sekali punya orang tua yang sudah siap menampungmu dalam bisnis mereka, yah!’ Ziandra membatin.Meski begitu, dia tak bisa ter

  • Gairah Liar Presdir Posesif   35. Mandi Bersama?

    Ziandra membeku bingung. “Eh? Bantu mandi—““Sshhh! Cepat!” Aldric tak sabar.Mendapati tangannya ditarik dan dibawa ke kamar mandi, Ziandra hanya bisa pasrah menerima nasib yang akan didapatkan nantinya di ruangan lembab tersebut.“Gosokkan punggungku!” perintah Aldric setelah mereka berdiri bersama di bawah shower.Tak berdaya atas perintah absolut Aldric, Ziandra mengambil sabun cair tak jauh darinya dan mulai melakukan yang diperintahkan sang Bos.Sementara itu, Aldric berdiri seraya kedua tangan menopang di dinding tak jauh darinya. Lelaki itu diam dan membiarkan air mengucur di kepalanya dan kemudian turun ke tubuh.‘Ya ampun! Baru kali ini aku mandi dengan laki-laki! Bahkan Mas Dion saja belum pernah mandi bersamaku selama kehidupan rumah tangga kami.’ Ziandra membatin.Tangan lentiknya terus bergerak di tubuh atas Aldric. Dia sudah ikut basah terkena cipratan air shower.“Ini juga!” Aldric berputar menghadap ke arahnya.Mata Ziandra melirik sesuatu yang secara tak sadar mengam

  • Gairah Liar Presdir Posesif   34. Pura-Pura

    Ziandra merangkak perlahan untuk turun dari tempat tidur. Dia sambil merutuki sang Bos yang berlaku sewenang-wenang.Ketika membasuh diri di dalam kamar mandi, dia teringat kejadian yang terjadi 2 jam silam.“Pak? Bukannya Bapak mabuk—arh!” tanya Ziandra saat itu.Dia terkejut ketika melihat sikap stabil bosnya saat melucuti bajunya disertai senyum tipis. Ke mana mata mabuk dan berdiri sempoyongan yang tadi?“Pffhh! Mabuk, yah?” Aldric justru menyahut diiringi tawa kekehannya.Jangan lupakan senyum seringaiannya yang biasa diperlihatkan apabila berhasil memperdayai Ziandra.Dari sana, akhirnya Ziandra mengerti bahwa si Bos hanya berpura-pura mabuk. Tapi, untuk apa?!Dan setelah itu, dia mengalami yang biasa dia alami jika berdua saja dengan Aldric.Dia harus menerima semua hasrat Aldric yang diluapkan padanya. Lelaki itu begitu bersemangat memberikan penjajahan seksual padanya.Namun… entah kenapa, Ziandra mulai terbiasa.‘Yang lebih tololnya lagi… aku sekarang kerap mendesah atau mer

  • Gairah Liar Presdir Posesif   33. Mabuk

    “Ya, sebentar!” seru Ziandra ketika hendak membukakan pintu.Pada akhirnya dia tersadar, bahwa ini dia di hotel bintang 5, bukan di rumahnya sendiri.‘Dih! Untuk apa juga aku menyahut seperti tadi?’ sesalnya sambil membukakan pintu. ‘Rasanya aku seperti orang dusun yang gagap dengan kota saja, duh!’Namun, alangkah terkejutnya dia ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintunya.“Pak Aldric?” Ziandra terkejut mendapati Aldric dalam kondisi mabuk, wajahnya memerah.Namun, dia lebih terkejut dengan adanya wanita yang membawa Aldric.“Anda….” Ziandra menoleh ke wanita yang memegangi Aldric yang kurang stabil berdiri.“Aku Aurelind.” Wanita itu menyebutkan namanya.Mata Ziandra segera meneliti wanita itu.Aurelind wanita yang cantik, tapi wajahnya terkesan dingin dan sepertinya kurang mudah didekati untuk dijadikan teman. Tinggi semampai dengan lekuk tubuh indah yang pasti didambakan wanita lain dan diminati lawan jenis yang normal.“Aldric bersikeras ke kamarnya, tapi rupanya ini buk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status