"Maya!! Kenapa elo gak bangunin gue?!" teriak Elang sambil menuruni tangga.
Maya yang sedang memberi makan si Dory di ruang tamu, tidak mengindahkan teriakan Elang. Maya tidak peduli.
Si Dory didalam akuarium beserta satu kawannya ataupun istrinya yang Maya tidak tahu jenis kelaminnya, membuka mulutnya lebar-lebar menerima umpan pakan dari Maya. Sangat menarik bagi Maya.
"Biasanya juga berangkat jam 10" omel Maya saat Elang sudah duduk disofa untuk memasang tali sepatunya yang sudah dicuci Maya.
"Gue mau jalan dulu sama pacar gue" balas Elang.
Tangannya bergerak cepat memasangkan tali sepatu yang sebelah kiri. Elang sangat tergesa-gesa sehingga tali sepatu yang ia pasangkan panjang sebelah.
"Bantuin gue May!" teriak Elang.
"Sialan! Lagi buru-buru juga" kesal Elang sambil membenarkan tali sepatunya.
Maya meletakkan pakan ikan yang ber
Elang menyandarkan punggungnya di mobil mewah miliknya. Elang sedang menunggu seseorang. Setelah mengantarkan Roney ke sekolah, Elang langsung pergi lagi tanpa menginjakkan kaki ke sekolah. Elang putar balik untuk menjemput Rere.Kemauan Rere selalu dituruti Elang. Seperti sekarang, Elang rela menjemput Rere di hotel mewah Arrabella. Padahal, dari sekolahnya menempuh waktu sekitar satu jam ditambah macetnya.Elang melirik arlojinya. Hari sudah akan hampir habis setengahnya. Dari cahaya matahari pun sangat terasa sedikit menyengat.Sedikit kesal menunggu Rere yang tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Elang melepas kacamatanya. Matanya menyipit untuk melihat wanita yang keluar dari arah pintu hotel. Apakah itu wanitanya atau bukan.Sudah banyak segerombolan wanita dan ibu-ibu sosialita yang lewat sambil mencuri pandang pada Elang. Bahkan, ada yang menampakkan wajah bingung sambil terus memandangi Elang.
Keringat Maya mengucur dari dahi hingga ke lehernya. Jantungnya berdegup ketakutan. Maya berjalan mundur saat kasir yang dulu menggoda Maya terus melangkahkan kakinya mendekati Maya.Pria itu tidak berhenti menjilat bibirnya dengan sensual. Tangan kanannya menyugar rambutnya yang basah terkena air hujan. Matanya menyorot nakal memandangi dada Maya yang tercetak karena bajunya yang basah. Namun, Maya tidak menyadarinya."Gue Doni, masih inget gue kan?" tanya pria itu menyeringai.Maya menelan ludahnya. Doni terus mendekat dengan senyum sinis yang terus terulas.Maya bukannya tidak berani melawan. Hanya saja, tenaganya sudah habis sejak tadi. Saat Maya mengetahui bahwa laki-laki yang membawanya pergi adalah kasir Alfaapril dekat kontrakannya, Maya berusaha berontak dan berteriak.Namun, usaha Maya sia-sia. Rumah kosong diperumahan elite, tentu saja minim orang-orang yang berkeliaran dirumah.
"Gimana ceritanya?" tanya Elang pada Maya.Maya hanya melirik dan semakin mengeratkan pelukannya. Hari semakin sore. Rinai hujan masih menetesi bumi. Membuat Maya semakin nyaman sekaligus tenang dalam dekapan Elang."Kok elo jadi pendiem gini?" lanjut Elang bertanya pada Maya."Masih syok Elang" jawab Maya parau. Walaupun dalam hatinya kesal dengan pertanyaan Elang."Gak usah kenceng-kenceng meluknya" komentar Elang saat Maya mendusel-dusel nyaman didadanya.Maya tidak menjawab lagi. Setelah Maya lolos dari aksi penculikan Doni, Maya tidak berfikir kepada siapapun lagi kecuali Elang. Ia langsung menelpon Elang dengan sisa baterai yang hampir habis.Bibirnya masih bergetar setelah menjelaskan semua kesalahpahaman Doni. Maya tidak pernah menyangka bahwa Doni menyukainya sejak masih kecil. Maya yang tidak pernah bermain dengan Doni, ternyata diam-diam Doni selalu memper
Elang duduk di kursi sambil memainkan ponselnya. Dia tidak sendiri. Ada Maya yang sedang memasak air panas untuk membuat kopi. Bukan untuk Maya, tapi untuk Elang.Hanya kopi sachet tinggal seduh. Namun, behind the scene posisi Maya kini, telah diwarnai drama terlebih dahulu."May, bikinin kopi geh" titah Elang.Mereka baru saja sampai digarasi rumah Elang . Bahkan, mereka belum keluar dari mobil. "Belum juga napas menghirup udara diluar gue Lang" Maya mendengus sebal. Elang hanya nyengir dengan polosnya. "Balas budi" bibir Elang membentuk garis lengkung."Ck.. perhitungan" gumam Maya."Delivery aja sono ah" tolak Maya sambil menutup pintu mobil.Elang juga ikut keluar dari mobilnya mengikuti langkah Maya."Hp g
"Ayo, Kak"Elang mengangguk.Sore ini Elang dan Melan akan pergi ke pusat perbelanjaan. Hanya berdua. Tidak ada siapa pun lagi. Seperti dating namun bukan.Elang yang menawarkan diri untuk menemani Melan. Karena sejak pagi Melan mengeluh ingin pergi keluar. Namun, Roney tidak bisa. Biasalah.. urusan pekerjaan."Bang Roney kemana si, Kak?" tanya Melan memecah keheningan.Mobil Elang sudah keluar dari halaman rumah Melan. Butuh waktu sekitar sepuluh menit menuju jalan besar."Lagi ada kerjaan sama mba Nadia" jawab Elang singkat."Mba Nadia siapa?""Temennya bang Roney""Oh.. kirain pacarnya bang Roney""Emang bang Roney ada yang mau? Haha" tanya Elang bercanda.Melan ikut tertawa. Tawa elegant. Bukan tawa ngakak sohard layaknya gorilla di rumah Elang.
Maya tertawa terbahak-bahak di kontrakannya. Acara Talk Show yang tayang pukul 11.30 WIB tersebut sukses mengocok perut Maya.Malam ini Maya sengaja tidak kembali ke rumah Elang. Karena Maya pulang dari melayani pelanggannya sampai larut malam. Jadi, Maya pulang ke lokasi terdekat.Sebelumnya, Elang juga menanyakan keberadaannya. Maya sudah cemas takut jika nanti pulang terkena semprot dari mulut seksi Elang. Namun, tidak ada balasan lagi setelah Maya membagikan lokasinya."Njir, pedes. " keluh Maya setelah menghabiskan cemilan yang berbumbu cabai giling."Haaaahhhhhh.."Tanpa pikir panjang, Maya berlari menuju dapur. Air minum dingin segera ia keluarkan dari kulkas."Masih pedes gilaaa!!" Maya menggeram menahan rasa panas yang membakar lidahnya."Sialan! Bibir gue udeh kek abis operasi filler" jari telunjuk maya mengusap bibirnya yang te
"Hai, Juwi" Roney menggoda wanita yang sedang berjalan melewatinya.Tangan wanita itu dua-duanya penuh karena membawa semangkuk soto dan minuman dingin."Ciihhh.." Elang berdecih jijik.Elang heran dengan hidup Roney yang seperti tidak memikirkan masa depan. Hidupnya seolah tidak ada kesedihan yang menempel secuil pun.Padahal, Elang sendiri mengetahui bagaimana kondisi keluarga Roney. Bisa dibilang, Roney adalah pria broken home tapi gagal. Hidupnya terlihat adem ayem ditengah-tengah puing kehancuran."Apa si Lang? Tuhkan, Juwi nya pergi. Yahhhh..." Roney mendesah lesu.Elang tidak menggubris ucapan Roney."Woii, Bon! Sini lo!" teriak Roney pada teman sekelasnya. Bono-pria dengan bobot badan dua kali lipat badan Roney. Namun, lumayan tamvan."Sekalian, ambilin gue sprite, Bon!" lanjut Roney.Bon
Lang gw pergi duluGw udh bikinin bekel diatas kulalkas*kulkasBuahmya udh dipotongn didlmkulkasDimakan abjsin, gak mw tw gw05.58ReadMaya memanyunkan bibirnya. Sudah panjang lebar Maya mengetikkan pesan untuk Elang. Namun, Elang yang tidak berperasaan mengabaikan pesan Maya."Padahal online" gerutu Maya sebal.Selama Maya dirumah Elang, kontrakannya ditempati Rere. Sesekali Maya ke kontrakannya hanya untuk sekedar menyapu dan mengepel lantai. Terlihat sekali, bahwa Rere tidak pernah beres-beres. Maya bisa memaklumi, Rere sibuk. Jarang sekali Rere berada di dalam rumah berlama-lama."Kemana aja lo May?" tanya Rere sembari menjatuhkan badannya ke kasur yang baru saja dirapikan Maya.