Alea tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai justru mengkhianatinya. Kekasih dan sahabatnya—dua orang terdekat dalam hidupnya—ternyata telah lama menjalin hubungan di belakangnya. Malam itu, hatinya hancur saat mendapati mereka di ranjang yang sama. Dalam keputusasaan, Alea melarikan diri ke klub malam dan tanpa berpikir panjang, ia menyewa seorang gigolo. Namun, yang tak ia duga, pria yang menemaninya malam itu bukanlah orang sembarangan. Dia adalah Juno William—bosnya di tempat kerja. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Juno ternyata adalah paman dari mantan kekasih yang sudah mengkhianatinya. Pria paling berkuasa dan ternyata posesif pada pasangannya, karena ini pertama kalinya dia jatuh cinta! Mampukah Alea melepaskan diri dari jeratan cinta Juno? Ataukah Alea akan jatuh cinta juga padanya?
View MoreSemua tatapan mata tertuju pada Juno dan wanita dewasa yang tampak seumuran dengannya. Wanita itu cantik, anggun, dan mengenakan gaun merah mencolok. Bodynya sangat menggoda, alias body goals. Para wanita di ruangan itu pun kagum melihat penampilannya yang nyentrik dan bodynya yang bagus.Orang-orang yang hadir langsung beranggapan bahwa Juno sangat serasi dengan wanita tersebut. Alea pun bisa mendengar bisik-bisik kagum dari para tamu yang memperhatikan keduanya."Baru kali ini aku melihat Juno Williams datang bersama seorang wanita.""Benar. Aku pikir dia tidak tertarik menjalin hubungan. Tapi ternyata seleranya luar biasa," komentar salah satu rekan bisnis Juno. Mereka semua tahu, Juno nyaris tak pernah terlihat dekat dengan wanita manapun sebelumnya."Benar. Wanita dewasa seperti itu pasti tipe idealnya," gumam Alea lirih. "Tapi kenapa dia begitu mudah melupakan hubungan kami? Kami baru saja putus dua hari lalu, dan sekarang dia sudah menggandeng tangan wanita lain.""Atau sebenar
Begitu mendengar suara berat pamannya yang menggema penuh amarah, Martin langsung menghentikan gerakannya. Ia bangkit dari tubuh Alea dengan wajah pucat pasi dan mata membelalak ketakutan."Pergi, sebelum aku benar-benar menghajar kamu, Martin!" bentak Juno, suaranya menggema hingga membuat bulu kuduk meremang."Om, Om gak bisa semena-mena kayak gini! Alea milik aku, Om!" teriak Martin, mencoba membela diri meski suaranya bergetar.Juno melangkah maju, matanya menatap lurus penuh ancaman. "Martin Luke Matthew. Pergi. Sekarang."Nada suara Juno tegas, tak bisa ditawar. Martin langsung mengecil seperti anak kecil yang baru saja ketahuan mencuri. Ia mengatupkan rahangnya, lalu membalikkan badan tanpa sepatah kata pun."Sialan!" desis Martin saat di luar rumah. Dengan geram, ia mengusap rambutnya kasar, lalu berjalan menjauh, meninggalkan rumah itu dengan langkah berat dan hati penuh amarah.Kini hanya ada Alea dan Juno di ruang itu. Hening. Udara terasa berat. Alea duduk di lantai dengan
Adrian masuk ke dalam ruangan presdir, untuk mengecek situasi yang terjadi. Dalam hati, dia bertanya-tanya mengapa Alea keluar dari ruangan presdir dalam keadaan menangis."Pak."Suara Adrian, sontak saja membuat Juno langsung mendongak dan menatap pria itu dengan tajam. "Kamu dari mana saja Adrian? Apa kamu mau dipecat, hah!" teriak Juno yang seketika membuat Adrian terkejut. Dia bingung, Kenapa dia dimarahi? Apa salahnya? Atau terjadi sesuatu selama dia pergi 10 menit yang lalu?Presdirnya itu tampak marah, terlihat jelas di wajahnya yang tampak memerah. Matanya yang menyalang tajam tertuju kepada dirinya."Ma-maaf Pak. Tadi saya pergi ke kamar mandi dulu dan—"Siapa sangka, Juno menghentikan ucapan Adrian dengan melempar asbak ke arah si sekretaris itu. Adrian biar cepat menghindar, dan Tia merasa beruntung karena tidak terkenal lemparan asbak kaca tersebut. Asbak itu pun jatuh ke lantai dan sekarang sudah menjadi serpihan."Sialan kamu, Adrian! Bulan ini, aku potong gajimu 50%." T
Baik Alea maupun Martin, terkejut saat mereka melihat satu sama lain dalam keadaan yang tak terduga. Martin tampak membeku sesaat, tepat setelah dia melihat Alea berciuman dengan pamannya di ruang kerja pamannya itu.Sedangkan Juno, dia terlihat marah pada Martin yang sudah seenaknya masuk ke dalam ruangan ini tanpa pemberitahuan. Bukan hanya pada Martin, tapi pada Adrian yang tidak becus kerjanya. Harusnya dia bisa menahan agar Martin tidak masuk ke dalam ruangan. Tapi sekarang? Di mana sekretaris itu? Dia tidak terlihat batang hidungnya."Alea, kamu habis ngapain sama Om aku?" Kedua mata Martin masih terbelalak saat melihat Alea yang tampak kaget."Kamu panggil dia Om? Dia Om kamu?" Bukannya menjawab, Alea malah balik bertanya pada Martin. Perasaannya tidak karuan, karena dia baru tahu kalau Juno adalah omnya Martin."Oh, jadi kamu mutusin aku gara-gara kamu selingkuh sama Om aku?" Martin malah bicara seenaknya tanpa berpikir dulu. Bahkan dia menuduh Alea putus darinya, karena selin
"Sebenarnya kami ini mau diapakan? Kenapa kami dikurung di sini, Pak? Tolong bebaskan kami!" pinta Maya sambil memegang jeruji besi, menatap tajam ke arah pria bertubuh kekar, berpakaian serba hitam, yang berdiri diam tak jauh dari sana.Pria itu hanya mematung, seolah tak mendengar."Hey! Apa kamu tuli? Kenapa kamu diam saja? Mamaku lagi nanya sama kamu! Bebal banget kamu!" teriak Ghea marah. Ia maju mendekat, mengguncang jeruji dengan keras. Suaranya menggema di ruang tahanan yang dingin dan lembab.Maya mencoba menahan emosinya. "Baiklah, kalau kamu tidak mau mengeluarkan kami sekarang, setidaknya jawab pertanyaan saya," ucapnya perlahan tapi tegas. Pria berbaju hitam itu akhirnya menoleh, menatap Maya dengan sorot mata tajam dan penuh tekanan."Kami salah apa? Kenapa sampai harus dikurung seperti ini? Siapa yang menyuruhmu?" lanjut Maya. Ia masih ingat jelas bagaimana ia tertangkap setelah menjual motor dan mencoba melepas gelang milik Alea, namun gagal karena keburu ketahuan. Tan
"Bagaimana keadaannya, Dok?" Pertanyaan bernada khawatir itu meluncur dari bibir Juno, ditujukan kepada dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisi Alea. Kekasihnya itu masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit, wajahnya pucat, dengan beberapa luka di wajah dan sedikit goresan di lengan."Saya rasa tidak ada luka dalam, Pak. Hasil pemeriksaan awal menunjukkan pasien hanya mengalami luka luar saja," jawab sang dokter dengan nada tenang, berusaha menenangkan kegelisahan Juno."Tapi kenapa dia masih belum sadar? Sudah satu jam, Dok, dan dia masih seperti ini. Apa Anda yakin dia benar-benar baik-baik saja?" Nada suara Juno meninggi, mencerminkan kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan.Dokter itu mengangguk pelan. "Kami akan melakukan observasi lebih lanjut, setelah pasien siuman. Terkadang, trauma psikologis bisa menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri meski tidak ada luka fisik yang serius. Tapi kami akan tetap melakukan CT scan untuk memastikan tidak ada pendarah
Alea berteriak sekencang yang dia bisa. Suaranya memecah udara di dalam ruangan, tetapi tak ada satu pun yang datang menolong. Dia meronta sekuat tenaga, mencoba mendorong tubuh pria itu menjauh, tapi perbedaan kekuatan fisik mereka terlalu mencolok. Air matanya mulai mengalir, menandakan ketakutan dan keputusasaan yang menguasai dirinya."Om ... tolong aku..." bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Nama itu lagi-lagi muncul di kepalanya. Satu-satunya orang yang mungkin bisa menyelamatkannya dari neraka ini. Tapi dia tidak tahu apakah Juno akan datang, atau apakah pria itu bahkan tahu Alea dalam bahaya."Jangan mendekat. Jangan berani sentuh aku!" teriak Alea lagi, seraya memundurkan badannya ke belakang. Sampai mentok di ujung sofa tersebut.Alea ngeri, saat matanya melihat rantai, cambuk, secara tidak sengaja di sana. Untuk apa kedua benda itu ada di sana?Sementara, ria di hadapannya mulai menurunkan resleting celananya. Napasnya memburu, seperti binatang buas yang haus mangsa. Tata
"Eungh."Suara lenguhan dari orang yang baru bangun tidur, terdengar dari bibir Alea. Wanita itu baru saja membuka matanya. Sebelah tangannya memegang bagian belakang kepalanya yang terasa sakit. Dia pun beranjak untuk bangun dari sebuah benda yang empuk tempatnya tidur sekarang."Lu udah bangun, ternyata?"Suara itu sontak saja membuat Alea sadar sepenuhnya, kalau saat ini dia sedang berada di tempat asing. Terlihat seorang wanita cantik, bertubuh semok dan memakai pakaian minim, tengah melihatnya dan berjalan ke arahnya."Lu cantik juga ya. Pantas aja mereka maksa buat masukin lu ke sini. Lu pasti bisa jadi primadona di sini. Di jamin si madam juga bakal suka," cetus wanita itu seraya memegang dagu Alea dan memperhatikan wajah cantiknya."Jangan sentuh saya!" seru Alea seraya menepis tangan wanita itu. Tatapannya tampak menunjukkan kewaspadaan nyata.Terutama saat dia melihat ke sekelilingnya, kamar yang aneh. Cahaya remang-remang dan beraroma alkohol bercampur wangi yang tak bisa A
Setelah berbicara dari hati ke hati, dan Juno memberikan hadiah sebuah gelang kepada kekasihnya, akhirnya Alea luluh dan mencoba memaafkan pria itu. Momen yang awalnya canggung berubah menjadi penuh haru. Ada getaran di dada Alea saat menerima gelang itu, bukan karena kemewahannya, melainkan karena maknanya.Gelang itu bukan sembarang gelang. Juno memesannya khusus satu bulan lalu, tepat saat mereka resmi menjalin hubungan. Dia memerintahkan seorang desainer perhiasan untuk membuat gelang unik, hanya satu-satunya di dunia, khusus untuk Alea. Sebuah simbol cinta dan komitmen.“Kamu suka gelangnya, kan?” tanya Juno sambil memeluk Alea yang kini berada di pangkuannya. Tatapan matanya begitu dalam, mengisyaratkan cinta yang tak main-main.Lelaki ini memang seringkali bersikap genit. Jika tidak dengan ciuman, maka pelukan atau belaian. Kadang Alea bertanya dalam hati, apa Juno memang tipe lelaki mesum? Namun, entah kenapa, setiap perlakuan itu tak pernah terasa menjijikkan. Justru membuat
"Aahh... Lebih cepat, sayang. Terus ... aarggh." Jantung Alea berdegup kencang saat mendengar erangan dan desahan dari dalam apartemen kekasihnya. Suara itu membuat kakinya gemetar, tetapi ia tetap melangkah, mengikuti sumbernya. Semakin dekat ke kamar, suara itu semakin jelas—menusuk telinganya seperti belati tajam. Jemarinya mencengkeram erat kotak merah yang dibawanya, hadiah kecil berisi kue yang dibuat dengan penuh cinta untuk kekasihnya, Martin. Namun, saat berdiri di ambang pintu, dunianya runtuh dalam sekejap. Napasnya tertahan. Kedua matanya membelalak, memaku pandangannya pada pemandangan yang menghancurkan hatinya. Di atas ranjang, Martin terbaring tanpa sehelai benang pun di tubuhnya—bersama seorang wanita yang sangat dikenalnya. Dadanya sesak, seolah udara menghilang dari ruangan. Kotak merah dalam genggamannya bergetar, hampir terlepas dari tangannya. Semua rasa cinta dan harapan yang dia bawa kini luruh, berganti dengan nyeri yang mengoyak hatinya tanpa ampun. ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments