Sepertinya hanya dalam mimpi untuk Aline bisa mendapatkan cinta suaminya. Terbukti dari 7 tahun pernikahan hingga menghasilkan 3 buah hati tetap saja tak membuat Alan bisa melupakan cinta pertamanya yang indah. Apalagi sang mertua yang selalu menghina dirinya sebagai istri yang tak berguna. Tanpa memikirkan perasaan menantunya, ia malah berniat menjodohkan Alan dengan calon menantu idamannya kembali.. Sanggupkah Aline bertahan dalam pernikahan yang penuh penderitaan ini? Lalu bagaimana nasib ketiga anaknya jika Aline menyerah?
Lihat lebih banyak"Itu istrimu aja yang sensitif. Wong ibu gak ngomong apa-apa.""Ibu yakin?" Tanya Alan curiga."Kamu ini kenapa sih?" Puri memandang Alan dengan wajah kesal. "Kamu tahu gimana ibu ini orangnya. Suka ceplas ceplos. Harusnya istri kamu nggak perlu mengambil hati ucapan ibu!""Ibu juga tahu bagaimana Aline orangnya. Dia itu begitu peka terhadap sesuatu." Kilah Alan tak mau kalah. "Aku nggak mau dapet laporan lagi kalau Aline menangis karena ibu.""Kenapa? Istrimu yang ngomong?" Puri menatap sinis."Edwin yang ngadu. Ibu tahu kalau anak-anak sudah besar dan mulai mengerti mana yang baik dan mana yang buruk.""Menurutmu sikap ibumu ini buruk begitu?" Puri jadi marah."Membuat orang menangis apa itu baik? Anggap aja ini kayak cerita ibu yang dimarah sama bapak dulu sampai aku ikut marahin bapak."Puri mencibir. Tapi yang dikatakan anaknya ini benar juga. Seorang anak lelaki tak
Puri bukan main senangnya saat Mikha bertandang ke rumahnya. Apalagi berita yang disampaikan adalah keinginan Puri yang akhirnya terwujud.Mikha kembali menerima Alan. Bersedia bersatu kembali tanpa keberatan akan statusnya sebagai istri kedua."Kalau begitu kita harus mempersiapkan pernikahan kalian." Puri begitu bersemangat."Kita harus memilih dekorasi, undangan, pakaian.. duh banyak juga ya.." Puri tertawa bahagia."Kayaknya sederhana aja bu nikahannya.""Loh, kenapa begitu?""Ini pernikahan kedua mas Alan dan pernikahan ketiga untukku. Nggak usah dirayakan besar-besaran. Cukup dihadiri kerabat dekat dan hanya akad." Jelas Mikha. Sebenarnya dia malu juga. Apalagi ini pernikahan ketiganya. Walau ini berbeda karena akhirnya dia menikah dengan lelaki yang dia cintai."Oh.." Puri sedikit kecewa. "Ya sudah nggak apa-apa. Kalian bersatu aja sudah membuat ibu bahagia."Keduanya pun sepakat
Percuma jika Aline menahan. Perasaan Alan tetap tidak akan condong padanya. Ibarat kapal, mau bagaimanapun ia terombang-ambing maka ia akan kembali berlabuh untuk bersandar.Seperti itulah kisah Alan dan Mikha. Bagaimanapun mereka menghindar, cinta mereka selalu menemukan cara untuk kembali.Akhirnya, Aline hanya bisa ikhlas. Jika Mikha bisa membuat suaminya bahagia, maka Aline rela. Dia tak ingin menjadi wanita yang egois."Nggak usah kamu pikirkan ucapan papa." Ucap Mikha saat ia berbicara dengan Alan berdua saja.Hari ini baru saja selesai dilaksanakan takziah hari ketiga sepeninggal Robby."Aku merasa bersalah.." Alan berkata jujur. "Apa yang menimpa kamu, ada kaitannya juga denganku..""Mas.. apa maksudmu?" Tanya Mikha bingung."Kalau saja aku tidak menolak perjodohan denganmu, maka kamu nggak akan kembali pada mantan suamimu." Ucap Alan menyesal.Mikha mendengkus sembari memalingka
Alan mengetahui dari Sarah bahwa telah terjadi kesalahpahaman antara istri dan juga ibunya.Tak ada kata lain yang diucapkan Alan selain,"Jangan ambil hati ucapan ibu. Kamu tahu sendiri ibu itu bagaimana."Aline menggigit bibirnya dan mengerjap beberapa kali untuk menahan air matanya. Bohong jika ia berkata tak tersinggung. Sungguh hatinya terasa teriris. Masalahnya kali ini, Puri malah membentak anak-anaknya yang tak lain adalah cucunya sendiri hanya karena hal sepele.Sementara itu, Alan mengerti perasaan istrinya. Dia tahu sikap Puri yang memang keterlaluan. Ingin menegur tapi pasti Puri merajuk dan akan mengoceh panjang lebar mengenai posisinya.Baru saja Alan mengeluarkan satu kata, maka Puri membalasnya dengan satu paragraf. Daripada bikin gendang telinga pecah lebih baik dia diam saja. Mudah-mudahan nanti sikap Puri akan melunak kepada istrinya. Walau tak tahu kapan.Satu bulan berlalu, keluarga kecil ini m
Mau tapi enggan. Begitulah Puri.Dia mau ditemani tapi risih jika dekat-dekat menantunya yang satu ini. Tak ada pilihan lain. Anaknya hanya dua dan sama-sama sibuk bekerja. Yang tidak bekerja ya hanya menantunya ini.Aline sendiri jika bisa memilih, lebih suka mengurus anak daripada mertuanya. Tapi, ia tak ada pilihan.Alan harus kembali bekerja setelah cuti karena harus mengurus Aline di rumah sakit kemarin. Sarah juga tak bisa sembarangan cuti karena pekerjaannya sebagai pegawai bank. Anggap saja, ini sebagai balas budi Aline karena mertuanya menjaga ketiga anaknya saat dia sakit kemarin.Walau ia harus menebalkan telinga karena setiap tindakan yang ia lakukan selalu salah. Bahkan hati Aline menjadi jengkel karena Puri mengatakan penyebab sakit maagnya kumat karena stress mengasuh ketiga cucunya yang super aktif. Itu semua karena Aline harus dirawat saat itu."Teman-teman arisan ibu mau datang ngebesuk sore ini." Uca
Aline masih terbaring di ranjang pesakitan itu. Tusukan dari pisau kecil yang tajam ke pinggangnya untung saja tak mengenai organ inti. Tapi tetap saja Aline harus di operasi karena lukanya sedikit dalam.Selama Aline dirawat hanya suaminya yang menemani. Sedang Puri menjaga ketiga jagoan mereka. Ya, walau Puri mengomel tapi Alan menahannya.Lalu Mikha sendiri sudah kembali pada Robby. Akhirnya kekhawatiran Robby memang terjadi. Ia patut bersyukur anaknya kembali dalam keadaan selamat. Itu semua berkat pertolongan dari Alan dan istrinya.Elen sendiri sudah di geret ke kantor polisi. Sebab kasus ini terjadi di hotel berbintang hingga para pencari berita begitu gencar mencari cara agar kasus ini menyeruak ke publik. Nama besar Elen dan keluarganya dipertaruhkan. Tidak tahu apakah nanti dia masih bisa selamat atau tidak dari hukuman penjara.Mikha juga memberanikan dirinya untuk melaporkan Elen atas kekerasan dalam rumah tangga. Berikut jug
Tak habis pikir Puri kenapa bisa-bisanya menantunya ini malah ingin ikut. Nanti tahunya malah menyusahkan. Atau jangan-jangan yang lebih parahnya, Aline ingin merusak rencana Alan yang ingin menyelamatkan Mikha.Sebelum itu terjadi, Puri mencegah kembali. Tapi, sayang. Alan sendiri malah tak keberatan jika istrinya itu ikut.Alan dan Aline menuju sebuah hotel bintang empat yang terletak di pusat kota. Nomor kamar juga sudah dikantongi. Alan tinggal memesan kamar yang bersebrangan dari kamar yang di tempati Mikha. Untung saja kamar itu tersedia.Lama mereka mengamati lorong kamar yang sepi membuat Alan masuk kembali. Dia lalu duduk di tepi pembaringan."Aku yakin dia dikurung di dalam sana." Ucap Alan. Ya, karena Alan sengaja pura-pura memesan kamar tersebut rupanya masih di tempati."Kita tunggu besok pagi saja, mas. Mungkin mereka turun untuk sarapan."Alan menggeleng. "Aku gak yakin."Dia lalu
Mau beribu kali dicoba pun Alan masih tak mampu mendapatkan jawaban dari panggilan ini. Ponsel Mikha sudah tidak aktif lagi. Elen membawanya pergi tak tahu kemana.Alan rasanya mati langkah. Harusnya dia pasang pelacak saja di tubuh Mikha supaya ia selalu bisa memantau gerak gerik wanitanya. Atau memang dari awal harusnya Alan terima saja perjodohan ini.Alan begitu kesal. Rasa kesal ini dia bawa sampai ke rumah. Sudah beberapa hari dia uring-uringan. Alan yang memang tak banyak bicara jadi lebih pendiam. Menegur saja tidak. Sampai Aline geleng-geleng dibuatnya.Alan yang tak pernah marah ketika ketiga jagoannya membuat ulah kini malah sering marah. Semakin yakin Aline kalau ada masalah yang disimpan suaminya.Apalagi setelah pulang bekerja, Alan bukannya berkumpul bersama anak-anak dan istrinya. Tapi pergi ke ruang kerja dan mengeram disana.Tanpa Aline tahu sebenarnya Alan sedang sibuk mencari keberadaan mantan kekasihnya
"Apa kamu yakin dengan keputusanmu?" Tanya Robby memandang putrinya lekat."Iya, pa." Jawab Mikha tercekat.Robby menarik nafas kasar. Sungguh dadanya semakin sesak karena mendengar keinginan Mikha yang ingin kembali rujuk dengan mantan suaminya.Sepertinya selain sakit ginjal, Robby juga akan sering jantungan."Dia sudah menyakitimu. Melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Kamu masih ingat?"Mikha mengangguk."Tapi Elen berjanji untuk berubah. Aku percaya padanya."Robby memandang putrinya dengan rasa tak percaya."Panggil Elen kemari!"Tak lama Elen menghadap pria tua yang sedang duduk di tempat tidurnya. Sengaja Mikha menemui ayahnya seorang diri dulu. Takutnya jika langsung bersama Elen, papanya akan terbalut emosi."Kamu bisa berjanji?""Saya berjanji gak akan menyakiti Mikha lagi, pa. Yang terjadi kemarin itu adalah kebodohan saya. Saya sungguh
Pintu rumah diketuk dengan tidak sabarnya. Aline sudah tahu siapa yang dari tadi mengetuk. Wanita ini masih bergelut mengurusi kedua anaknya dan satu lagi anak mertua yang sedang menyantap sarapan. Sepertinya suara ketukan keras itu tak membuatnya bergeming. "Ervin! Jangan diambil seperti itu!" Aline segera mengambil tangan mungil anaknya yang berusia 3 tahun itu. Ervin mulai lagi mengacak-ngacak sarapan. Saat tangannya diambil, maka Ervin memprotes. Belum lagi Edwin yang tak sabar untuk berangkat ke sekolah. Mana makanan dalam kotak bekal yang sudah disusun oleh Aline malah tumpah berceceran karena ulah Ervin. Aline menghela nafas. Ia berusaha tetap tenang. Ia tidak boleh menjadi gila hanya karena hal seperti ini. Segera ia memisahkan kedua anaknya dan menyusun kembali isian di kotak bekal Edwin sambil sesekali melayani suaminya di meja makan. Pintu diketuk lagi....
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen