Share

Tak Ingin Berpisah

Penulis: Stary Dream
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-21 18:26:51

"Jadi, kalian benar-benar tidak ingin bersama lagi?" Puri sampai mendengkus.

Alan memalingkan wajah sampai menghela nafas kasar. Pagi minggunya ternodai karena kedatangan Puri yang mengomel.

"Apa sih kurangnya Mikha itu? Dia cantik, lembut terus pintar cari uang. Kamu menyia-nyiakan permata, Alan!"

"Ibu sudah cukup." Tegur Alan masih sabar.

"Lagi pula apa yang terjadi pada kalian waktu itu juga bukan salah kalian. Itu salah papanya Mikha!" Sambung Puri mencoba menyadarkan Alan.

Alan sampai mengelus dada karena ucapan ibunya. Untung saja anak-anak sedang bermain di kamarnya. Atau mungkin, Edwin yang sudah sekolah akan mengerti sedikit apa yang orang dewasa ini katakan.

"Aku sudah menikah, bu. Bagiku pernikahan cukup satu kali. Aku gak mau mendua.."

Puri sampai berdecih mendengar ucapan Alan.

"Kamu pikir ibu gak tahu kalau kamu masih cinta sama Mikha?"

"Ibu.." tegur Alan tidak suka.

"Pernikahan kamu sama Aline juga cuma kompensasi karena kamu tidak mendapatkan Mikha, kan? Lagian apa sih yang kamu lihat dari Aline? Dia bisanya cuma mencetak anak lelaki saja!"

Alan sampai melotot mendengar ucapan kasar ibunya. Tepat sekali Aline yang baru masuk melewati ruang keluarga dimana Alan dan Puri tengah berbincang.

Aline sendiri baru saja selesai berbelanja sayuran.

"Baru pulang, sayang?" Tanya Alan menutupi kegugupannya. Jangan sampai Aline mendengar apa yang mereka bicarakan.

Aline hanya berdeham.

Puri terkesiap. Wajah menantunya ini terlihat masam. Dia melewati kedua orang ini menuju dapur. Biasanya dia akan ikut mengganggu dan bergabung jika Puri sedang mengajak Alan mengobrol.

"Kenapa muka istrimu itu? Masam sekali!" Ketus Puri.

Alan hanya menghela nafas. Dia dan Aline belum berbaikan. Masih perang dingin. Itu semua karena Aline salam paham mengenai hubungan Alan dan Mikha. Ah, bukan salah paham. Tepatnya memergoki keduanya sedang berpelukan.

"Lagi gak enak badan." Alan menjawab asal.

Namun Puri tak percaya. Dia yakin sekali Aline mendengar ucapannya. Apalagi tadi Puri mengatakannya dengan intonasi yang tinggi.

Tak mau melanjutkan, Alan menuju kamar tempat anaknya bermain. Sedangkan Puri ke dapur dan menemukan Aline sedang menyusun belanjaannya di meja dapur.

"Lagi sakit kamu?" Tanya Puri tanpa basa basi.

Aline mendongak. "Nggak, bu."

"Kenapa mukamu masam begitu?"

"Cuma kecapekan aja."

"Bertengkar kamu dengan suamimu?"

"Nggak, bu."

Aline berusaha menjawab pertanyaan mertuanya dengan nada yang lembut.

"Tadi, kamu pasti dengar apa yang ibu bilang sama Alan, kan? Jadi kamu harus tahu. Alan dijodohkan oleh Mikha. Mikha itu...."

"Cinta pertama mas Alan." Potong Aline. "Dan papanya mbak Mikha mau menjodohkan mas Alan dengannya. Aku sudah tahu, bu.."

"Syukurlah kalau kamu sudah tahu. Jadi kamu paham maksudnya.."

Aline menatap mertuanya dengan sedih.

"Bu.." panggil Aline sampai Puri memutus pandangan mereka. Ada rasa tak enak menatap mata penuh kesakitan itu.

"Coba ibu bayangkan jika ibu ada di posisi Aline.. apa ibu sanggup melihat suami ibu menikah lagi dengan wanita lain?" Tanya Aline dengan suara bergetar.

"Tentu saja sanggup." Jawab Puri tegas sampai membuat Aline terperangah.

"Karena ibu tidak egois. Apa yang menjadi kebahagiaan suami itu juga kebahagiaan istri. Dan ibu tidak mau menghalanginya. Apalagi jika suami itu tidak mencintai istrinya."

Deg!

Aline ingin menangis saja rasanya. Tapi dikerjapkannya mata indah itu beberapa kali supaya air mata ini tak runtuh.

Puri meninggalkan Aline yang masih tertegun akan ucapannya. Terserah jika perkataannya tadi membuat Aline tersinggung. Yang penting, apa yang menjadi unek-unek di hatinya sudah tersampaikan.

***

Langkah kaki Alan begitu pelan melangkah saat ia menemukan istrinya tengah berada di teras belakang. Hari sudah malam, tapi Aline masih belum tertidur.

Alan memandang punggung istrinya yang sedang membelakanginya.

Di hadapan Aline terdapat canvas. Ia kembali melukis hari ini.

Aline memang pandai menggambar, jika bakatnya diasah dia pasti menjadi pelukis handal. Tapi sayang ia meninggalkan hobinya itu untuk menikah dan mengabdi pada suaminya.

Biasanya, Aline akan melukis jika hatinya sedang senang atau sedang bersedih. Seperti saat ini. Lukisan abstrak yang dibuat Aline seakan menggambar kondisi hatinya. Begitu kelabu dan sedih.

Aline menggambar awan hitam dipadukan dengan payung yang melebar.

Alan tak mau mengganggu. Dia kembali ke kamar saja. Menunggu istrinya disana.

Tapi, saat ia memejamkan matanya dan ingin berlayar ke pulau mimpi, istrinya belum kunjung datang. Sampai ia sadar jika istrinya tidak tidur di kamarnya semalaman.

Pagi ini seperti biasa Aline membuat sarapan. Hari senin, Edwin walaupun masih TK tapi harus upacara. Jadi sekalian dia membuat bekal untuk anak sulungnya itu.

Alan menatap wajah istrinya yang sendu itu. Sejak kemarin mereka tidak berbicara. Ingin sekali ia bertanya kenapa semalam Aline tidak masuk ke kamarnya. Tapi melihat wajah sembab istrinya, Alan tak jadi bersuara.

"Aku berangkat." Ucap Alan mengulurkan tangan yang disambut oleh Aline.

"Hati-hati."

"Nanti malam kita makan diluar." Alan memandang istrinya lekat. "Kita berdua saja. Anak-anak kita titip sama ibu."

Alan mendekat dan mengelus pucuk kepala istrinya.

Aline hanya mengangguk sambil menerbitkan sedikit senyum di bibirnya.

Entah kenapa dia skeptis. Alan ingin mengajak makan malam berdua saja. Jelas suaminya ini ingin berdamai dengan kemarahannya.

Tapi anak-anak yang akan dititipkan kepada ibu. Aline tak yakin jika itu akan mudah.

Sementara Alan sudah memesan tempat di sebuah restoran untuk makan malam hari ini. Dia harus meredakan perang dingin ini. Alan akan belajar menjadi suami romantis. Sesungguhnya, Alan sangat menghargai istrinya hingga ia begitu takut menyakiti Aline.

Baru saja selesai mereservasi melalui ponselnya, sebuah notif masuk. Pesan dari Mikha.

Alan terkejut. Dia tak lupa jika Mikha hari ini akan terbang ke luar negeri dan tak tahu kapan kembali. Tapi.. ah. Alan bingung dengan perasaannya.

Di kepalanya menolak tapi hatinya ingin.

Alan terpaksa mengikuti kata hatinya. Dia pergi ke bandara menemui Mikha untuk terakhir kalinya.

Sekitar 45 menit, Alan tiba di bandara. Rupanya Mikha masih berada disana karena ada keterlambatan penerbangan.

Melihat Alan, mata Mikha kembali berbinar.

"Aku pikir mas gak datang.."

"Sekalian aku ada kerjaan di luar," ucap Alan berbohong. Padahal ia sengaja datang untuk menemui mantan kekasihnya.

Sesaat keduanya hanya bisa saling memandang tanpa bisa mengucapkan satu kata apapun.

"Lupakan soal perjodohan kita. Anggaplah saja itu sebagai omong kosong dari orang tua," kata Mikha pelan.

Alan mengangguk. "Aku sudah melupakannya."

"Salam untuk istri dan anak-anakmu. Semoga kamu bahagia selalu." Mikha memaksakan senyum terbit di wajahnya.

"Semoga kamu juga segera mendapatkan seorang lelaki yang mencintaimu," ucap Alan berat.

"Aku tidak yakin." 

Sedihnya suara Mikha membuat hati Alan menjadi pilu. Apalagi mata yang berkaca-kaca itu membuatnya semakin rapuh.

Jika tidak memiliki istri, mungkin Alan ingin sekali merengkuh tubuh itu dan memeluknya dengan erat. Memberinya kehangatan sembari menghujaninya dengan cinta yang dalam.

Suara panggilan lalu terdengar melalui speaker bahwa penumpang dengan penerbangan ke kota tujuan Mikha harus segera masuk.

"Aku pamit, mas."

"Jaga dirimu." 

Keduanya saling memandang lagi dengan rasa sedih yang sama-sama tak bisa diungkapkan.

Sampai akhirnya, Mikha memundurkan langkahnya dan berbalik.

Alan hanya menatap punggung itu dari jauh.

Andai saja waktu bisa di putar. Ya.. andai saja Robby menerima Alan sebagai menantunya. Maka, Alan dan Mikha tak akan berpisah. Keduanya pasti menjalani kehidupan yang bahagia selamanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Sakit

    Alan mengirim pesan ke istrinya melalui ponsel sesaat sebelum keluar dari bandara.Tempat sudah di reservasi. Mereka akan pergi setelah bada' maghrib. Alan juga sudah memberi tahu Puri kalau anak-anak hari ini di titipkan padanya. Ya, walaupun awalnya Puri sedikit mengomel karena harus dititipkan tiga cucu sekaligus.Tapi, Alan sudah bertekad untuk memperbaiki masalahnya. Tak enak ternyata perang dingin dengan istri sendiri.Alan menatap langit dari dalam mobilnya. Sebuah pesawat lepas landas. Mungkin pesawat Mikha yang baru saja terbang.Sambil menghela nafas panjang, Alan memasukkan ponselnya ke dalam tas kerja dan menaruhnya di kursi belakang. Dia lalu menghidupkan mesin dan memutar mobilnya keluar dari bandara.Bohong jika Alan mengatakan hatinya saat ini baik-baik saja. Jika bisa memilih, dia sungguh ingin menahan Mikha. Tak ingin berpisah. Tapi isi kepalanya mengajak untuk tetap waras.Ada anak dan istri yang menu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Datang Lagi

    Aline mengerjap beberapa kali agar air matanya tak turun. Suami yang baru saja di do'akannya mulai menunjukkan kesadaran penuh walau di mulutnya memanggil nama wanita lain.Perlahan Alan membuka matanya dan menemukan Aline dengan wajah yang penuh kesedihan."Aline.." desah Alan lemah."Tunggu sebentar. Aku panggilkan perawat."Aline bergegas memanggil petugas medis untuk memeriksa kondisi suaminya yang sadar. Nasib baik Alan tidak mengalami hal serius. Aline sempat putus asa jika suaminya tidak berumur panjang."Sudah berapa lama aku gak sadar?" Tanya Alan setelah mendapat kesadaran penuh."Tujuh hari."Alan memejamkan matanya sebentar."Dimana anak-anak?""Bersama ibuku. Ada ibu yang datang dari kampung."Alan lalu menyapu sekitar. Dia belum diperbolehkan pindah dari ruang intensif."Maafkan aku yang sudah membuat kalian cemas..""Aku b

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Tegas Menolak

    Aline menoleh menatap mertuanya dengan getir."Sudah sadar kamu?""Ibu.." Aline terperangah. Apa maksud ucapan mertuanya ini."Lihat bagaimana Alan dan Mikha ketika bersama. Alan sangat bahagia."Aline sampai memalingkan wajah. Mertuanya ini, entah apa yang ia pikirkan."Apa yang ibu katakan? Apa ibu sadar?"Mata Puri melotot mendengar ucapan Aline. Menantunya ini memang terkenal berani. Pantas saja seluruh anaknya laki-laki.Suara gaduh terdengar dari luar, Alan sampai melesatkan pendengarannya."Seperti ada orang di luar." Gumam Alan.Mikha pun merasakan hal yang sama. Penasaran, ia pun pergi ke pintu yang tidak tertutup rapat itu dan menemukan menantu dan mertua yang saling menatap tajam."Ibu? Mbak Aline?" Mikha sampai tergagap.Aline masuk begitu saja tanpa menghiraukan Mikha yang masih terkejut akan kedatangannya."Kamu sudah beli makan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Ancaman Rujuk

    Robby pulang setelah ditolak. Malang sekali nasibnya, di ujung usianya ia sudah mendapatkan penolakan beberapa kali dari Alan. Mungkin itu buah yang ia petik akibat sikap arogannya di masa lalu.Puri yang mendengar ketegasan Alan tadi juga ikut dongkol. Dia yang malu. Sepulangnya Robby, dia ingin sekali melabrak anaknya itu. Apalagi si Aline. Duh! Senyumnya puas sekali. Seperti mengejek Puri atas kekalahannya.Baru saja Puri ingin berceloteh tapi mulutnya berhenti. Ternyata, Emma ada disana sedang bermain dengan Envier dan Ervin."Eh, bu besan belum pulang?" Tanya Puri. Hampir saja mulutnya kepeleset ingin marah-marah.Emma tersenyum."Insya Allah besok pagi. Masih kangen cucu.""Oh..." Puri pura-pura tersenyum. Padahal hatinya masih dongkol, sudah satu minggu lebih besannya di rumah ini dan selama ini juga dia tidak bisa memarahi Aline."Kalau begitu ibu pulang aja." Kata Puri kepada Alan.

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-07
  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Istri atau Pembantu ?

    Pintu rumah diketuk dengan tidak sabarnya. Aline sudah tahu siapa yang dari tadi mengetuk. Wanita ini masih bergelut mengurusi kedua anaknya dan satu lagi anak mertua yang sedang menyantap sarapan. Sepertinya suara ketukan keras itu tak membuatnya bergeming. "Ervin! Jangan diambil seperti itu!" Aline segera mengambil tangan mungil anaknya yang berusia 3 tahun itu. Ervin mulai lagi mengacak-ngacak sarapan. Saat tangannya diambil, maka Ervin memprotes. Belum lagi Edwin yang tak sabar untuk berangkat ke sekolah. Mana makanan dalam kotak bekal yang sudah disusun oleh Aline malah tumpah berceceran karena ulah Ervin. Aline menghela nafas. Ia berusaha tetap tenang. Ia tidak boleh menjadi gila hanya karena hal seperti ini. Segera ia memisahkan kedua anaknya dan menyusun kembali isian di kotak bekal Edwin sambil sesekali melayani suaminya di meja makan. Pintu diketuk lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Mantan Terindah

    "Aku dengar Mikha kembali ke Jakarta." Bisikan itu terdengar meskipun diselimuti oleh suara anak-anak yang bergema sedang asyik bercengkrama. Alan tak menunjukkan ekspresi apapun. Wajahnya datar saja. Meskipun informasi yang baru saja didapatkan ini mengenai mantan terindahnya. "Dia baru saja bercerai dari suaminya. Ternyata suaminya itu suka memukulnya." Sambung Sarah lagi. Puri mendekatkan tubuhnya lagi untuk mendengarkan cerita lengkapnya. "Kasihan sekali Mikha.." "Akibat perjodohan orang tua." Sahut Sarah. "Andai saja waktu itu Papanya Mikha mau merestui hubungan anaknya dengan Alan. Sudah bisa dipastikan mereka hidup bahagia sekarang." Mata Sarah melotot kepada ibunya. Bisa-bisanya Puri malah mengungkit masa lalu. Alan berdeham. "Yang lalu biarlah berlalu, bu. Sekarang hidupku sudah bersama Aline."

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Menyusahkan

    Keduanya duduk berhadapan dengan situasi yang penuh kecanggungan. Tak menyangka Alan bisa bertemu dengan mantan kekasihnya secepat ini.Mata Alan tak lepas menatap Mikha. Cinta pertamanya yang kini semakin dewasa. Usia Mikha kini sudah 32 tahun dengan kecantikan yang begitu mempesona."Maafkan aku gak sempat hadir saat pernikahan mas kemarin." Mikha tersenyum.Alan membalas senyuman itu dengan wajah tertunduk."Ada apa, Mikha? Aku dengar dari Sarah kalau kamu berpisah dengan suamimu?""Oh itu.. aku memang baru berpisah darinya." Mikha tersenyum getir. "Sayangnya aku tidak mendapatkan pernikahan yang bahagia seperti yang mas Alan miliki."Alan memalingkan wajah. Dia tak bisa menatap mata Mikha berlama-lama."Aku turut prihatin..""Terima kasih." Jawab Mikha. "Aku harus tetap menjalankan hidup.""Itu benar." Alan mengangguk setuju."Kamu masih aktif menulis?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Sebuah Kompromi

    Tak banyak yang Aline lakukan saat kumpul keluarga ini. Dia hanya melihat dan mengamati. Sejatinya, Aline merasa kecil ketika berkumpul bersama keluarga besar suaminya.Mereka tertawa bersama. Dan ah, Aline tak tahu harus bersikap seperti apa. Jadi dia biasa saja. Sibuk bersama anak-anaknya saja."Nggak kepikiran nambah anak, line?" Tanya bude Tuti. "Kali aja anak ke empat perempuan."Aline hanya tersenyum tak enak."Punya 3 aja dia kerepotan. Rumah kayak kapal pecah. Mau nambah satu lagi, duh.." Puri menggeleng. "Ya nggak papa lah. Mumpung mereka masih muda." Seloroh Bude Tuti santai.Aline tak ingin menjawab karena ia melihat wajah Puri yang sudah berubah masam. Entah apa salahnya. Padahal ketiga anaknya ini dibawah pengasuhan Aline. Dalam artian, Aline tidak meminta bantuan mertuanya ini untuk menjaga anaknya.Apa mungkin karena Aline tidak bekerja jadi mertuanya ini tidak menyukainya? Ya, bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Ancaman Rujuk

    Robby pulang setelah ditolak. Malang sekali nasibnya, di ujung usianya ia sudah mendapatkan penolakan beberapa kali dari Alan. Mungkin itu buah yang ia petik akibat sikap arogannya di masa lalu.Puri yang mendengar ketegasan Alan tadi juga ikut dongkol. Dia yang malu. Sepulangnya Robby, dia ingin sekali melabrak anaknya itu. Apalagi si Aline. Duh! Senyumnya puas sekali. Seperti mengejek Puri atas kekalahannya.Baru saja Puri ingin berceloteh tapi mulutnya berhenti. Ternyata, Emma ada disana sedang bermain dengan Envier dan Ervin."Eh, bu besan belum pulang?" Tanya Puri. Hampir saja mulutnya kepeleset ingin marah-marah.Emma tersenyum."Insya Allah besok pagi. Masih kangen cucu.""Oh..." Puri pura-pura tersenyum. Padahal hatinya masih dongkol, sudah satu minggu lebih besannya di rumah ini dan selama ini juga dia tidak bisa memarahi Aline."Kalau begitu ibu pulang aja." Kata Puri kepada Alan.

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Tegas Menolak

    Aline menoleh menatap mertuanya dengan getir."Sudah sadar kamu?""Ibu.." Aline terperangah. Apa maksud ucapan mertuanya ini."Lihat bagaimana Alan dan Mikha ketika bersama. Alan sangat bahagia."Aline sampai memalingkan wajah. Mertuanya ini, entah apa yang ia pikirkan."Apa yang ibu katakan? Apa ibu sadar?"Mata Puri melotot mendengar ucapan Aline. Menantunya ini memang terkenal berani. Pantas saja seluruh anaknya laki-laki.Suara gaduh terdengar dari luar, Alan sampai melesatkan pendengarannya."Seperti ada orang di luar." Gumam Alan.Mikha pun merasakan hal yang sama. Penasaran, ia pun pergi ke pintu yang tidak tertutup rapat itu dan menemukan menantu dan mertua yang saling menatap tajam."Ibu? Mbak Aline?" Mikha sampai tergagap.Aline masuk begitu saja tanpa menghiraukan Mikha yang masih terkejut akan kedatangannya."Kamu sudah beli makan

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Datang Lagi

    Aline mengerjap beberapa kali agar air matanya tak turun. Suami yang baru saja di do'akannya mulai menunjukkan kesadaran penuh walau di mulutnya memanggil nama wanita lain.Perlahan Alan membuka matanya dan menemukan Aline dengan wajah yang penuh kesedihan."Aline.." desah Alan lemah."Tunggu sebentar. Aku panggilkan perawat."Aline bergegas memanggil petugas medis untuk memeriksa kondisi suaminya yang sadar. Nasib baik Alan tidak mengalami hal serius. Aline sempat putus asa jika suaminya tidak berumur panjang."Sudah berapa lama aku gak sadar?" Tanya Alan setelah mendapat kesadaran penuh."Tujuh hari."Alan memejamkan matanya sebentar."Dimana anak-anak?""Bersama ibuku. Ada ibu yang datang dari kampung."Alan lalu menyapu sekitar. Dia belum diperbolehkan pindah dari ruang intensif."Maafkan aku yang sudah membuat kalian cemas..""Aku b

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Sakit

    Alan mengirim pesan ke istrinya melalui ponsel sesaat sebelum keluar dari bandara.Tempat sudah di reservasi. Mereka akan pergi setelah bada' maghrib. Alan juga sudah memberi tahu Puri kalau anak-anak hari ini di titipkan padanya. Ya, walaupun awalnya Puri sedikit mengomel karena harus dititipkan tiga cucu sekaligus.Tapi, Alan sudah bertekad untuk memperbaiki masalahnya. Tak enak ternyata perang dingin dengan istri sendiri.Alan menatap langit dari dalam mobilnya. Sebuah pesawat lepas landas. Mungkin pesawat Mikha yang baru saja terbang.Sambil menghela nafas panjang, Alan memasukkan ponselnya ke dalam tas kerja dan menaruhnya di kursi belakang. Dia lalu menghidupkan mesin dan memutar mobilnya keluar dari bandara.Bohong jika Alan mengatakan hatinya saat ini baik-baik saja. Jika bisa memilih, dia sungguh ingin menahan Mikha. Tak ingin berpisah. Tapi isi kepalanya mengajak untuk tetap waras.Ada anak dan istri yang menu

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Tak Ingin Berpisah

    "Jadi, kalian benar-benar tidak ingin bersama lagi?" Puri sampai mendengkus.Alan memalingkan wajah sampai menghela nafas kasar. Pagi minggunya ternodai karena kedatangan Puri yang mengomel."Apa sih kurangnya Mikha itu? Dia cantik, lembut terus pintar cari uang. Kamu menyia-nyiakan permata, Alan!""Ibu sudah cukup." Tegur Alan masih sabar."Lagi pula apa yang terjadi pada kalian waktu itu juga bukan salah kalian. Itu salah papanya Mikha!" Sambung Puri mencoba menyadarkan Alan.Alan sampai mengelus dada karena ucapan ibunya. Untung saja anak-anak sedang bermain di kamarnya. Atau mungkin, Edwin yang sudah sekolah akan mengerti sedikit apa yang orang dewasa ini katakan."Aku sudah menikah, bu. Bagiku pernikahan cukup satu kali. Aku gak mau mendua.."Puri sampai berdecih mendengar ucapan Alan."Kamu pikir ibu gak tahu kalau kamu masih cinta sama Mikha?""Ibu.." tegur Alan

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Kompensasi

    Alan menatap lekat wajah istrinya yang tengah tertidur lelap. Biasanya setelah melayani Alan, Aline akan segera membersihkan diri dan baru tertidur.Tapi kali ini dia langsung tertidur setelah melayani Alan. Aline sepertinya kelelahan karena Alan sangat bersemangat tadi.Lelaki ini menepikan anak rambut di telinga Aline agar wajah istrinya ini terlihat jelas. Tiba-tiba Alan merasa berdosa. Bisa-bisanya dia membayangkan wanita lain saat sedang berhubungan dengan istrinya.Alan menatap istrinya dengan sedih. Entah sampai kapan rasa cinta ini akan tumbuh. Sudah tujuh tahun berumah tangga, tapi Aline masih belum bisa membuka pintu hati Alan.Pagi ini, Aline mendapat kejutan dari mertuanya yang ternyata menginap di rumah. Pantas kalau Aline tidak tahu, karena Alan langsung menyerangnya semalam. Jadi dia tak mengecek keadaan di luar semalam."Ibu menginap disini semalam?" Aline sungguh tak tahu."Ya." Jawab Puri dingin.

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Sebuah Kompromi

    Tak banyak yang Aline lakukan saat kumpul keluarga ini. Dia hanya melihat dan mengamati. Sejatinya, Aline merasa kecil ketika berkumpul bersama keluarga besar suaminya.Mereka tertawa bersama. Dan ah, Aline tak tahu harus bersikap seperti apa. Jadi dia biasa saja. Sibuk bersama anak-anaknya saja."Nggak kepikiran nambah anak, line?" Tanya bude Tuti. "Kali aja anak ke empat perempuan."Aline hanya tersenyum tak enak."Punya 3 aja dia kerepotan. Rumah kayak kapal pecah. Mau nambah satu lagi, duh.." Puri menggeleng. "Ya nggak papa lah. Mumpung mereka masih muda." Seloroh Bude Tuti santai.Aline tak ingin menjawab karena ia melihat wajah Puri yang sudah berubah masam. Entah apa salahnya. Padahal ketiga anaknya ini dibawah pengasuhan Aline. Dalam artian, Aline tidak meminta bantuan mertuanya ini untuk menjaga anaknya.Apa mungkin karena Aline tidak bekerja jadi mertuanya ini tidak menyukainya? Ya, bi

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Menyusahkan

    Keduanya duduk berhadapan dengan situasi yang penuh kecanggungan. Tak menyangka Alan bisa bertemu dengan mantan kekasihnya secepat ini.Mata Alan tak lepas menatap Mikha. Cinta pertamanya yang kini semakin dewasa. Usia Mikha kini sudah 32 tahun dengan kecantikan yang begitu mempesona."Maafkan aku gak sempat hadir saat pernikahan mas kemarin." Mikha tersenyum.Alan membalas senyuman itu dengan wajah tertunduk."Ada apa, Mikha? Aku dengar dari Sarah kalau kamu berpisah dengan suamimu?""Oh itu.. aku memang baru berpisah darinya." Mikha tersenyum getir. "Sayangnya aku tidak mendapatkan pernikahan yang bahagia seperti yang mas Alan miliki."Alan memalingkan wajah. Dia tak bisa menatap mata Mikha berlama-lama."Aku turut prihatin..""Terima kasih." Jawab Mikha. "Aku harus tetap menjalankan hidup.""Itu benar." Alan mengangguk setuju."Kamu masih aktif menulis?"

  • Mengejar Cinta Pertama Suami   Mantan Terindah

    "Aku dengar Mikha kembali ke Jakarta." Bisikan itu terdengar meskipun diselimuti oleh suara anak-anak yang bergema sedang asyik bercengkrama. Alan tak menunjukkan ekspresi apapun. Wajahnya datar saja. Meskipun informasi yang baru saja didapatkan ini mengenai mantan terindahnya. "Dia baru saja bercerai dari suaminya. Ternyata suaminya itu suka memukulnya." Sambung Sarah lagi. Puri mendekatkan tubuhnya lagi untuk mendengarkan cerita lengkapnya. "Kasihan sekali Mikha.." "Akibat perjodohan orang tua." Sahut Sarah. "Andai saja waktu itu Papanya Mikha mau merestui hubungan anaknya dengan Alan. Sudah bisa dipastikan mereka hidup bahagia sekarang." Mata Sarah melotot kepada ibunya. Bisa-bisanya Puri malah mengungkit masa lalu. Alan berdeham. "Yang lalu biarlah berlalu, bu. Sekarang hidupku sudah bersama Aline."

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status