Tiga tahun lalu, Ayla berdiri di altar dengan gaun impiannya, menunggu pria yang berjanji tidak akan pernah meninggalkannya. Tapi Victor Noelle justru menghilang tanpa jejak, meninggalkan luka yang tak pernah benar-benar sembuh. Kini, takdir kembali mempertemukan mereka. Bukan sebagai pasangan, tetapi sebagai manajer dan talent—hubungan profesional yang seharusnya tetap dingin dan tak berperasaan. Namun, bagaimana jika percikan masa lalu masih menyala di antara kebencian dan penyesalan? Ayla bersumpah tidak akan membiarkan Victor menyentuh hatinya lagi. Sementara Victor… mungkin kali ini ia tidak akan membiarkan Ayla pergi. Tapi apa yang tersisa di antara mereka? Luka? Penyesalan? Atau sesuatu yang bahkan lebih berbahaya—perasaan yang seharusnya sudah mati?
View MoreSenja mulai turun perlahan, mewarnai langit Bali dengan semburat oranye dan ungu yang indah. Cahaya matahari terakhir jatuh tepat di permukaan kolam infinity, memantulkan warna emas yang hangat. Di rooftop vila, makan malam pertama sudah disiapkan. Meja panjang dari kayu jati dihiasi lampu gantung bohemian dan lilin-lilin kecil dalam toples kaca. Aroma ayam bakar, udang panggang, dan sambal matah menyeruak memikat indra.Para peserta mulai mengambil tempat duduk. Tertawa, bersenda gurau, dan sesekali melempar candaan tentang siapa yang bakal dekat dengan siapa. Semua terdengar natural, seperti yang diharapkan kru produksi.Victor duduk di ujung kanan meja, berseberangan dengan Luna yang tampak tak berhenti menatapnya sambil sesekali memulai obrolan ringan. Di sisi kiri Victor, ada kursi kosong.Ayla datang beberapa menit kemudian, membawa tablet kecil dan earpiece yang tergantung di telinganya. Ia tidak berniat ikut makan malam, hanya ingin memastikan bahwa audio dan angle kamera be
Beberapa hari setelah pertemuan itu, keputusan akhirnya datang.Victor setuju untuk bergabung di The House of Hearts.Meski awalnya menolak, Victor akhirnya menerima tawaran itu setelah mempertimbangkan dengan matang. Ia setuju dengan syarat: tidak ada skenario palsu, tidak ada pengaturan pasangan, dan Ayla ikut dalam tim produksi sebagai pengawas kreatif—agar ia tahu tidak akan dijebak untuk membuat drama murahan.Keputusan itu membuat Darren lega. Ia segera menghubungi pihak produksi untuk mengatur detail, sementara Ayla, meski ragu, tidak punya pilihan selain menyanggupi.Hari pertama syuting di Bali dimulai dengan angin laut yang lembut berembus, membawa aroma asin yang menyatu dengan hangatnya sinar matahari pagi. Vila besar yang digunakan sebagai lokasi syuting berdiri megah di atas tebing, menghadap langsung ke hamparan Samudera. Bangunannya berarsitektur tropis modern, berdinding kaca dan kayu alami, menampilkan perpaduan antara kemewahan dan kehangatan. Di dalamnya, terdapa
Setelah beberapa menit yang terasa menenangkan, Nicko akhirnya pamit. Ia tidak memaksa Ayla untuk bicara banyak, hanya menepuk pelan bahu gadis itu dan meninggalkan sebaris kalimat yang menenangkan sebelum masuk ke dalam mobilnya.Ayla menatap punggung mobil yang menjauh, lalu menarik napas panjang sebelum berbalik. Tubuhnya menggigil sedikit saat kembali menaiki lift dan masuk ke apartemen.Begitu pintu tertutup, keheningan kembali menyelimuti ruangannya. Ayla berjalan pelan ke meja, menatap laptop yang masih menyala, menampilkan foto Victor—cuplikan dari video wawancaranya beberapa tahun lalu, ketika ia baru saja memenangkan penghargaan musik internasional.Ayla menghela napas panjang, duduk dengan lelah di kursinya. Tangannya terulur untuk menutup layar, tapi gerakan itu terhenti saat sebuah notifikasi email muncul di pojok kanan atas.[New Mail - 23:46 | “Tawaran Eksklusif: Reality Show Terbaru Victor Noelle”]Alis Ayla mengernyit, lalu segera membuka email itu.Subject: Tawaran
Tiba-tiba ponsel Ayla bergetar, membuatnya menoleh sejenak ke arah benda pipih yang tergeletak di samping laptop. Layarnya menyala, menampilkan satu nama yang membuat napasnya langsung tertahan.Nicko.Ayla memejamkan mata, lalu menghela napas panjang sembari mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Sudah hampir seminggu pria itu tak menghubunginya, dan kini tiba-tiba muncul di layar, seolah tahu bahwa Ayla sedang rapuh.Nicko. Pria yang selama setahun terakhir ini terus mengejarnya dengan cara yang tenang, sabar, dan tak memaksa.Mereka pertama kali bertemu di pemakaman orang tua angkat Ayla. Saat itu, Ayla nyaris pingsan karena kelelahan dan terlalu larut dalam kesedihan. Dan di sanalah Nicko datang—berdiri di antara pelayat, wajahnya tampan dan bersih, dengan kemeja putih yang tergulung hingga siku, tampak sangat kontras dengan latar langit kelabu sore itu.Ternyata, Nicko adalah anak dari sahabat lama Mama Ayla. Ia datang sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk kedua orang tua a
"Kau menguntitku?!" dengus Ayla seraya mengusap kasar air matanya. Suaranya masih bergetar karena luapan emosi yang belum sepenuhnya reda.Victor hanya menipiskan bibir, lalu berjalan menuju tepian rooftop. Ia menyandarkan satu tangan ke pagar besi, kemudian merogoh saku jaketnya. Sebatang rokok terselip di jemarinya, putih sempurna dengan ujung sedikit remuk, seakan sudah sering digenggam sebelum akhirnya dinyalakan.Dengan gerakan santai, ia mengambil korek, menggesek roda pemantiknya hingga api kecil berkobar. Cahaya oranye sekejap menerangi wajahnya saat ia menyalakan rokok itu, lalu mengisapnya dalam-dalam sebelum meniupkan asap tipis ke udara malam."Aku tidak mengikutimu," jawabnya santai tanpa sekalipun melirik Ayla.Ayla menghapus air matanya dengan kasar, menahan geram yang kembali muncul. Tatapannya menyipit penuh jijik begitu melihat Victor merokok dengan begitu alami.Sejak kapan dia jadi seperti itu?Dulu, Victor paling tidak tahan dengan asap. Entah itu rokok, dupa, at
Ayla berjalan cepat menuju toilet staf, berharap bisa menenangkan diri. Jantungnya masih berdebar tidak karuan setelah kejadian di panggung tadi."Brengsek," gumamnya pelan.Kenapa Victor selalu tahu cara menarik perhatiannya? Kenapa pria itu bertindak seolah-olah tidak pernah ada luka yang ia tinggalkan?Begitu sampai di toilet, Ayla menyandarkan diri ke wastafel, menatap bayangannya di cermin. Wajahnya masih sedikit memerah. Entah karena marah atau efek dari sorotan Victor yang begitu dalam saat bernyanyi tadi.Namun, sebelum sempat menarik napas untuk menenangkan diri, suara pintu terbuka membuatnya refleks berbalik.Victor berdiri di ambang pintu, tangannya bersandar di kusen, bibirnya tertarik dalam senyum menggoda."Kau melarikan diri begitu saja," katanya dengan nada santai, namun tatapannya penuh intensitas.Ayla mengeraskan ekspresinya. "Kau tidak seharusnya ada di sini, Victor. Ini toilet wanita."Victor mengangkat bahu, melangkah masuk tanpa ragu. "Toilet staf, lebih tepatn
Victor hanya mengangkat bahu, masih dengan senyuman misteriusnya.Acara pun terus berlanjut dengan berbagai segmen, termasuk permainan cepat di mana Victor harus menjawab pertanyaan dalam 10 detik.Namun, sepanjang acara, ada satu hal yang Ayla sadari—Victor tidak hanya bersikap profesional di depan kamera, tetapi juga tahu bagaimana memainkan perannya sebagai bintang.Dan yang lebih menyebalkan lagi, ia tahu betul bagaimana membuat orang lain memperhatikannya. Termasuk Ayla.Setelah sesi tanya jawab utama, Laura tersenyum lebar dan bertepuk tangan."Baiklah, Victor, sekarang kita masuk ke segmen spesial kita, Rapid Fire Questions! Dalam segmen ini, aku akan memberikan pertanyaan cepat, dan kau harus menjawabnya dalam waktu kurang dari 10 detik. Jawaban yang terlalu lama dianggap batal. Siap?"Penonton bersorak, sementara Victor hanya menyesuaikan duduknya dengan santai. "Siap," jawabnya penuh percaya diri."Oke, pertanyaan pertama! Jika kau hanya bisa memilih satu—akting atau menyany
Victor melirik jam di pergelangan tangannya saat keluar dari lokasi pemotretan. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, dan agenda berikutnya sudah menunggunya. Live Talk Show "Celebrity Spotlight" yang disiarkan langsung di salah satu stasiun TV nasional.Begitu ia melangkah ke dalam van yang telah disiapkan untuknya, Ayla sudah lebih dulu duduk di sana, mengecek jadwalnya di tablet."Kita harus langsung ke studio sekarang. Acara dimulai pukul 18.00, dan kau harus sudah berada di ruang makeup setidaknya 30 menit sebelumnya," kata Ayla tanpa menoleh.Victor hanya mengangguk santai. "Aku tahu."Joe, supir mereka, segera menyalakan mesin dan mulai melajukan kendaraan. Sementara itu, Ayla masih fokus membaca catatan di tabletnya."Host talk show kali ini adalah Laura Satria. Kau ingat dia?"Victor menyandarkan kepalanya ke kursi. "Tentu saja. Laura itu blak-blakan dan suka melempar pertanyaan jebakan."Ayla tersenyum tipis. "Makanya, jangan lengah. Mereka pasti akan membahas comeback-mu da
“Taruh di sana!”Begitu memasuki studio, atmosfer langsung terasa sibuk. Para kru berseliweran, mengatur pencahayaan dan memastikan set sudah siap. Seorang stylist menghampiri Victor, menyerahkan kemeja putih longgar yang akan dikenakannya untuk sesi pertama.Ayla berdiri agak ke belakang, memperhatikan semuanya dengan ekspresi tenang. Ini bukan pertama kalinya ia mengurus pemotretan seorang artis, tapi melihat Victor kembali beraksi di depan kamera setelah tiga tahun tetaplah sesuatu yang menarik perhatiannya.Sementara Victor bersiap, seorang wanita dengan gaun hitam ketat mendekatinya. Wajahnya cantik dengan riasan yang menonjolkan fitur tajamnya. Rambut panjangnya digerai, memberi kesan sensual yang sepertinya memang sengaja ditampilkan."Victor, aku partnermu untuk sesi ini," katanya dengan suara lembut, senyum menggoda tergantung di bibirnya.Ayla melirik nama wanita itu di daftar—Clarissa, seorang model papan atas yang terkenal dengan image seksi dan berani.Victor hanya mengan
“Apa-apaan ini, Ryan?!”Ayla mendorong pintu ruang ganti dengan kasar. Engsel pintu berderit keras, hampir copot karena kekuatannya. Suaranya menggema memenuhi ruangan.Di sinilah Ryan Kenzie berada bersama seorang aktris cantik pendatang baru.Pandangan Ayla menatap penampilan Ryan berantakan. Jas hitam Ryan tergeletak di lantai. Kemeja putih yang kusut dan tersingkap, memperlihatkan dada bidang Ryan yang terbuka. Wajahnya tetap santai, seolah tidak melakukan kesalahan apapun.Di pangkuannya, aktris bergaun merah tampak kaget setengah mati. Wajahnya memerah. Ia buru-buru melompat berdiri dan merapikan gaunnya yang jelas berantakan.Ryan menoleh dengan tenang. “Oh? Kau sudah datang?”Suaranya rendah dan malas, penuh percaya diri yang menyebalkan.Ayla hampir kehilangan kata-kata. Napasnya memburu, jemarinya mengepal erat di sisi tubuhnya.“Kau pikir ini lelucon?!” hardik Ayla. Suaranya bergetar menahan amarah.“Kita punya pemotretan penting dalam 15 menit. Tapi, kau di sini ....” Ayla...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments