Share

Chapter 002

last update Last Updated: 2025-03-12 10:15:34

"Ugh!"

Kepalan tangan Ayla mengeras di atas meja bar yang dingin. Kepalanya terasa berat. Bukan karena alkohol, tapi karena emosi yang berkecamuk di dadanya.

Lima tahun Ayla membangun kariernya dari nol. Ia bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah. Tapi dalam satu hari, kariernya jatuh karena seorang pria tidak tahu diri.

Ryan Kenzie.

Bajingan itu bukan hanya menghancurkan kariernya. Tapi juga berhasil menendangnya keluar dari industri entertainment seakan-akan ia tidak pernah ada.

Dan Bianca.

Ayla meremas gelas bourbon lebih erat. Tangannya sedikit gemetar. Matanya terpaku pada layar ponselnya. Ia melihat foto Ryan dan Bianca berdiri di samping CEO Star Vision.

Tentu saja. Mereka sudah merencanakan ini sejak awal.

Ayla terkekeh, tapi bukan karena lucu. Lebih seperti tawa getir seseorang yang baru saja menyadari betapa kejamnya dunia yang selama ini dijalaninya.

Rambut Ayla berantakan, bahkan beberapa helai jatuh menutupi wajahnya yang lelah. Riasan di matanya sedikit luntur. Blazer hitamnya terbuka, menampakkan kemeja sutra putih yang sedikit kusut. Biasanya, ia selalu tampil rapi dan profesional, tapi tidak malam ini.

Tepat saat Ayla hendak meneguk sisa minuman, seseorang menarik kursi di sampingnya.

"Ayla?"

Suara berat itu membuat Ayla menoleh dengan malas.

Ayla mengenal pria itu. Ia adalah Darren Langston yang merupakan CEO MAHA Entertainment.

Darren duduk santai di sampingnya. Kemeja navy di tubuh Darren yang tegap sangat cocok dengan lengan tergulung sampai siku. Tentunya memperlihatkan otot-otot tangan yang terbentuk sempurna. Rahang tegas, dan mata tajam penuh perhitungan, menatap Ayla penuh minat.

Ayla mendengus. "Kalau kau datang untuk menertawakan aku, lebih baik pergi!"

Nada sarkas Ayla terdengar malas. Hubungannya dengan Darren tak pernah baik. Apalagi, Darren adalah sepupu seseorang yang pernah mematahkan hatinya. Meskipun Darren sendiri merupakan orang berpengaruh di industri hiburan.

Darren hanya tersenyum kecil sebelum mengangkat tangannya, memberi isyarat pada bartender.

"Dua scotch."

Ayla memutar matanya. "Aku tidak butuh belas kasihanmu."

"Aku tidak menawarkan belas kasihan," jawab Darren santai. "Aku menawarkan peluang."

Ayla menoleh, menatapnya dengan mata menyipit. "Apa maksudmu?"

Darren menyandarkan punggungnya ke kursi, mengambil gelasnya yang baru saja disajikan.

"Aku ingin kau bekerja denganku."

Ayla terkekeh sumbang. "Kau gila!"

"Tidak juga," Darren membalas dengan tenang. "Aku tahu apa yang terjadi hari ini. Aku juga tahu Ryan Kenzie adalah pria brengsek yang tidak tahu cara menghargai orang yang membuatnya berada di puncak."

Darren menyesap minumannya sebelum melanjutkan, "Aku membutuhkan seseorang yang bisa menangani bintang besar. Seseorang yang punya otak, keberanian, dan keteguhan hati."

Darren menatap Ayla langsung. "Dan aku tahu, kau masih punya banyak kartu untuk dimainkan."

Ayla menatapnya balik, matanya berkilat marah. "Semua kartu sudah diambil dariku."

Darren tersenyum kecil. "Benarkah? Atau kau hanya belum siap untuk membalas?"

Ayla terdiam.

Darren benar-benar tahu cara menekan seseorang. "Apa yang akan kudapat?" tanyanya akhirnya, mencoba tetap terdengar dingin.

Darren menyunggingkan senyum kecil. "Kesempatan untuk menghancurkan Bianca dan Ryan. Ambil kembali posisi yang seharusnya milikmu."

Jantung Ayla berdetak lebih cepat. Tapi juga… terlalu menggoda untuk ditolak.

Tangan Ayla yang masih memegang gelas sedikit mengendur. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Lalu dengan penuh tekad, ia mengangkat gelasnya, menatap Darren dengan mata berbinar.

"Aku tertarik."

Darren tersenyum puas. "Bagus."

Mereka mengangkat gelas masing-masing, menandai awal dari sesuatu yang lebih besar.

Namun sebelum mereka sempat meminumnya, ponsel Ayla bergetar di atas meja. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.

Unknown: Jangan bermimpi, Ayla! Kau tidak akan pernah bisa menang. Kau sudah mati di industri ini. Tapi kalau kau masih ingin bertarung… bersiaplah! Aku akan memastikan kau benar-benar hancur.

Ayla menegang.

Darren yang memperhatikan perubahan ekspresinya, bertanya, "Apa itu?”

"Ancaman," jawab Ayla dengan seringai dingin.

Darren menyesap scotch-nya dengan santai. "Dari siapa?"

Ayla tak menjawab, sibuk mengetik balasan. Setelah menekan tombol kirim, ia menaruh ponselnya kembali di meja. Dan untuk pertama kalinya malam ini, Ayla tersenyum.

Sementara itu, Darren menatap Ayla diam-diam. Kemudian menarik napas pelan.

Tidak ada yang tahu, tapi Ayla bukanlah seseorang yang ia temui secara kebetulan malam ini. Sudah berbulan-bulan ia memperhatikan Ayla dari jauh. Menganalisis pergerakannya dan menunggu saat yang tepat untuk mendekatinya.

Namun, bukan karena alasan sentimental.

Darren memiliki aturan ketat dalam bisnisnya. Darren tidak pernah merekrut seseorang hanya karena permintaan orang lain.

Tapi Victor Noelleーsepupu sekaligus aktor di bawah naungannya yang jarang meminta bantuan siapa pun, secara pribadi datang padanya.

Darren tersenyum saat mengingat kata-kata Victor tentang Ayla hari itu. Tentu saja, Ayla tidak boleh mengetahuinya.

Darren menyeringai kecil, menyesap minumannya lagi. Ayla mungkin berpikir ini adalah awal dari balas dendamnya. Tapi bagi Darren, ini adalah permainan yang lebih besar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 003

    "Tenang, Ayla! Kau bukan orang yang mudah kalah."Ayla menatap pantulan dirinya di dinding kaca gedung megah di depannya. Langit biru pagi terpantul di permukaannya, membuatnya tampak semakin tinggi dan berwibawa.MAHA Entertainment.Nama itu terpampang angkuh di atas pintu masuk utama, seperti pengingat bahwa dunia hiburan tidak pernah tidur. Ini bukan sekadar gedung; ini adalah pusat kekuasaan.Ayla menarik napas panjang, menekan perasaan gugup yang merayap di dadanya.Hari ini, Ayla tidak datang sebagai seseorang yang dipermalukan. Tapi, datang untuk membuktikan bahwa dirinya masih layak berada di dunia ini.Tanpa ragu, Ayla melangkah masuk.Begitu melewati pintu kaca otomatis, atmosfer di dalam langsung berbeda. Jika DxD terasa seperti panggung penuh kepalsuan, di mana semua orang berusaha terlihat lebih bersinar daripada yang lain, maka MAHA Entertainment seperti markas para eksekutif.Efisiensi. Disiplin. Tidak ada yang bekerja setengah hati di sini.Meja resepsionis besar dari

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 004

    Ayla terpaku di tempatnya.Otaknya berusaha menyangkal kenyataan yang ada di depan matanya. Tapi tidak peduli seberapa keras ia mencoba, pria itu tetap berdiri di sana. Nyata. Dengan tubuh tegap, tangan dimasukkan ke saku celana, dan senyum tipis yang terlihat santai, tetapi justru memancarkan kesombongan.Victor Noelle.Pria yang pernah Ayla cintai lebih dari siapa pun. Namun, meninggalkannya di altar tiga tahun lalu tanpa sepatah kata.Jari-jari Ayla mencengkeram lengan kursi begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Detak jantungnya melonjak liar, tetapi ia menolak membiarkan kegelisahannya terlihat. Ayla menelan ludah. Ia mencoba meredam sensasi aneh di perutnya yaitu perpaduan amarah, sakit hati, dan sesuatu yang ia benci untuk akui… ketakutan.Sementara itu, Victor tetap diam, hanya mengamatinya dengan tatapan tajam yang sulit ditebak. Lalu, dengan gerakan santai, ia menyandarkan diri ke meja Darren, seolah situasi ini tidak lebih dari pertemuan bisnis biasa.“Kau terlihat

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 005

    Ayla menatap kontrak di hadapannya dengan rahang mengeras. Jari-jarinya mencengkeram sandaran kursi, mencoba menahan gejolak yang berputar di dadanya.Di seberang meja, Darren dengan santai mendorong berkas itu lebih dekat. Senyum kecilnya menyiratkan kemenangan.“Ini kesepakatannya.”Suara Darren terdengar begitu ringan, seolah yang ditawarkannya bukanlah perangkap yang akan mengikat Ayla. “Gaji tiga kali lipat dari DxD, fasilitas premium, dan kebebasan penuh dalam mengelola klien.”Kedengarannya menggiurkan. Tawaran yang sulit ditolak. Tapi Ayla bukan orang bodoh. Tawaran semewah ini selalu datang dengan harga yang mahal. Dalam hal ini, harganya adalah sesuatu yang paling ia hindari.Tenggorokan Ayla terasa kering. Ia menelan ludah, lalu mendongak, menatap Darren dengan sorot tak percaya sebelum kembali menatap kontrak di hadapannya.Darren mengangkat alis, masih dengan ekspresi percaya diri yang membuat Ayla ingin membalikkan meja.“Kau ragu?”Darren menghela napas dramatis, lalu

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 006

    Ayla tidak ingin berlama-lama di ruangan ini. Setelah menyelesaikan tanda tangannya, ia langsung berdiri, mengambil tasnya, dan melangkah cepat menuju pintu tanpa menoleh ke belakang.Victor mengangkat alis, sudut bibirnya sedikit terangkat saat melihat sikap Ayla yang begitu ingin kabur darinya. Ia tidak terburu-buru, tapi tatapan matanya tetap tertuju pada sosok wanita itu yang semakin menjauh.Darren mengamati keduanya dengan minat. “Jangan terlalu keras padanya, Victor.”Victor hanya tersenyum miring sebelum beranjak dari kursinya. “Aku tidak perlu berusaha. Dia yang selalu melawan.”Tanpa menunggu lebih lama, ia mengikuti Ayla keluar.Sesampainya di depan lift, Ayla menekan tombol lift berulang kali, berharap pintu besi itu segera terbuka. Ia tahu Victor akan menyusulnya, dan ia tidak ingin satu ruangan dengan pria itu lebih lama lagi.Pintu lift berdenting dan terbuka. Ayla pun langsung melangkah masuk. Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup, sebuah tangan besar menahannya.Vic

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 007

    Keheningan di dalam lift begitu pekat hingga Ayla bisa mendengar detak jantungnya sendiri, keras dan tidak beraturan. Napasnya pendek, tersengal, seakan oksigen di dalam ruangan sempit itu menghilang begitu saja.Ia berdiri kaku, punggung menempel pada dinding logam dingin, kedua tangan mengepal erat di sisi tubuhnya.'Tidak, tidak, tidak... Kenapa harus sekarang?'Matanya melirik sekilas ke arah Victor melalui sudut mata. Pria itu berdiri tak jauh darinya, begitu dekat hingga keberadaannya terasa menyesakkan.Aroma kayu cendana bercampur mint dari tubuh Victor menyerbu indranya—aroma yang dulu selalu membuatnya tenang, tetapi kini justru mengaduk-aduk perasaannya. Tangannya mencengkeram ponsel erat, seolah benda kecil itu bisa menjadi jangkar yang menahannya tetap waras.Tiba-tiba, lampu lift berkedip satu kali—sebentar, tetapi cukup membuat jantung Ayla melompat panik. Ia menahan napas, merasa sesak oleh bayangan masa lalu yang berputar tanpa ampun di kepalanya.'Kumohon!'Suara mek

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 008

    Ayla memacu mobilnya tanpa arah yang jelas. Hujan rintik mulai turun, membasahi kaca depan mobilnya, menciptakan pola acak yang segera dihapus oleh sapuan wiper. Napasnya masih belum stabil, pikirannya masih dipenuhi kekacauan setelah pertemuannya dengan Victor.Ia mengeraskan genggaman pada kemudi, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Hanya satu tempat yang terpikir olehnya.Panti Asuhan Melati.Tempat yang dulu selalu menjadi pelariannya. Tempat yang dulu menjadi rumahnya sebelum ia diadopsi oleh pasangan suami istri yang penuh kasih sayang. Orang tua angkatnya telah lama tiada, dan sejak itu, ia jarang kembali ke panti. Namun, malam ini... ia ingin kembali.Ayla menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Namun sebelum menuju ke sana, ia membelokkan mobilnya ke sebuah toko roti di pinggir jalan. Tangannya meraih payung yang tergeletak di kursi penumpang, lalu keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju toko.Bau roti yang baru dipanggang langsung meny

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 009

    Ayla tiba di apartemennya tepat pukul sepuluh malam. Begitu ia membuka pintu, lampu otomatis menyala, menerangi ruangan dengan cahaya putih lembut. Kilatan sinarnya memantul di lantai marmer yang dingin, sementara bayangannya sendiri tampak samar di dinding. Suasana apartemen terasa sunyi, hanya suara langkahnya yang terdengar menggema di dalam ruangan.Tangannya terangkat ke leher, memijat pelan titik-titik tegang yang terasa kaku. Tanpa melepas mantel, ia berjalan menuju pantry. Kulkas terbuka dengan suara desisan halus saat ia menarik pegangan pintunya. Udara dingin menyentuh wajahnya, sementara matanya mencari sesuatu yang bisa sedikit menenangkan pikirannya.Susu vanila.Ayla mengambil botol kaca itu dan menuangkan isinya ke dalam gelas. Aroma manisnya samar-samar menguar, tetapi tidak cukup untuk meredakan gejolak yang masih berkecamuk di dalam dadanya. Ia menghela napas, menatap cairan putih itu sesaat sebelum menggenggam gelas dengan lebih erat.Besok, ia akan bertemu dengan

    Last Updated : 2025-03-21
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 010

    Ayla mengenakan handuk kimono, sementara rambutnya yang masih basah tergulung rapi di balik handuk yang dililit di kepalanya. Ia berjalan keluar dari kamar mandi, udara dingin menyentuh kulitnya, namun ia justru merasa lebih ringan.“Ah, berendam benar-benar efektif,” gumamnya seraya meregangkan tubuh, lalu bersenandung kecil saat langkahnya menuju pantry.Namun, begitu sampai, perutnya tiba-tiba terasa sedikit ngilu. Barulah ia teringat sejak pulang dari panti asuhan sore tadi, ia belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya.Ayla membuka kulkas, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengisi perutnya. Tapi, yang ada hanya botol air mineral, satu kotak susu, dan beberapa bahan makanan yang bahkan ia malas untuk mengolahnya.Ia mendesah pelan. ‘Kenapa aku tidak membeli sesuatu tadi?’“Ah, sudahlah!”Alih-alih memasak, ia mengambil sepotong pizza sisa kemarin, malas untuk repot-repot memanaskannya. Dengan satu tangan membawa pizza dan tangan lainnya menggenggam segelas susu dingin, Ayla du

    Last Updated : 2025-03-22

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 026

    Malam ketiga di vila pinggir pantai Bali terasa hangat meski angin berembus kencang dari laut. Api unggun menyala tenang di tengah lingkaran kursi rotan yang disusun setengah melingkar, memantulkan cahaya oranye ke wajah-wajah yang berseri karena lelah dan tawa. Di sekeliling, lampu-lampu gantung dari bohlam kecil berkedip lembut, menciptakan suasana seperti pesta kecil yang intim.Ayla duduk di antara dua peserta pria, masih mengenakan sweater abu oversized yang menutupi separuh lengannya, dipadukan dengan celana jeans longgar dan sandal rumah. Rambutnya dibiarkan tergerai, beberapa helaian terbang ditiup angin malam, dan matanya yang tajam tak berhenti mengamati sekeliling—kebiasaan seorang produser yang tak bisa diam.Padahal, awalnya ia tak berniat duduk di sana.Namun, karena salah satu peserta perempuan mendadak sakit, produser memintanya untuk bergabung demi meramaikan sesi behind-the-scenes ini. Ice breaking, katanya. Konten lucu-lucuan. Ayla menolak halus, tapi sorotan kamer

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 025

    Senja mulai turun perlahan, mewarnai langit Bali dengan semburat oranye dan ungu yang indah. Cahaya matahari terakhir jatuh tepat di permukaan kolam infinity, memantulkan warna emas yang hangat. Di rooftop vila, makan malam pertama sudah disiapkan. Meja panjang dari kayu jati dihiasi lampu gantung bohemian dan lilin-lilin kecil dalam toples kaca. Aroma ayam bakar, udang panggang, dan sambal matah menyeruak memikat indra.Para peserta mulai mengambil tempat duduk. Tertawa, bersenda gurau, dan sesekali melempar candaan tentang siapa yang bakal dekat dengan siapa. Semua terdengar natural, seperti yang diharapkan kru produksi.Victor duduk di ujung kanan meja, berseberangan dengan Luna yang tampak tak berhenti menatapnya sambil sesekali memulai obrolan ringan. Di sisi kiri Victor, ada kursi kosong.Ayla datang beberapa menit kemudian, membawa tablet kecil dan earpiece yang tergantung di telinganya. Ia tidak berniat ikut makan malam, hanya ingin memastikan bahwa audio dan angle kamera be

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 024

    Beberapa hari setelah pertemuan itu, keputusan akhirnya datang.Victor setuju untuk bergabung di The House of Hearts.Meski awalnya menolak, Victor akhirnya menerima tawaran itu setelah mempertimbangkan dengan matang. Ia setuju dengan syarat: tidak ada skenario palsu, tidak ada pengaturan pasangan, dan Ayla ikut dalam tim produksi sebagai pengawas kreatif—agar ia tahu tidak akan dijebak untuk membuat drama murahan.Keputusan itu membuat Darren lega. Ia segera menghubungi pihak produksi untuk mengatur detail, sementara Ayla, meski ragu, tidak punya pilihan selain menyanggupi.Hari pertama syuting di Bali dimulai dengan angin laut yang lembut berembus, membawa aroma asin yang menyatu dengan hangatnya sinar matahari pagi. Vila besar yang digunakan sebagai lokasi syuting berdiri megah di atas tebing, menghadap langsung ke hamparan Samudera. Bangunannya berarsitektur tropis modern, berdinding kaca dan kayu alami, menampilkan perpaduan antara kemewahan dan kehangatan. Di dalamnya, terdapa

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 023

    Setelah beberapa menit yang terasa menenangkan, Nicko akhirnya pamit. Ia tidak memaksa Ayla untuk bicara banyak, hanya menepuk pelan bahu gadis itu dan meninggalkan sebaris kalimat yang menenangkan sebelum masuk ke dalam mobilnya.Ayla menatap punggung mobil yang menjauh, lalu menarik napas panjang sebelum berbalik. Tubuhnya menggigil sedikit saat kembali menaiki lift dan masuk ke apartemen.Begitu pintu tertutup, keheningan kembali menyelimuti ruangannya. Ayla berjalan pelan ke meja, menatap laptop yang masih menyala, menampilkan foto Victor—cuplikan dari video wawancaranya beberapa tahun lalu, ketika ia baru saja memenangkan penghargaan musik internasional.Ayla menghela napas panjang, duduk dengan lelah di kursinya. Tangannya terulur untuk menutup layar, tapi gerakan itu terhenti saat sebuah notifikasi email muncul di pojok kanan atas.[New Mail - 23:46 | “Tawaran Eksklusif: Reality Show Terbaru Victor Noelle”]Alis Ayla mengernyit, lalu segera membuka email itu.Subject: Tawaran

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 022

    Tiba-tiba ponsel Ayla bergetar, membuatnya menoleh sejenak ke arah benda pipih yang tergeletak di samping laptop. Layarnya menyala, menampilkan satu nama yang membuat napasnya langsung tertahan.Nicko.Ayla memejamkan mata, lalu menghela napas panjang sembari mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Sudah hampir seminggu pria itu tak menghubunginya, dan kini tiba-tiba muncul di layar, seolah tahu bahwa Ayla sedang rapuh.Nicko. Pria yang selama setahun terakhir ini terus mengejarnya dengan cara yang tenang, sabar, dan tak memaksa.Mereka pertama kali bertemu di pemakaman orang tua angkat Ayla. Saat itu, Ayla nyaris pingsan karena kelelahan dan terlalu larut dalam kesedihan. Dan di sanalah Nicko datang—berdiri di antara pelayat, wajahnya tampan dan bersih, dengan kemeja putih yang tergulung hingga siku, tampak sangat kontras dengan latar langit kelabu sore itu.Ternyata, Nicko adalah anak dari sahabat lama Mama Ayla. Ia datang sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk kedua orang tua a

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 021

    "Kau menguntitku?!" dengus Ayla seraya mengusap kasar air matanya. Suaranya masih bergetar karena luapan emosi yang belum sepenuhnya reda.Victor hanya menipiskan bibir, lalu berjalan menuju tepian rooftop. Ia menyandarkan satu tangan ke pagar besi, kemudian merogoh saku jaketnya. Sebatang rokok terselip di jemarinya, putih sempurna dengan ujung sedikit remuk, seakan sudah sering digenggam sebelum akhirnya dinyalakan.Dengan gerakan santai, ia mengambil korek, menggesek roda pemantiknya hingga api kecil berkobar. Cahaya oranye sekejap menerangi wajahnya saat ia menyalakan rokok itu, lalu mengisapnya dalam-dalam sebelum meniupkan asap tipis ke udara malam."Aku tidak mengikutimu," jawabnya santai tanpa sekalipun melirik Ayla.Ayla menghapus air matanya dengan kasar, menahan geram yang kembali muncul. Tatapannya menyipit penuh jijik begitu melihat Victor merokok dengan begitu alami.Sejak kapan dia jadi seperti itu?Dulu, Victor paling tidak tahan dengan asap. Entah itu rokok, dupa, at

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 020

    Ayla berjalan cepat menuju toilet staf, berharap bisa menenangkan diri. Jantungnya masih berdebar tidak karuan setelah kejadian di panggung tadi."Brengsek," gumamnya pelan.Kenapa Victor selalu tahu cara menarik perhatiannya? Kenapa pria itu bertindak seolah-olah tidak pernah ada luka yang ia tinggalkan?Begitu sampai di toilet, Ayla menyandarkan diri ke wastafel, menatap bayangannya di cermin. Wajahnya masih sedikit memerah. Entah karena marah atau efek dari sorotan Victor yang begitu dalam saat bernyanyi tadi.Namun, sebelum sempat menarik napas untuk menenangkan diri, suara pintu terbuka membuatnya refleks berbalik.Victor berdiri di ambang pintu, tangannya bersandar di kusen, bibirnya tertarik dalam senyum menggoda."Kau melarikan diri begitu saja," katanya dengan nada santai, namun tatapannya penuh intensitas.Ayla mengeraskan ekspresinya. "Kau tidak seharusnya ada di sini, Victor. Ini toilet wanita."Victor mengangkat bahu, melangkah masuk tanpa ragu. "Toilet staf, lebih tepatn

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 019

    Victor hanya mengangkat bahu, masih dengan senyuman misteriusnya.Acara pun terus berlanjut dengan berbagai segmen, termasuk permainan cepat di mana Victor harus menjawab pertanyaan dalam 10 detik.Namun, sepanjang acara, ada satu hal yang Ayla sadari—Victor tidak hanya bersikap profesional di depan kamera, tetapi juga tahu bagaimana memainkan perannya sebagai bintang.Dan yang lebih menyebalkan lagi, ia tahu betul bagaimana membuat orang lain memperhatikannya. Termasuk Ayla.Setelah sesi tanya jawab utama, Laura tersenyum lebar dan bertepuk tangan."Baiklah, Victor, sekarang kita masuk ke segmen spesial kita, Rapid Fire Questions! Dalam segmen ini, aku akan memberikan pertanyaan cepat, dan kau harus menjawabnya dalam waktu kurang dari 10 detik. Jawaban yang terlalu lama dianggap batal. Siap?"Penonton bersorak, sementara Victor hanya menyesuaikan duduknya dengan santai. "Siap," jawabnya penuh percaya diri."Oke, pertanyaan pertama! Jika kau hanya bisa memilih satu—akting atau menyany

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 018

    Victor melirik jam di pergelangan tangannya saat keluar dari lokasi pemotretan. Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, dan agenda berikutnya sudah menunggunya. Live Talk Show "Celebrity Spotlight" yang disiarkan langsung di salah satu stasiun TV nasional.Begitu ia melangkah ke dalam van yang telah disiapkan untuknya, Ayla sudah lebih dulu duduk di sana, mengecek jadwalnya di tablet."Kita harus langsung ke studio sekarang. Acara dimulai pukul 18.00, dan kau harus sudah berada di ruang makeup setidaknya 30 menit sebelumnya," kata Ayla tanpa menoleh.Victor hanya mengangguk santai. "Aku tahu."Joe, supir mereka, segera menyalakan mesin dan mulai melajukan kendaraan. Sementara itu, Ayla masih fokus membaca catatan di tabletnya."Host talk show kali ini adalah Laura Satria. Kau ingat dia?"Victor menyandarkan kepalanya ke kursi. "Tentu saja. Laura itu blak-blakan dan suka melempar pertanyaan jebakan."Ayla tersenyum tipis. "Makanya, jangan lengah. Mereka pasti akan membahas comeback-mu da

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status