Share

Chapter 006

last update Last Updated: 2025-03-12 10:17:56

Ayla tidak ingin berlama-lama di ruangan ini. Setelah menyelesaikan tanda tangannya, ia langsung berdiri, mengambil tasnya, dan melangkah cepat menuju pintu tanpa menoleh ke belakang.

Victor mengangkat alis, sudut bibirnya sedikit terangkat saat melihat sikap Ayla yang begitu ingin kabur darinya. Ia tidak terburu-buru, tapi tatapan matanya tetap tertuju pada sosok wanita itu yang semakin menjauh.

Darren mengamati keduanya dengan minat. “Jangan terlalu keras padanya, Victor.”

Victor hanya tersenyum miring sebelum beranjak dari kursinya. “Aku tidak perlu berusaha. Dia yang selalu melawan.”

Tanpa menunggu lebih lama, ia mengikuti Ayla keluar.

Sesampainya di depan lift, Ayla menekan tombol lift berulang kali, berharap pintu besi itu segera terbuka. Ia tahu Victor akan menyusulnya, dan ia tidak ingin satu ruangan dengan pria itu lebih lama lagi.

Pintu lift berdenting dan terbuka. Ayla pun langsung melangkah masuk. Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup, sebuah tangan besar menahannya.

Victor.

Sial.

Ia masuk dengan santai, membiarkan pintu menutup di belakang mereka, mengunci mereka dalam ruang sempit itu.

“Kenapa buru-buru?” tanyanya ringan, suaranya rendah dan dalam, tapi ada sesuatu di balik nada itu yang membuat Ayla semakin waspada.

Ayla menghembuskan napas tajam. “Aku tidak punya alasan untuk berlama-lama di tempat yang sama denganmu.”

Victor tertawa kecil. “Oh? Kupikir kau baru saja menandatangani kontrak untuk selalu ada di dekatku.”

Ayla mengeratkan genggamannya pada tali tasnya, menahan dorongan untuk menghantamkan sesuatu ke kepala pria itu.

Lift mulai bergerak turun. Suasana sunyi menyelimuti, hanya ada suara pelan dari mesin di atas mereka. Sementara Victor bersandar pada dinding lift, memperhatikannya tanpa malu-malu.

“Kau tidak bertanya kenapa aku memilihmu?”

Ayla menoleh tajam. “Aku tidak peduli.”

Victor tersenyum kecil, matanya berkilat. “Aku tidak percaya itu.”

Ayla ingin membalas, tetapi tiba-tiba, lampu lift berkedip. Seketika, lift berguncang keras, membuat Ayla hampir kehilangan keseimbangan. Alarm berbunyi nyaring, lalu—

Lift berhenti.

Lampu berubah redup, hanya menyisakan cahaya darurat yang berpendar lemah. Dada Ayla mencelos. Ia menekan tombol darurat berulang kali, tapi tidak ada respons.

“Jangan panik,” suara Victor terdengar stabil, meskipun ia sendiri kini berdiri tegak, wajahnya lebih serius.

Ayla menatapnya tajam. “Jangan panik? Serius? Kita terjebak di lift!”

Victor mengangkat bahu. “Kita tidak akan lama di sini.”

Ayla menekan tombol interkom, berharap ada teknisi yang merespons. Tetapi sebelum ada jawaban, lift berguncang sekali lagi—lebih keras kali ini.

Refleks, Ayla tersandung ke belakang. Dalam sepersekian detik, tangan Victor menangkapnya, menariknya ke dalam genggamannya. Dada Ayla nyaris bertemu dengan dadanya.

Jantungnya berdebar lebih cepat—bukan karena lift yang macet, tetapi karena kedekatan ini. Ia segera mendorong Victor menjauh, tetapi pria itu tidak melepaskan tangannya.

“Apa yang kau lakukan?” desis Ayla, matanya menyalang.

Victor menatapnya, masih menggenggam pergelangan tangannya erat. “Menyelamatkanmu.”

Ayla menghela napas kasar, mencoba menarik tangannya, tapi genggaman Victor terlalu kuat. “Lepaskan.”

Victor menatapnya sesaat sebelum akhirnya melepaskan cengkeramannya perlahan. “Kau baik-baik saja?”

Ayla mendengus. “Aku akan lebih baik jika kita keluar dari sini.”

Lift berguncang lagi, kali ini lebih kecil. Beberapa detik kemudian, suara dari interkom akhirnya terdengar.

“Maaf atas gangguannya. Ada sedikit gangguan teknis, tetapi lift akan kembali beroperasi dalam beberapa menit.”

Ayla menghembuskan napas lega, tetapi ketika ia melirik ke samping, ia mendapati Victor masih menatapnya.

“Kenapa menatapku seperti itu?” geramnya.

Victor menurunkan suaranya, nyaris seperti bisikan. “Tidak, hanya kau masih terlihat sama.”

Sebuah ketegangan baru mengisi ruang sempit di antara mereka, lebih pekat daripada sekadar lift yang rusak. Dan Ayla sadar, terjebak dalam lift ini bersama Victor adalah awal dari masalah yang lebih besar.

“Tentang tiga tahun lalu, aku—”

“Stop!” Ayla langsung memotong sebelum Victor sempat menyelesaikan kalimatnya.

Tatapannya tajam, penuh ketegasan. “Apa pun yang ingin kau katakan, aku tidak tertarik. Itu masa lalu.”

Ayla menarik napas dalam, berusaha menjaga nada suaranya tetap stabil. “Sekarang, kau dan aku tidak ada hubungan apa pun selain manajer dan talent.”

Victor menatapnya dalam diam, ekspresinya sulit ditebak. Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya ia menipiskan bibir, matanya berkilat samar—entah karena frustrasi atau sesuatu yang lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sri Wati
next, aku tunggu kelanjutannya
goodnovel comment avatar
Sri Wati
aku suka banget dengan karakter ayla
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 007

    Keheningan di dalam lift begitu pekat hingga Ayla bisa mendengar detak jantungnya sendiri, keras dan tidak beraturan. Napasnya pendek, tersengal, seakan oksigen di dalam ruangan sempit itu menghilang begitu saja.Ia berdiri kaku, punggung menempel pada dinding logam dingin, kedua tangan mengepal erat di sisi tubuhnya.'Tidak, tidak, tidak... Kenapa harus sekarang?'Matanya melirik sekilas ke arah Victor melalui sudut mata. Pria itu berdiri tak jauh darinya, begitu dekat hingga keberadaannya terasa menyesakkan.Aroma kayu cendana bercampur mint dari tubuh Victor menyerbu indranya—aroma yang dulu selalu membuatnya tenang, tetapi kini justru mengaduk-aduk perasaannya. Tangannya mencengkeram ponsel erat, seolah benda kecil itu bisa menjadi jangkar yang menahannya tetap waras.Tiba-tiba, lampu lift berkedip satu kali—sebentar, tetapi cukup membuat jantung Ayla melompat panik. Ia menahan napas, merasa sesak oleh bayangan masa lalu yang berputar tanpa ampun di kepalanya.'Kumohon!'Suara mek

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 008

    Ayla memacu mobilnya tanpa arah yang jelas. Hujan rintik mulai turun, membasahi kaca depan mobilnya, menciptakan pola acak yang segera dihapus oleh sapuan wiper. Napasnya masih belum stabil, pikirannya masih dipenuhi kekacauan setelah pertemuannya dengan Victor.Ia mengeraskan genggaman pada kemudi, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Hanya satu tempat yang terpikir olehnya.Panti Asuhan Melati.Tempat yang dulu selalu menjadi pelariannya. Tempat yang dulu menjadi rumahnya sebelum ia diadopsi oleh pasangan suami istri yang penuh kasih sayang. Orang tua angkatnya telah lama tiada, dan sejak itu, ia jarang kembali ke panti. Namun, malam ini... ia ingin kembali.Ayla menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Namun sebelum menuju ke sana, ia membelokkan mobilnya ke sebuah toko roti di pinggir jalan. Tangannya meraih payung yang tergeletak di kursi penumpang, lalu keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju toko.Bau roti yang baru dipanggang langsung meny

    Last Updated : 2025-03-12
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 009

    Ayla tiba di apartemennya tepat pukul sepuluh malam. Begitu ia membuka pintu, lampu otomatis menyala, menerangi ruangan dengan cahaya putih lembut. Kilatan sinarnya memantul di lantai marmer yang dingin, sementara bayangannya sendiri tampak samar di dinding. Suasana apartemen terasa sunyi, hanya suara langkahnya yang terdengar menggema di dalam ruangan.Tangannya terangkat ke leher, memijat pelan titik-titik tegang yang terasa kaku. Tanpa melepas mantel, ia berjalan menuju pantry. Kulkas terbuka dengan suara desisan halus saat ia menarik pegangan pintunya. Udara dingin menyentuh wajahnya, sementara matanya mencari sesuatu yang bisa sedikit menenangkan pikirannya.Susu vanila.Ayla mengambil botol kaca itu dan menuangkan isinya ke dalam gelas. Aroma manisnya samar-samar menguar, tetapi tidak cukup untuk meredakan gejolak yang masih berkecamuk di dalam dadanya. Ia menghela napas, menatap cairan putih itu sesaat sebelum menggenggam gelas dengan lebih erat.Besok, ia akan bertemu dengan

    Last Updated : 2025-03-21
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 010

    Ayla mengenakan handuk kimono, sementara rambutnya yang masih basah tergulung rapi di balik handuk yang dililit di kepalanya. Ia berjalan keluar dari kamar mandi, udara dingin menyentuh kulitnya, namun ia justru merasa lebih ringan.“Ah, berendam benar-benar efektif,” gumamnya seraya meregangkan tubuh, lalu bersenandung kecil saat langkahnya menuju pantry.Namun, begitu sampai, perutnya tiba-tiba terasa sedikit ngilu. Barulah ia teringat sejak pulang dari panti asuhan sore tadi, ia belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya.Ayla membuka kulkas, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengisi perutnya. Tapi, yang ada hanya botol air mineral, satu kotak susu, dan beberapa bahan makanan yang bahkan ia malas untuk mengolahnya.Ia mendesah pelan. ‘Kenapa aku tidak membeli sesuatu tadi?’“Ah, sudahlah!”Alih-alih memasak, ia mengambil sepotong pizza sisa kemarin, malas untuk repot-repot memanaskannya. Dengan satu tangan membawa pizza dan tangan lainnya menggenggam segelas susu dingin, Ayla du

    Last Updated : 2025-03-22
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 011

    Tiiit! Tiiit! Tiiit!Bunyi alarm bergema tajam, menembus keheningan pagi dengan irama yang memekakkan telinga. Suara itu menusuk kesadarannya, semakin lama semakin nyaring, memaksa Ayla untuk bangun dari alam mimpinya.Ayla tersentak, terduduk dengan napas memburu dan jantung berdegup tak karuan. Tubuhnya terasa panas, keringat dingin mengalir di pelipis dan tengkuknya. Tangannya mengepal erat seprai, mencoba menenangkan diri dari debaran yang masih tersisa."Apa itu tadi?" gumamnya, suaranya terdengar serak dan penuh ketidakpercayaan.Seketika, ingatan dari mimpinya menyeruak ke permukaan. Gambaran bibir yang menyatu, desakan tubuh, napas yang memburu, semuanya terasa begitu nyata.Mata Ayla membulat sempurna. "Aku mimpi berciuman panas dengan Victor?!" serunya.Setengah berbisik, setengah berteriak, seolah ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah ilusi tidur. Tangannya langsung menampar pipinya sendiri, mencoba mengusir efek mimpi aneh yang baru saja dialaminya. "Astaga,

    Last Updated : 2025-03-22
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 012

    “Fokus, Ayla!” gumamnya, mencoba menyemangati diri sendiri.Ia menarik napas panjang, menahannya sejenak, lalu menghembuskannya perlahan. Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan sempurna, Ayla tidak langsung turun. Jemarinya mencengkeram kemudi dengan kuat, matanya terpejam beberapa detik, mencoba menenangkan debaran jantung yang terasa sedikit tidak normal akibat mimpi semalam. Setelah merasa cukup siap, barulah ia keluar.Namun, alih-alih berjalan santai seperti biasa, Ayla malah mengendap-endap bak maling yang takut ketahuan."Aman," bisiknya pelan.Baru saja ia hendak berlari kecil menuju lift basement, suara seseorang tiba-tiba menyapanya."Selamat pagi, manajer baru."Ayla hampir berteriak, tetapi refleksnya lebih cepat. Ia langsung menutup mulut dengan kedua tangan, matanya membelalak kaget.Victor, yang berdiri tidak jauh darinya, menaikkan sebelah alis. Melihat reaksi aneh itu, ia malah semakin mendekat, menundukkan sedikit badannya hingga sejajar dengan wajah Ayla. Tata

    Last Updated : 2025-03-23
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 013

    Setelah memastikan semua jadwal berjalan sesuai rencana, Ayla kemudian membawa Victor ke studio rekaman untuk latihan dan rekaman OST drama barunya. Studio itu terletak di gedung yang cukup besar, dengan ruang kedap suara yang dilengkapi peralatan canggih. Begitu mereka tiba, seorang produser musik menyambut mereka dengan ramah. "Victor, kau akhirnya datang! Kami sudah menunggu."Victor tersenyum santai. "Tentu saja, aku selalu tepat waktu," ujarnya, melirik sekilas Ayla yang hanya melipat tangan di dada."Ayo, kita langsung mulai. Kau sudah dengar demonya, kan? Ini lagu utama untuk dramamu yang berjudul Falling Into You," jelas sang produser sambil menyodorkan headphone ke Victor.Victor mengambilnya dan melirik Ayla sebelum masuk ke ruang rekaman. "Dengar baik-baik, Manager. Kau akan terpukau dengan suaraku."Ayla hanya menghela napas. "Cepat masuk dan jangan banyak bicara."Victor masuk ke dalam booth rekaman, mengenakan headphone, dan berdiri di depan mikrofon besar. Di depannya

    Last Updated : 2025-03-24
  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 014

    Ayla membawa Victor ke ruang latihan untuk sesi reading script film terbarunya. Ruangan itu cukup luas dengan meja panjang di tengah, dikelilingi beberapa kursi. Sejumlah naskah tertumpuk rapi di meja, sementara beberapa kru sibuk berdiskusi.Begitu Victor dan Ayla tiba, seorang pria paruh baya dengan kemeja kasual langsung menyambut mereka."Victor! Bagus, kau datang tepat waktu. Kita akan mulai dalam beberapa menit."Victor tersenyum santai. "Tentu saja, aku profesional."Ayla hanya mendengus pelan, sementara pria itu—sutradara film ini—menoleh ke arahnya."Kau pasti Ayla, manajer barunya. Aku Edo, sutradara proyek ini. Senang bertemu denganmu."Ayla menjabat tangan pria itu dengan sopan. "Senang bertemu dengan Anda juga, Pak Edo."Belum sempat mereka lanjut berbincang, pintu ruangan kembali terbuka, dan seorang gadis muda melangkah masuk.Dia adalah Reina Callista, aktris pendatang baru yang sedang naik daun. Usianya sekitar 22 tahun, dengan rambut panjang bergelombang berwarna co

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 029

    Malam semakin larut. Langit di atas taman kecil itu dihiasi kerlip bintang yang berserakan seperti pecahan perak. Lampu-lampu taman remang, menyisakan siluet lembut wajah Ayla yang disinari cahaya hangat dari dapur belakang.Kenzo duduk menemani di samping Ayla, tidak terlalu dekat, tapi cukup untuk merasakan hawa tubuh Ayla yang perlahan mulai rileks. Kaleng soda di tangannya sudah tinggal setengah, tetapi tak satu pun dari mereka berbicara lagi. Hening yang nyaman menggantikan semua kegaduhan hari itu.Ayla memejamkan mata sejenak, membiarkan angin menyapu rambutnya. Kenzo mengamatinya diam-diam, garis rahang yang tegas namun lembut, bibir yang sedikit basah oleh soda, dan mata yang sendu. Seolah menyimpan terlalu banyak luka.“Lucu, ya...” suara Kenzo pelan, seperti bisikan. “Kita berdua duduk di sini, padahal tadi siang hampir gak saling bicara.”Ayla membuka mata. Menoleh perlahan.“Lucu?” tanyanya balik.“Iya,” Kenzo tersenyum tipis. “Kadang kamu gak perlu waktu lama buat tahu

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 028

    Langit Bali diselimuti bintang, angin laut berhembus lembut ke arah lounge rooftop tempat para peserta dan kru bersantai. Musik dari speaker kecil mengalun pelan, diselingi tawa-tawa ringan dan bunyi gelas bersentuhan. Beberapa minuman beralkohol beredar di meja, tidak banyak, hanya sekadar pemecah dingin malam.Ayla baru saja menyelesaikan review rekaman hari itu ketika ia naik ke atas untuk mengecek keadaan. Rambutnya diikat setengah, mata lelah tapi tetap awas. Ia tidak berniat tinggal lama, hanya memastikan semuanya terkendali, lalu kembali ke kamarnya.Tapi seseorang memanggilnya.“Ey, Ayla.”Suara itu serak. Dalam.Victor.Ia duduk sendirian di ujung sofa, satu botol bir setengah kosong di tangan. Tatapannya kosong menatap lautan malam, tapi ketika Ayla menoleh, sorot itu langsung menancap padanya.“Kau ngapain masih di sini?” tanya Ayla, berdiri agak jauh, menjaga jarak.Victor tersenyum miring, lalu meneguk minumannya. “Mungkin... menunggu kau datang.”Ayla menghela napas. “V

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 027

    Setelah sesi di api unggun selesai dan para peserta satu per satu kembali ke vila, Ayla memilih untuk tetap tinggal di pantai. Cahaya bulan memantul di permukaan laut, menciptakan riak berkilauan yang indah dan sendu. Sepi perlahan menyelimuti, hanya suara ombak dan desir angin yang menemani. Ia berdiri dengan tangan dimasukkan ke dalam saku sweater, memandang ke cakrawala seolah mencari sesuatu yang tak akan pernah benar-benar bisa ia temukan.Langkah kaki terdengar dari arah belakang. Ayla menoleh perlahan.Kenzo.Ia datang tanpa suara, mengenakan jaket parasut tipis dan celana santai, rambutnya sedikit acak karena angin, wajahnya separuh gelap karena cahaya bulan yang tidak merata. Ia berhenti di samping Ayla, tak terlalu dekat, tapi cukup untuk membiarkan keheningan tumbuh nyaman di antara mereka.“Aku nggak nyangka kamu beneran jawab pertanyaanku tadi,” ujar Kenzo, suaranya pelan, seolah takut mengusik malam.Ayla tidak langsung membalas. Ia hanya menarik napas dalam dan membia

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 026

    Malam ketiga di vila pinggir pantai Bali terasa hangat meski angin berembus kencang dari laut. Api unggun menyala tenang di tengah lingkaran kursi rotan yang disusun setengah melingkar, memantulkan cahaya oranye ke wajah-wajah yang berseri karena lelah dan tawa. Di sekeliling, lampu-lampu gantung dari bohlam kecil berkedip lembut, menciptakan suasana seperti pesta kecil yang intim.Ayla duduk di antara dua peserta pria, masih mengenakan sweater abu oversized yang menutupi separuh lengannya, dipadukan dengan celana jeans longgar dan sandal rumah. Rambutnya dibiarkan tergerai, beberapa helaian terbang ditiup angin malam, dan matanya yang tajam tak berhenti mengamati sekeliling—kebiasaan seorang produser yang tak bisa diam.Padahal, awalnya ia tak berniat duduk di sana.Namun, karena salah satu peserta perempuan mendadak sakit, produser memintanya untuk bergabung demi meramaikan sesi behind-the-scenes ini. Ice breaking, katanya. Konten lucu-lucuan. Ayla menolak halus, tapi sorotan kamer

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 025

    Senja mulai turun perlahan, mewarnai langit Bali dengan semburat oranye dan ungu yang indah. Cahaya matahari terakhir jatuh tepat di permukaan kolam infinity, memantulkan warna emas yang hangat. Di rooftop vila, makan malam pertama sudah disiapkan. Meja panjang dari kayu jati dihiasi lampu gantung bohemian dan lilin-lilin kecil dalam toples kaca. Aroma ayam bakar, udang panggang, dan sambal matah menyeruak memikat indra.Para peserta mulai mengambil tempat duduk. Tertawa, bersenda gurau, dan sesekali melempar candaan tentang siapa yang bakal dekat dengan siapa. Semua terdengar natural, seperti yang diharapkan kru produksi.Victor duduk di ujung kanan meja, berseberangan dengan Luna yang tampak tak berhenti menatapnya sambil sesekali memulai obrolan ringan. Di sisi kiri Victor, ada kursi kosong.Ayla datang beberapa menit kemudian, membawa tablet kecil dan earpiece yang tergantung di telinganya. Ia tidak berniat ikut makan malam, hanya ingin memastikan bahwa audio dan angle kamera be

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 024

    Beberapa hari setelah pertemuan itu, keputusan akhirnya datang.Victor setuju untuk bergabung di The House of Hearts.Meski awalnya menolak, Victor akhirnya menerima tawaran itu setelah mempertimbangkan dengan matang. Ia setuju dengan syarat: tidak ada skenario palsu, tidak ada pengaturan pasangan, dan Ayla ikut dalam tim produksi sebagai pengawas kreatif—agar ia tahu tidak akan dijebak untuk membuat drama murahan.Keputusan itu membuat Darren lega. Ia segera menghubungi pihak produksi untuk mengatur detail, sementara Ayla, meski ragu, tidak punya pilihan selain menyanggupi.Hari pertama syuting di Bali dimulai dengan angin laut yang lembut berembus, membawa aroma asin yang menyatu dengan hangatnya sinar matahari pagi. Vila besar yang digunakan sebagai lokasi syuting berdiri megah di atas tebing, menghadap langsung ke hamparan Samudera. Bangunannya berarsitektur tropis modern, berdinding kaca dan kayu alami, menampilkan perpaduan antara kemewahan dan kehangatan. Di dalamnya, terdapa

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 023

    Setelah beberapa menit yang terasa menenangkan, Nicko akhirnya pamit. Ia tidak memaksa Ayla untuk bicara banyak, hanya menepuk pelan bahu gadis itu dan meninggalkan sebaris kalimat yang menenangkan sebelum masuk ke dalam mobilnya.Ayla menatap punggung mobil yang menjauh, lalu menarik napas panjang sebelum berbalik. Tubuhnya menggigil sedikit saat kembali menaiki lift dan masuk ke apartemen.Begitu pintu tertutup, keheningan kembali menyelimuti ruangannya. Ayla berjalan pelan ke meja, menatap laptop yang masih menyala, menampilkan foto Victor—cuplikan dari video wawancaranya beberapa tahun lalu, ketika ia baru saja memenangkan penghargaan musik internasional.Ayla menghela napas panjang, duduk dengan lelah di kursinya. Tangannya terulur untuk menutup layar, tapi gerakan itu terhenti saat sebuah notifikasi email muncul di pojok kanan atas.[New Mail - 23:46 | “Tawaran Eksklusif: Reality Show Terbaru Victor Noelle”]Alis Ayla mengernyit, lalu segera membuka email itu.Subject: Tawaran

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 022

    Tiba-tiba ponsel Ayla bergetar, membuatnya menoleh sejenak ke arah benda pipih yang tergeletak di samping laptop. Layarnya menyala, menampilkan satu nama yang membuat napasnya langsung tertahan.Nicko.Ayla memejamkan mata, lalu menghela napas panjang sembari mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Sudah hampir seminggu pria itu tak menghubunginya, dan kini tiba-tiba muncul di layar, seolah tahu bahwa Ayla sedang rapuh.Nicko. Pria yang selama setahun terakhir ini terus mengejarnya dengan cara yang tenang, sabar, dan tak memaksa.Mereka pertama kali bertemu di pemakaman orang tua angkat Ayla. Saat itu, Ayla nyaris pingsan karena kelelahan dan terlalu larut dalam kesedihan. Dan di sanalah Nicko datang—berdiri di antara pelayat, wajahnya tampan dan bersih, dengan kemeja putih yang tergulung hingga siku, tampak sangat kontras dengan latar langit kelabu sore itu.Ternyata, Nicko adalah anak dari sahabat lama Mama Ayla. Ia datang sebagai bentuk penghormatan terakhir untuk kedua orang tua a

  • Hasrat Terlarang Sang Idol   Chapter 021

    "Kau menguntitku?!" dengus Ayla seraya mengusap kasar air matanya. Suaranya masih bergetar karena luapan emosi yang belum sepenuhnya reda.Victor hanya menipiskan bibir, lalu berjalan menuju tepian rooftop. Ia menyandarkan satu tangan ke pagar besi, kemudian merogoh saku jaketnya. Sebatang rokok terselip di jemarinya, putih sempurna dengan ujung sedikit remuk, seakan sudah sering digenggam sebelum akhirnya dinyalakan.Dengan gerakan santai, ia mengambil korek, menggesek roda pemantiknya hingga api kecil berkobar. Cahaya oranye sekejap menerangi wajahnya saat ia menyalakan rokok itu, lalu mengisapnya dalam-dalam sebelum meniupkan asap tipis ke udara malam."Aku tidak mengikutimu," jawabnya santai tanpa sekalipun melirik Ayla.Ayla menghapus air matanya dengan kasar, menahan geram yang kembali muncul. Tatapannya menyipit penuh jijik begitu melihat Victor merokok dengan begitu alami.Sejak kapan dia jadi seperti itu?Dulu, Victor paling tidak tahan dengan asap. Entah itu rokok, dupa, at

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status