Home / Romansa / Hasrat Terlarang Sang Idol / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Hasrat Terlarang Sang Idol: Chapter 1 - Chapter 10

11 Chapters

Chapter 001

“Apa-apaan ini, Ryan?!”Ayla mendorong pintu ruang ganti dengan kasar. Engsel pintu berderit keras, hampir copot karena kekuatannya. Suaranya menggema memenuhi ruangan.Di sinilah Ryan Kenzie berada bersama seorang aktris cantik pendatang baru.Pandangan Ayla menatap penampilan Ryan berantakan. Jas hitam Ryan tergeletak di lantai. Kemeja putih yang kusut dan tersingkap, memperlihatkan dada bidang Ryan yang terbuka. Wajahnya tetap santai, seolah tidak melakukan kesalahan apapun.Di pangkuannya, aktris bergaun merah tampak kaget setengah mati. Wajahnya memerah. Ia buru-buru melompat berdiri dan merapikan gaunnya yang jelas berantakan.Ryan menoleh dengan tenang. “Oh? Kau sudah datang?”Suaranya rendah dan malas, penuh percaya diri yang menyebalkan.Ayla hampir kehilangan kata-kata. Napasnya memburu, jemarinya mengepal erat di sisi tubuhnya.“Kau pikir ini lelucon?!” hardik Ayla. Suaranya bergetar menahan amarah.“Kita punya pemotretan penting dalam 15 menit. Tapi, kau di sini ....” Ayla
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 002

"Ugh!"Kepalan tangan Ayla mengeras di atas meja bar yang dingin. Kepalanya terasa berat. Bukan karena alkohol, tapi karena emosi yang berkecamuk di dadanya.Lima tahun Ayla membangun kariernya dari nol. Ia bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah. Tapi dalam satu hari, kariernya jatuh karena seorang pria tidak tahu diri. Ryan Kenzie.Bajingan itu bukan hanya menghancurkan kariernya. Tapi juga berhasil menendangnya keluar dari industri entertainment seakan-akan ia tidak pernah ada.Dan Bianca.Ayla meremas gelas bourbon lebih erat. Tangannya sedikit gemetar. Matanya terpaku pada layar ponselnya. Ia melihat foto Ryan dan Bianca berdiri di samping CEO Star Vision.Tentu saja. Mereka sudah merencanakan ini sejak awal.Ayla terkekeh, tapi bukan karena lucu. Lebih seperti tawa getir seseorang yang baru saja menyadari betapa kejamnya dunia yang selama ini dijalaninya.Rambut Ayla berantakan, bahkan beberapa helai jatuh menutupi wajahnya yang lelah. Riasan di matanya sedikit luntur. Bla
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 003

"Tenang, Ayla! Kau bukan orang yang mudah kalah."Ayla menatap pantulan dirinya di dinding kaca gedung megah di depannya. Langit biru pagi terpantul di permukaannya, membuatnya tampak semakin tinggi dan berwibawa.MAHA Entertainment.Nama itu terpampang angkuh di atas pintu masuk utama, seperti pengingat bahwa dunia hiburan tidak pernah tidur. Ini bukan sekadar gedung; ini adalah pusat kekuasaan.Ayla menarik napas panjang, menekan perasaan gugup yang merayap di dadanya.Hari ini, Ayla tidak datang sebagai seseorang yang dipermalukan. Tapi, datang untuk membuktikan bahwa dirinya masih layak berada di dunia ini.Tanpa ragu, Ayla melangkah masuk.Begitu melewati pintu kaca otomatis, atmosfer di dalam langsung berbeda. Jika DxD terasa seperti panggung penuh kepalsuan, di mana semua orang berusaha terlihat lebih bersinar daripada yang lain, maka MAHA Entertainment seperti markas para eksekutif.Efisiensi. Disiplin. Tidak ada yang bekerja setengah hati di sini.Meja resepsionis besar dari
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 004

Ayla terpaku di tempatnya.Otaknya berusaha menyangkal kenyataan yang ada di depan matanya. Tapi tidak peduli seberapa keras ia mencoba, pria itu tetap berdiri di sana. Nyata. Dengan tubuh tegap, tangan dimasukkan ke saku celana, dan senyum tipis yang terlihat santai, tetapi justru memancarkan kesombongan.Victor Noelle.Pria yang pernah Ayla cintai lebih dari siapa pun. Namun, meninggalkannya di altar tiga tahun lalu tanpa sepatah kata.Jari-jari Ayla mencengkeram lengan kursi begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Detak jantungnya melonjak liar, tetapi ia menolak membiarkan kegelisahannya terlihat. Ayla menelan ludah. Ia mencoba meredam sensasi aneh di perutnya yaitu perpaduan amarah, sakit hati, dan sesuatu yang ia benci untuk akui… ketakutan.Sementara itu, Victor tetap diam, hanya mengamatinya dengan tatapan tajam yang sulit ditebak. Lalu, dengan gerakan santai, ia menyandarkan diri ke meja Darren, seolah situasi ini tidak lebih dari pertemuan bisnis biasa.“Kau terlihat
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 005

Ayla menatap kontrak di hadapannya dengan rahang mengeras. Jari-jarinya mencengkeram sandaran kursi, mencoba menahan gejolak yang berputar di dadanya.Di seberang meja, Darren dengan santai mendorong berkas itu lebih dekat. Senyum kecilnya menyiratkan kemenangan.“Ini kesepakatannya.”Suara Darren terdengar begitu ringan, seolah yang ditawarkannya bukanlah perangkap yang akan mengikat Ayla. “Gaji tiga kali lipat dari DxD, fasilitas premium, dan kebebasan penuh dalam mengelola klien.”Kedengarannya menggiurkan. Tawaran yang sulit ditolak. Tapi Ayla bukan orang bodoh. Tawaran semewah ini selalu datang dengan harga yang mahal. Dalam hal ini, harganya adalah sesuatu yang paling ia hindari.Tenggorokan Ayla terasa kering. Ia menelan ludah, lalu mendongak, menatap Darren dengan sorot tak percaya sebelum kembali menatap kontrak di hadapannya.Darren mengangkat alis, masih dengan ekspresi percaya diri yang membuat Ayla ingin membalikkan meja.“Kau ragu?”Darren menghela napas dramatis, lalu
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 006

Ayla tidak ingin berlama-lama di ruangan ini. Setelah menyelesaikan tanda tangannya, ia langsung berdiri, mengambil tasnya, dan melangkah cepat menuju pintu tanpa menoleh ke belakang.Victor mengangkat alis, sudut bibirnya sedikit terangkat saat melihat sikap Ayla yang begitu ingin kabur darinya. Ia tidak terburu-buru, tapi tatapan matanya tetap tertuju pada sosok wanita itu yang semakin menjauh.Darren mengamati keduanya dengan minat. “Jangan terlalu keras padanya, Victor.”Victor hanya tersenyum miring sebelum beranjak dari kursinya. “Aku tidak perlu berusaha. Dia yang selalu melawan.”Tanpa menunggu lebih lama, ia mengikuti Ayla keluar.Sesampainya di depan lift, Ayla menekan tombol lift berulang kali, berharap pintu besi itu segera terbuka. Ia tahu Victor akan menyusulnya, dan ia tidak ingin satu ruangan dengan pria itu lebih lama lagi.Pintu lift berdenting dan terbuka. Ayla pun langsung melangkah masuk. Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup, sebuah tangan besar menahannya.Vic
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 007

Keheningan di dalam lift begitu pekat hingga Ayla bisa mendengar detak jantungnya sendiri, keras dan tidak beraturan. Napasnya pendek, tersengal, seakan oksigen di dalam ruangan sempit itu menghilang begitu saja.Ia berdiri kaku, punggung menempel pada dinding logam dingin, kedua tangan mengepal erat di sisi tubuhnya.'Tidak, tidak, tidak... Kenapa harus sekarang?'Matanya melirik sekilas ke arah Victor melalui sudut mata. Pria itu berdiri tak jauh darinya, begitu dekat hingga keberadaannya terasa menyesakkan.Aroma kayu cendana bercampur mint dari tubuh Victor menyerbu indranya—aroma yang dulu selalu membuatnya tenang, tetapi kini justru mengaduk-aduk perasaannya. Tangannya mencengkeram ponsel erat, seolah benda kecil itu bisa menjadi jangkar yang menahannya tetap waras.Tiba-tiba, lampu lift berkedip satu kali—sebentar, tetapi cukup membuat jantung Ayla melompat panik. Ia menahan napas, merasa sesak oleh bayangan masa lalu yang berputar tanpa ampun di kepalanya.'Kumohon!'Suara mek
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 008

Ayla memacu mobilnya tanpa arah yang jelas. Hujan rintik mulai turun, membasahi kaca depan mobilnya, menciptakan pola acak yang segera dihapus oleh sapuan wiper. Napasnya masih belum stabil, pikirannya masih dipenuhi kekacauan setelah pertemuannya dengan Victor.Ia mengeraskan genggaman pada kemudi, berusaha mengabaikan perasaan yang berkecamuk di dalam dadanya. Hanya satu tempat yang terpikir olehnya.Panti Asuhan Melati.Tempat yang dulu selalu menjadi pelariannya. Tempat yang dulu menjadi rumahnya sebelum ia diadopsi oleh pasangan suami istri yang penuh kasih sayang. Orang tua angkatnya telah lama tiada, dan sejak itu, ia jarang kembali ke panti. Namun, malam ini... ia ingin kembali.Ayla menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Namun sebelum menuju ke sana, ia membelokkan mobilnya ke sebuah toko roti di pinggir jalan. Tangannya meraih payung yang tergeletak di kursi penumpang, lalu keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju toko.Bau roti yang baru dipanggang langsung meny
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

Chapter 009

Ayla tiba di apartemennya tepat pukul sepuluh malam. Begitu ia membuka pintu, lampu otomatis menyala, menerangi ruangan dengan cahaya putih lembut. Kilatan sinarnya memantul di lantai marmer yang dingin, sementara bayangannya sendiri tampak samar di dinding. Suasana apartemen terasa sunyi, hanya suara langkahnya yang terdengar menggema di dalam ruangan.Tangannya terangkat ke leher, memijat pelan titik-titik tegang yang terasa kaku. Tanpa melepas mantel, ia berjalan menuju pantry. Kulkas terbuka dengan suara desisan halus saat ia menarik pegangan pintunya. Udara dingin menyentuh wajahnya, sementara matanya mencari sesuatu yang bisa sedikit menenangkan pikirannya.Susu vanila.Ayla mengambil botol kaca itu dan menuangkan isinya ke dalam gelas. Aroma manisnya samar-samar menguar, tetapi tidak cukup untuk meredakan gejolak yang masih berkecamuk di dalam dadanya. Ia menghela napas, menatap cairan putih itu sesaat sebelum menggenggam gelas dengan lebih erat.Besok, ia akan bertemu dengan
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Chapter 010

Ayla mengenakan handuk kimono, sementara rambutnya yang masih basah tergulung rapi di balik handuk yang dililit di kepalanya. Ia berjalan keluar dari kamar mandi, udara dingin menyentuh kulitnya, namun ia justru merasa lebih ringan.“Ah, berendam benar-benar efektif,” gumamnya seraya meregangkan tubuh, lalu bersenandung kecil saat langkahnya menuju pantry.Namun, begitu sampai, perutnya tiba-tiba terasa sedikit ngilu. Barulah ia teringat sejak pulang dari panti asuhan sore tadi, ia belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya.Ayla membuka kulkas, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengisi perutnya. Tapi, yang ada hanya botol air mineral, satu kotak susu, dan beberapa bahan makanan yang bahkan ia malas untuk mengolahnya.Ia mendesah pelan. ‘Kenapa aku tidak membeli sesuatu tadi?’“Ah, sudahlah!”Alih-alih memasak, ia mengambil sepotong pizza sisa kemarin, malas untuk repot-repot memanaskannya. Dengan satu tangan membawa pizza dan tangan lainnya menggenggam segelas susu dingin, Ayla du
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more
PREV
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status