Terjerat Cinta Sang Arsitek

Terjerat Cinta Sang Arsitek

last updateLast Updated : 2022-05-18
By:  LamonnaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
60Chapters
3.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Leticia baru saja menerima fakta bahwa Daniel adalah seorang yang telah berumah tangga. Tak cukup menelan pil pahit dari sang kekasih. Kini, dia harus menemukan seorang arsitek untuk berbaikan dengan sang ayah atau dosa-dosanya di masa lalu takkan pernah termaafkan. Sementara sang arsitek yang bernama Raymond, baru saja ditinggal nikah oleh Nikita, sang kekasih. Di saat Ray terpuruk dalam kekecewaan, dia harus berhadapan dengan Leticia yang tengah di ambang kehancuran. Sulitnya komunikasi membuat mereka salah paham hingga Leticia dan Raymond terjebak di keadaan yang tak diinginkan. Akankah keduanya saling mengisi hati yang sama-sama terpuruk, atau hanya menjadi kisah cinta satu malam?

View More

Chapter 1

Bab 1 Rahasia Yang Tersingkap

Leticia Lauretta Ricardo baru saja pulang bekerja. Jemari lentiknya menari lincah di atas setir seirama dengan alunan musik yang dia dengar. Sementara, cacing-cacing dalam perut kian meronta. 

Ketika Leticia keluar dari sedan hitamnya, bibir tipis merah jambu wanita itu tersenyum manis. Kafe di hadapannya terlihat bergemerlapan. Sangat kontras dengan pekatnya malam.

Dengan anggunnya Leticia melangkahkan kaki jenjangnya yang berbalut stiletto hitam sepuluh senti. Perpaduan celana jeans, kemeja putih, dan blazer merah muda membuat penampilan wanita itu tampak elegan.

Semerbak wangi beef steak favoritnya seperti menyambut di pintu masuk. Suara orang berbicara, tertawa, dan berteriak memenuhi rongga pendengaran. Bersahutan dengan denting piring dan sendok yang beradu. Netra biru Leticia beredar ke seantero kafe yang hiruk pikuk. Asap rokok mengepul, baunya menyengat hidung.

Wanita itu duduk di dekat jendela, meletakkan hermes birkin hitam di sampingnya. Kemudian meraup rambut hitam yang tergerai sepinggang untuk dikuncir kuda. Sejenak, wanita berusia 26 tahun itu memainkan ponsel sambil menunggu pesanannya tiba.

Ketika Leticia asik menikmati santapan favorit, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Wajah yang putih berseri seketika pucat pasi. Suara seseorang dari belakang tubuh ramping wanita itu, membuat dia tersentak. 

"Ayah, aku kenyang. Ayo pulang sekarang!" Terdengar suara anak kecil merajuk. 

"Baiklah, Jagoan Ayah ... tunggu di mobil sama Ibu. Ayah ke toilet dulu, oke." Suara pria itu sangat familiar di telinga Leticia.

Leticia menoleh ke belakang, memastikan siapa pemilik suara itu. Tak diragukan lagi, dia adalah kekasihnya, Daniel.

Rahang wanita berkulit putih itu mengeras, tangannya mengepal hingga buku-buku kulit memucat. Dia gemetaran karena kemarahan yang sudah memuncak. Namun, Leticia sadar, ini bukan tempat untuk meluapkan amarahnya pada Daniel. 

Leticia memejamkan mata seraya mengembuskan napas berat. Apa yang dia saksikan seolah meluluhlantakan hatinya. Wanita itu merogoh lembaran uang dan meletakkan di atas meja. Kemudian, dia bergegas pergi dari kafe.

[Hubungan kita berakhir!]

Leticia menyandarkan tubuh di kursi kemudi, air matanya berderai membasahi pipi saat mengirim pesan. Batinnya berteriak. Apa arti kejujuran yang selalu dijunjung tinggi jika pada akhirnya kau sendiri seorang pembohong, Daniel! 

Wanita itu menginjak pedal gas melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. 

Satu jam perjalanan, Leticia tiba di apartemen. Dengan langkah cepat dia ke kamar lalu memasukan pakaian ke koper. 

Brak!

Suara pintu terhempas keras seolah membentur dinding. Leticia bergegas menyeret koper keluar dari kamar. Wanita itu tersentak hingga langkahnya terhenti di ambang pintu. 

Daniel, pria bertubuh tinggi itu menatap garang ke arah Leticia. Suasana mencekam seketika memenuhi ruangan. "Kenapa mengakhiri hubungan kita? Kau selingkuh, hah?" tegur Daniel seraya menghampiri Leticia yang mematung di depan kamar. 

"Jangan tanya kenapa! Kau telah berkeluarga!" Leticia tersenyum sinis. 

Bugh! Bugh! Bugh!

Tanpa aba-aba, Daniel menghantam Leticia dengan amarah menggebu. Pukulan demi pukulan melayang di wajah dan tubuh wanita itu. 

"Beraninya kau mencari tahu!" murka Daniel. Aura membunuh terpancar dari mata hitamnya saat mencekik Leticia.

"Lep-askan a-ku!" Leticia berusaha melepaskan cengkraman Daniel.

Gedebuk!

Daniel melemparkan Leticia hingga kepalanya membentur meja. Seolah tak puas, pria itu menghampiri Leticia sambil mengeluarkan pisau lipat dari saku mantelnya. 

"Jika kau tak ingin aku memutus lehermu, jangan berani pergi dariku!" Daniel memelototi seraya memainkan pisau di leher Leticia. 

"Bajingan!" Leticia bergemuruh. 

Srek! 

"Aargh ...." Leticia menjerit histeris saat Daniel merobek bajunya hingga menembus dada.

"Tutup mulutmu! Wanita bodoh!" bentak Daniel saat berdiri dan menendang Leticia yang tak berdaya.

Daniel mengurung Leticia seolah tahanan. Puas menganiaya wanita itu, dia mengambil dompet, kunci mobil, ponsel, dan kunci apartemen dari tas Leticia yang tergeletak di samping koper. 

Malam menjelang subuh. Leticia terkapar di lantai yang dingin, kemeja putih yang dia pakai kini bersimbah darah. 

"Kau tidak mengetahui asal-usul pria itu, Putriku."

Kalimat sang Ayah terngiang jelas dalam benak Leticia. Apa yang dialaminya saat ini membuat dia ingin segera kembali pada keluarga di Kota Ragusa.

Wanita itu merangkak menyusuri dinding. Kemudian, mengambil tas yang tergeletak di lantai. Namun, hanya tersisa beberapa lembar uang yang terselip di dalam tas.

"Tuhan ...." Leticia menitikkan air mata seraya menekan dada yang terluka.

Apa yang bisa dilakukan dengan uang ini? Jangankan membeli tiket pesawat, untuk biaya pengobatan pun tak akan cukup. Sejenak, dalam benak wanita itu terlintas sosok rekannya, dokter Maxwel. Namun, kembali dia tepis. Saat ini bahkan dia tak memiliki ponsel untuk menghubungi Maxwel.

Leticia semakin kesal saat mengetahui pintu apartemen terkunci. Daniel sungguh tak membiarkannya pergi. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, hingga menemukan cara untuk kabur. 

Wanita itu bergegas mengikatkan sprei pada tiang jendela kamar. Kemudian, melemparkan gulungan kain itu hingga tanah. 

Leticia melangkahi pagar balkon dengan tubuh gemetaran. Tangannya memegang erat kain yang menjuntai. Dia terus mendongak, ketinggian membuat wanita itu enggan membuka mata. Jemari kakinya berpijak pada simpul-simpul sprei. 

Perlahan, napas Leticia terengah. Butir-butir keringat membasahi tubuh wanita itu. Jantungnya berdegup semakin kencang. 

Leticia berpacu dengan waktu. Sebab, langit hitam perlahan berubah jingga. Dia harus pergi sebelum matahari memancarkan restunya. Wanita itu tak ingin mati konyol di tangan Daniel.

Gedebuk!

"Argh ...." Leticia memekik saat tubuhnya terjatuh dari ketinggian dua meter, dia terkapar di atas tanah berumput yang berembun.

Leticia merangkak mengambil sepatu yang berceceran dan dengan tergesa-gesa dia memakainya. Wanita itu bergegas pergi. Namun, sayangnya dia tak kunjung mendapat taksi. Akhirnya, Leticia berjalan terhuyung menyusuri trotoar dengan tubuh yang kian lemah.

Setelah berjalan selama dua jam, wanita itu tiba di gedung serba putih. Dia segera masuk ke salah satu ruangan dalam gedung. Bau desinfektan seketika menusuk hidungnya saat membuka pintu. 

"Leticia, apa yang terjadi padamu?" Dokter Maxwel, pria berjas putih itu terperanjat melihat kondisi Leticia yang bersimbah darah.

"Max, tolong aku," ucapnya terengah-engah. Leticia ringkih, dia berjalan terseok. Pandangan yang perlahan samar akhirnya menjadi gelap. 

"Leticia ...!" Dengan tangkas, Max meraih tubuh Leticia yang tak sadarkan diri.

"Astaga, apa yang terjadi padamu sepagi ini? Kenapa wajahmu hancur begini, Leticia?" Max menggerutu saat meletakkan wanita itu di atas brankar.

Tangan Max begitu cekatan menangani Leticia. Dia memasangkan oxygen, infus, dan menjahit luka di dada wanita itu. 

"Siapa yang menganiayamu sekejam ini, Leticia?" lirih pria itu bertanya-tanya.

Meskipun Max belum lama mengenal wanita itu, tetapi kelugasan Leticia membuat mereka cepat akrab. Terlebih lagi, tingkah ceroboh Leticia kala melakukan sesuatu, seringkali membuat Max terbahak-bahak. 

Empat jam berlalu. Leticia membuka mata melihat ke langit-langit dan dinding yang serba putih. Embusan kanul oxygen membuat hidung wanita itu terasa dingin. 

"Akhirnya ... kau bangun juga! Aku kira kau akan tidur seharian di ruanganku," celetuk Max saat menghampiri wanita itu.

Leticia tersenyum simpul. "Max, maaf. Aku merepotkanmu," ucap Leticia dengan lirih seraya menoleh ke arah Max yang berdiri di sisi kanan ranjang.

"Lupakan!" tukas Max, "katakan padaku, apa kau dikeroyok gangster? Aku akan menghabisi mereka!" Max tak bisa menahan kekesalan. 

"Aku dirampok ...." Wanita itu menitikkan air mata. 

"Kau mengingat wajah perampok itu? Kita lapor polisi!" geram Max dengan tangan terkepal.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Lamonna
Good.........
2022-07-20 20:55:56
0
user avatar
Donat Mblondo
Lelaki brengsek buang saja.... haha
2022-03-21 06:48:39
0
60 Chapters
Bab 1 Rahasia Yang Tersingkap
Leticia Lauretta Ricardo baru saja pulang bekerja. Jemari lentiknya menari lincah di atas setir seirama dengan alunan musik yang dia dengar. Sementara, cacing-cacing dalam perut kian meronta.  Ketika Leticia keluar dari sedan hitamnya, bibir tipis merah jambu wanita itu tersenyum manis. Kafe di hadapannya terlihat bergemerlapan. Sangat kontras dengan pekatnya malam. Dengan anggunnya Leticia melangkahkan kaki jenjangnya yang berbalut stiletto hitam sepuluh senti. Perpaduan celana jeans, kemeja putih, dan blazer merah muda membuat penampilan wanita itu tampak elegan. Semerbak wangi beef steak favoritnya seperti menyambut di pintu masuk. Suara orang berbicara, tertawa, dan berteriak memenuhi rongga pendengaran. Bersahutan dengan denting piring dan sendok yang beradu. Netra biru Leticia beredar ke seantero kafe yang hiruk pikuk. Asap rokok mengepul, baunya menyengat hidung. Wanita itu duduk di dekat jendela, meletakkan hermes birkin hitam di sampingn
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more
Bab 2 Wanita Ceroboh
Leticia memalingkan wajah dari tatapan Max. Seketika gambaran Daniel muncul dalam benak wanita itu, bagaimana mungkin dia tidak mengingat siapa yang telah menganiayanya begitu kejam."Aku tidak bisa mengingatnya, Max." Leticia menggigit bibir seraya menelan ludah."Di mana kau mengalaminya? Kita bisa melacak CCTV di sekitar kejadian," tuntut Max."Tidak perlu, biarkan saja," tolak Leticia, "Max, apa luka di dadaku sangat dalam?" Leticia menyentuh perban yang tersemat di dadanya. Hatinya begitu sakit kala mengingat kejadian semalam.Max mengangguk seraya menggaruk kepala yang tak gatal. "Lumayan dalam dan cukup panjang," terangnya.Hening. Leticia ragu untuk membuka mulut, dia belum lama mengenal Max. Namun, dia tak punya pilihan selain meminta bantuan pada pria berambut pirang itu. Leticia menarik napas membulatkan tekad."Max ... aku butuh bantuanmu." Leticia memecah keheningan.
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more
Bab 3 Syarat
Tak terasa langit yang cerah berubah gelap. Namun, daun pintu bercat putih itu tak kunjung terbuka. Sebuah Maybach S560 hitam memasuki pelataran. David, sang Ayah baru saja tiba. Bahagia. Leticia tersenyum senang saat melepas sarung tangan yang berlumuran tanah. Wanita itu bergegas menghampiri mobil. Menyambut sang Ayah yang lama tak bertemu.Ketika David baru saja turun, Leticia terkejut melihat perubahan drastis sang ayah. Pria berusia 56 tahun itu lebih kurus, garis-garis di keningnya terlihat. Namun, dia masih tampak gagah dengan setelan kerja berwarna hitam.Air wajah David merah padam melihat Leticia berdiri di hadapannya. Tubuh pria itu gemetaran karena amarah yang memuncak, napasnya seolah bergemuruh.Plak!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Leticia."Masih ingat aku? Masih berani menampakkan wajahmu? Masih berani menginjakkan kaki di rumah ini? Di mana kau meletakkan rasa malu mu,
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more
Bab 4 Pendusta
Vanderson Raymondo, Dokter Maxwel, dan Marco tengah bersiap-siap untuk pergi ke Catania. Namun, Alex datang tergopoh-gopoh. Dia memberitahu Raymond agar segera menemui Tuan Ayres, pemilik proyek yang sedang ditangani Ray di kota itu. Akhirnya, Ray meminta Max dan Marco menunggu di Bandara. Sementara dia dan Alex akan pergi ke Viale resto untuk menemui Ayres. Saat dalam perjalanan, Ray menyandarkan tubuh di kursi samping kemudi. Bibirnya tiba-tiba tersenyum. Rindu. Ya, dia merindukan kekasihnya, Nikita. Wanita pekerja keras dan lugu. Banyak hal yang disukai Ray darinya. Wanitanya itu adalah seorang desainer perhiasan yang namanya meroket karena karya-karya luar biasa. Nikita tidak seperti wanita lain yang memikirkan materi. Sejak awal Ray memperkenalkan dirinya hidup sebatang kara dan dibesarkan di panti asuhan. Bukan tak memiliki orang tua, tetapi Ray tidak mengetahui siapa ayahnya. Entah kemana ibunya pergi sejak dia berusia lima tahun.
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more
Bab 5 Awal Yang Buruk
 Leticia membuka mata di pagi buta. Wanita itu berkecimpung di dapur menyiapkan sarapan untuk sang Ayah. Tangannya begitu lincah seolah koki yang profesional. Dia memang pandai memasak.Gerakan tangan Leticia terhenti saat ekor matanya melirik setumpuk keju dan tepung gandum di lemari sudut dapur. Dia berpikir. David hanya memberinya sedikit uang. Haruskah dia membawa stok makanan untuk di Catania. Ya. Dia harus berhemat, entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menemui Tuan Vanderson Raymondo. Beruntung jika semua berjalan lancar. Jika tidak? Memikirkan itu membuat Leticia bergidik dan menggeleng-geleng, dia tak ingin jadi gelandangan di kota orang. Akhirnya, dia mengemas beberapa bungkus kopi, coklat, keju, susu, dan tepung. Ckck. Di rumah mewah dan harta yang berlimpah merupakan suatu ironis saat dia melakukan hal itu. Namun, dia amat menyadari ini adalah hukuman yang pantas karena keegoisan
last updateLast Updated : 2022-02-22
Read more
Bab 6 Belum Berakhir
"Aduh, aduh dadaku, aduh kakiku sakit sekali." Leticia menggosok-gosok kaki kanan yang terkilir. Matanya terbelalak saat cairan hangat mengalir di dada. Luka jahitan kembali terbuka. Tangannya refleks menekan luka yang semakin perih seraya menggigit bibir menahan sakit. Sayangnya, darah terlanjur menembus kaus merah muda yang dia pakai. Leticia menunduk hingga tak menyadari sosok pria bertubuh tinggi tengah memerhatikannya di ambang pintu. Wanita itu mengerjap tersadar setelah beberapa detik terkejut. Sekilas dia melirik pria yang mengenakan celana bahan hitam dan kaus putih panjang. Gorden apartemen yang  tertutup membuat dia tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.___Vanderson Raymondo baru saja terbangun. Kepalanya begitu berat hingga keningnya terasa berdenyut-denyut. Dia membuka mata melihat ke balkon. "Sudah siang? Berapa lama aku tidur? Jam berapa ini?" Ray bergumam. Tubuhnya seolah enggan untuk bangkit dari ranjang. Membuka
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more
Bab 7 Keyakinan Yang Salah
Segelintir lamunan mengantarkan Leticia hingga ke apartemen. Leticia melirik pintu di lantai satu yang saling berhadapan sambil mengingat-ingat tulisan dalam dokumen. Di apartemen no berapa arsitek itu tinggal? Nihil. Tak ada yang bisa dia ingat kecuali ucapan sang Ayah.  "Tuan Vanderson Raymondo adalah orang arogan dan angkuh!" Ucapan David terngiang jelas dalam benak Leticia. Kebuntuan informasi membuat wanita itu semakin frustrasi. "Seperti apa wajah tuan Vanderson Raymondo?" Tak henti-henti dia bertanya pada diri sendiri. "Daniel dan ayah adalah orang arogan!"Kedua bayangan lelaki itu menghujam tubuh Leticia laksana pemecah es, dingin, tajam, dan menusuk. Nama Daniel seakan menusuk organ-organ penting dalam tubuhnya. Menggemuruh dalam benaknya. Memikirkan kedua sosok itu membuat tubuh Leticia lemas hingga merosot di belakang sofa. Leticia memicingkan mata teringat wajah pria bermata hazel yang tinggal di apartemen 609.
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more
Bab 8 Tenggelam Dalam Cintanya
"Cukup! Obrolan kalian membuat ingin muntah," kata Ray datar. Kemudian, dia meraih segelas wine dan menyesap perlahan. Seketika suasana menjadi senyap. Ray melirik ketiga sahabatnya satu persatu lalu tertawa terbahak-bahak. "Kalian cukup ganti topik saja, Kawan!" "Tentu. Bersenang-senanglah dengan wanita sexy di klub mu, Ray," goda Alex. "Setidaknya mereka takkan menipumu dengan penampilan lugu." Alis Alex naik turun."Sial! Kau menyarankan ide yang menakjubkan saat aku tak bisa berjalan," timpal Marco sambil melempar sebatang rokok yang menyala pada Alex. "Kau membuatku ingin menangis, Marc," cibir Max. "Yang cedera hanya kakimu, bukan berarti kejantananmu tak bisa berdiri. Kau bisa meminta jalangmu meliuk-liuk di atas paha." Max meraih stick billiard dari wall mount dan melemparkan pada Raymond. "Lupakan Nikita! Tunjukkan bakatmu, pemuda tampan!" Max berjalan ke ujung meja billiard. Alex dengan sigap segera op
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more
Bab 9 Berdegup Kencang
Leticia terjaga di lobi apartemen. Tak selangkah pun beranjak dari tempat itu sejak terjadinya insiden penjambretan. Kecuali, tak sadar saat dirinya tertidur beberapa menit sore tadi. Dia mondar-mandir di depan pintu apartemen 606. Entah berapa kali cacing-cacing dalam perut berteriak meminta diberi makan. Untuk kesekian kali dia mengangkat jam di pergelangan kiri. "Enn, pukul 11 malam. Pantas saja aku kelaparan," desahnya pelan. Kemudian wanita itu berjalan cepat menaiki tangga. Uang makan yang diberikan David raib dirampok. Beruntung dia membawa stok makanan mentah. Langkahnya terhenti saat meraba saku celana jeans bagian depan. Bibir Leticia tersenyum ketika mendapati ongkos taksi dan tiket masih utuh. Leticia keluar dari apartemen. Kepalanya berputar ke berbagai arah, mencari tempat makanan yang mudah dicapai. Sesaat, dia mengingat ucapan Benny saat mempromosikan kafe. Wanita itu berjalan ke arah selatan. Tak lama kemudian dia tiba di kafe
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more
Bab 10 Salah Menilai
Leticia mengerjap kaget dengan sikap Ray yang tiba-tiba, membuat pasokan napasnya  seakan menipis. "Lapar," sahut Leticia, dia menjauhkan tubuh dari pria itu. "Setidaknya kau bisa melahap makananmu dulu. Lidahmu bisa terbakar, minuman itu masih panas, Nona."Ray tak menyadari suaranya yang lembut dan perhatian membuat lutut Leticia gemetar. Wanita itu menatap Ray, hatinya terasa hangat oleh sikap pria itu. "Ya, terima kasih, Tuan." kata Leticia dengan gelagapan. Ray mengangguk santai lalu menegapkan posisi duduk. Dengan elegannya dia meraih secangkir espresso yang masih mengepul, menyesapnya perlahan. "Nona, ucapanmu tadi belum selesai." Ray mengeluarkan sebungkus rokok dari parka hitam. Tak lama kemudian, jemarinya mengapit sebatang rokok yang menyala. Leticia tengah asyik melahap sebungkus roti lapis coklat dengan gigitan besar. "En, intinya aku harus menemui tuan Vanderson. Ada yang harus ku selesaikan dengannya," terangnya.
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status