Share

Bab 3 Syarat

Author: Lamonna
last update Last Updated: 2022-02-22 13:00:24

Tak terasa langit yang cerah berubah gelap. Namun, daun pintu bercat putih itu tak kunjung terbuka. Sebuah Maybach S560 hitam memasuki pelataran. David, sang Ayah baru saja tiba. Bahagia. Leticia tersenyum senang saat melepas sarung tangan yang berlumuran tanah. Wanita itu bergegas menghampiri mobil. Menyambut sang Ayah yang lama tak bertemu.

Ketika David baru saja turun, Leticia terkejut melihat perubahan drastis sang ayah. Pria berusia 56 tahun itu lebih kurus, garis-garis di keningnya terlihat. Namun, dia masih tampak gagah dengan setelan kerja berwarna hitam.

Air wajah David merah padam melihat Leticia berdiri di hadapannya. Tubuh pria itu gemetaran karena amarah yang memuncak, napasnya seolah bergemuruh.

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Leticia.

"Masih ingat aku? Masih berani menampakkan wajahmu? Masih berani menginjakkan kaki di rumah ini? Di mana kau meletakkan rasa malu mu, hah?" Seolah tak merasa iba dengan kondisi Leticia yang babak belur, David menyerang dengan bertubi pertanyaan.

Leticia terkesiap, dia menyeka darah yang terasa asin di sudut bibir. Air matanya menetes. Sungguh, wanita itu menyadari, dirinya layak menerima tamparan sang Ayah.

"Ayah, maafkan aku," ucap Leticia lirih seraya menunduk.

Sang Ayah bergeming tak mengindahkan perkataan Leticia. Pria yang sudah lanjut usia itu mendelik lalu melewati Leticia dengan langkah cepat.

Leticia membalikkan badan mengejar David. Perhatiannya tersita kala melewati beberapa ruangan yang tampak sepi.

"Ayah, berhentilah. Kumohon ...," jerit Leticia sambil terisak. Langkah David terhenti.

"Ayah, tolong ampuni aku." Leticia menghampiri David yang mematung di dasar tangga.

"Apa aku harus memaafkan orang yang telah membuat malu dan membunuh keluargaku?" David melontarkan pertanyaan tegas.

Leticia menarik lengan sang Ayah agar menoleh. "Apa maksud Ayah?" tanya wanita itu saat menghapus air mata dengan punggung tangan. Namun, David enggan membalikkan badan.

"Kau tak hanya membuat keluarga malu! Istriku begitu tertekan karena kehilanganmu! Itu membuat Laura mengakhiri hidup, kau membunuh istri dan putriku, Leticia! Kau pembunuh! Kau menancapkan belati yang sangat dalam di hatiku! Kau menghancurkan keluargaku! Kau merampas orang-orang yang kucintai! Aku membencimu!" Sekali lagi David menyerang Leticia dengan ucapannya lalu dia menaiki tangga dengan cepat.

Dunia seakan runtuh. Leticia membekap mulut dengan kedua tangan, sekujur tubuh seketika menggigil.

Leticia ringkih dan terjatuh. Betapa besar dampak perbuatan bodohnya yang memilih pergi bersama Daniel.

Tak ingin David semakin membenci, dia bergegas mengejar. Hanya David satu-satunya keluarga yang dimiliki saat ini.

"Ayah ... kumohon. Maafkan Putrimu ini, Ayah." Leticia tak menyerah mengejar David hingga ke kamar.

Langkah David terhenti lalu mengembuskan napas kasar mendengar kata 'Putrimu'.

"Kenapa aku harus memaafkanmu?" David bertanya tanpa membalikkan badan.

Leticia gemetar mendengar pertanyaan itu. Dia bersimpuh di hadapannya. "Aku ditipu pria itu, dia sudah berkeluarga. Aku baru mengetahui semalam, aku bersumpah. Aku menyesal, maafkan aku, Ayah." Leticia terisak sambil memeluk kaki David.

"Kau mencoreng namamu sendiri. Kau bahkan tak mendengar nasehatku! Kenapa kau tak menyelidiki pria itu? Kenapa begitu mudah dirayu? Kenapa begitu murah? Terbuai dengan hartanya? Aku tak memberimu cukup uang, hah?" David terengah-engah menahan sesak. Leticia tak bisa menjawab, mulutnya seolah terkunci.

"Pergilah!" tutur David dengan tegas.

"Ayah ... kau boleh mengusirku. Tapi, kumohon sekali saja beri aku kesempatan menebus kesalahanku. Tolong ...." Tangan Leticia semakin erat memeluk kaki David.

"Tunjukkan jika kau layak dimaafkan!"

Leticia berdiri pelan lantas memeluk punggung tegap David. "Terima kasih, Ayah." Suara Leticia terisak.

"Aku belum memaafkanmu! Kecuali kau lakukan satu hal." David melangkah ke meja kerja.

"Akan kulakukan apa pun untuk Ayah," jawab Leticia penuh keyakinan.

"Temui seorang arsitek di Catania!" ucap David saat mengambil sebuah dokumen lalu memberikannya pada Leticia.

"Tuan Vanderson Raymondo adalah orang arogan dan angkuh!" tuturnya. David duduk bersandar di atas kursi kerja seraya memainkan kumis tebal.

Dahi Leticia mengerut mendengar kata arogan. Sejenak, mata sembap wanita itu terpejam. Apa dia akan menghadapi orang seperti Daniel? Terpikirkan hal itu membuat bulu kuduk Leticia meremang.

"Apa dia orang berkuasa? Kenapa terkenal arogan? Apa yang harus aku katakan pada orang itu?" Leticia membuka dokumen dan membaca sekilas. Namun, tak ada satu kata pun yang dia baca dari sederet huruf-huruf itu.

"Aku tak tahu kekuasaanya, yang aku tahu semua proyek yang ditanganinya selalu memuaskan," jawab David, "aku dan Alfonso akan membangun hotel, resort, dan perumahan. Aku ingin arsitek handal itu yang menangani proyek. Pastikan padanya berapapun nominal yang diinginkan, akan kuberikan."

Leticia mengangguk paham, berbaikan dengan sang Ayah adalah keharusan. Dia tidak akan ragu menerima syarat apapun.

"Kapan aku harus pergi?" Leticia duduk di sofa dekat pintu.

"Besok pagi. Dia orang yang sibuk, orang-orang ku tak berhasil meminta dia menangani proyekku," terang David.

"Sekarang dia menangani proyek milik Ayres putra surung Alfonso di Palermo. Entah hal apa yang membuat dia harus pergi ke Catania," tuturnya. Jemari David mengetuk-ngetuk meja, suaranya mulai terdengar lelah.

Leticia menggigit bibir semakin panik. Benaknya tak berhenti berpikir. Apa orang-orang arogan berasal dari Palermo? Dia baru saja melarikan diri dari kota itu, sekarang harus berhadapan dengan orang dari sana.

Leticia menggeleng mengenyahkan pikirian seraya mengembuskan napas berat. Wanita itu memiliki kendala lain untuk menjalankan tugas. Bagaimana mengutarakan pada David, tak mungkin dia berterus terang mengatakan Daniel telah merampas semua yang dia miliki.

"Ayah, aku ... aku mengalami perampokan. Semua tabunganku lenyap, bahkan aku tak memiliki ponsel untuk menghubungimu," ucap Leticia gelagapan, dia sangat berhati-hati mengatakan itu pada David.

"Pahlawanmu tak membantu?" sindir David dengan senyum mengintimidasi.

Leticia tertunduk, mulutnya seolah terkunci. Pahit. Hatinya semakin sakit.

Seringai senyum jijik tersirat dari David saat mengingat Leticia terbiasa hidup berkecukupan. Lelaki tua itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet lalu mengambil ponsel di laci.

"Kurasa uang ini cukup untuk kebutuhanmu beberapa hari di sana. Kau bisa memakai ponsel mendiang adikmu, aku akan meminta orangku menyiapkan apartemen di mana arsitek itu berada."

Leticia berkali-kali menelan ludah, tenggorokannya bagai tersumbat. Mendapati David hanya memberi uang makan untuk beberapa hari. Dia berdiri lalu mengambil barang uang dan ponsel di atas meja. Kemudian berpamitan menyiapkan segala keperluan di Catania.

Setelah mandi dan mengemas pakaian, dia pergi ke dapur. Perutnya melilit, dia mengingat kapan terakhir kali dia makan. Di kafe malam kemarin saat di Palermon. Ckck. Pantas saja dia kelaparan.

Malam belum begitu larut, Leticia merebahkan tubuh di atas ranjang. Dia menatap potret keluarga yang terpasang di dinding. Air mata kembali menetes. Rindu. Sungguh, dia merindukan belaian sang ibu. "Maafkan aku, Ibu." Leticia menangis pilu.

Sementara di waktu yang sama di tempat yang berbeda. Vanderson Raymondo tengah menikmati sebatang rokok sambil melajukan BMW Hydrogen 7 silver di atas aspal hitam, membelah jalanan Kota Palermo. Begitu tiba di gedung serba putih, pemuda yang biasa dipanggil Ray itu memarkirkan mobil tak jauh dari lobi.

Detak sepatu Ray terdengar santai dan teratur. Dia melangkah menyusuri lorong dalam gedung yang berdinding kokoh.

Klik

Ray membuka salah satu pintu ruangan di rumah sakit.

"Kau sudah datang, Ray," sambut Maxwel. Dokter itu segera berdiri dari balik meja kerja lalu menghampiri Ray di ambang pintu.

"Sudah siap semua, Max?" 

Related chapters

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 4 Pendusta

    Vanderson Raymondo, Dokter Maxwel, dan Marco tengah bersiap-siap untuk pergi ke Catania. Namun, Alex datang tergopoh-gopoh. Dia memberitahu Raymond agar segera menemui Tuan Ayres, pemilik proyek yang sedang ditangani Ray di kota itu. Akhirnya, Ray meminta Max dan Marco menunggu di Bandara. Sementara dia dan Alex akan pergi ke Viale resto untuk menemui Ayres.Saat dalam perjalanan, Ray menyandarkan tubuh di kursi samping kemudi. Bibirnya tiba-tiba tersenyum. Rindu. Ya, dia merindukan kekasihnya, Nikita. Wanita pekerja keras dan lugu. Banyak hal yang disukai Ray darinya. Wanitanya itu adalah seorang desainer perhiasan yang namanya meroket karena karya-karya luar biasa.Nikita tidak seperti wanita lain yang memikirkan materi. Sejak awal Ray memperkenalkan dirinya hidup sebatang kara dan dibesarkan di panti asuhan. Bukan tak memiliki orang tua, tetapi Ray tidak mengetahui siapa ayahnya. Entah kemana ibunya pergi sejak dia berusia lima tahun.

    Last Updated : 2022-02-22
  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 5 Awal Yang Buruk

    Leticia membuka mata di pagi buta. Wanita itu berkecimpung di dapur menyiapkan sarapan untuk sang Ayah. Tangannya begitu lincah seolah koki yang profesional. Dia memang pandai memasak.Gerakan tangan Leticia terhenti saat ekor matanya melirik setumpuk keju dan tepung gandum di lemari sudut dapur. Dia berpikir. David hanya memberinya sedikit uang. Haruskah dia membawa stok makanan untuk di Catania. Ya. Dia harus berhemat, entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menemui Tuan Vanderson Raymondo.Beruntung jika semua berjalan lancar. Jika tidak? Memikirkan itu membuat Leticia bergidik dan menggeleng-geleng, dia tak ingin jadi gelandangan di kota orang. Akhirnya, dia mengemas beberapa bungkus kopi, coklat, keju, susu, dan tepung. Ckck.Di rumah mewah dan harta yang berlimpah merupakan suatu ironis saat dia melakukan hal itu. Namun, dia amat menyadari ini adalah hukuman yang pantas karena keegoisan

    Last Updated : 2022-02-22
  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 6 Belum Berakhir

    "Aduh, aduh dadaku, aduh kakiku sakit sekali." Leticia menggosok-gosok kaki kanan yang terkilir. Matanya terbelalak saat cairan hangat mengalir di dada. Luka jahitan kembali terbuka. Tangannya refleks menekan luka yang semakin perih seraya menggigit bibir menahan sakit. Sayangnya, darah terlanjur menembus kaus merah muda yang dia pakai.Leticia menunduk hingga tak menyadari sosok pria bertubuh tinggi tengah memerhatikannya di ambang pintu. Wanita itu mengerjap tersadar setelah beberapa detik terkejut. Sekilas dia melirik pria yang mengenakan celana bahan hitam dan kaus putih panjang. Gorden apartemen yang tertutup membuat dia tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.___Vanderson Raymondo baru saja terbangun. Kepalanya begitu berat hingga keningnya terasa berdenyut-denyut. Dia membuka mata melihat ke balkon. "Sudah siang? Berapa lama aku tidur? Jam berapa ini?" Ray bergumam. Tubuhnya seolah enggan untuk bangkit dari ranjang.Membuka

    Last Updated : 2022-03-10
  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 7 Keyakinan Yang Salah

    Segelintir lamunan mengantarkan Leticia hingga ke apartemen. Leticia melirik pintu di lantai satu yang saling berhadapan sambil mengingat-ingat tulisan dalam dokumen. Di apartemen no berapa arsitek itu tinggal? Nihil. Tak ada yang bisa dia ingat kecuali ucapan sang Ayah. "Tuan Vanderson Raymondo adalah orang arogan dan angkuh!"Ucapan David terngiang jelas dalam benak Leticia. Kebuntuan informasi membuat wanita itu semakin frustrasi. "Seperti apa wajah tuan Vanderson Raymondo?" Tak henti-henti dia bertanya pada diri sendiri."Daniel dan ayah adalah orang arogan!"Kedua bayangan lelaki itu menghujam tubuh Leticia laksana pemecah es, dingin, tajam, dan menusuk. Nama Daniel seakan menusuk organ-organ penting dalam tubuhnya. Menggemuruh dalam benaknya. Memikirkan kedua sosok itu membuat tubuh Leticia lemas hingga merosot di belakang sofa.Leticia memicingkan mata teringat wajah pria bermata hazel yang tinggal di apartemen 609.

    Last Updated : 2022-03-10
  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 8 Tenggelam Dalam Cintanya

    "Cukup! Obrolan kalian membuat ingin muntah," kata Ray datar. Kemudian, dia meraih segelas wine dan menyesap perlahan. Seketika suasana menjadi senyap. Ray melirik ketiga sahabatnya satu persatu lalu tertawa terbahak-bahak."Kalian cukup ganti topik saja, Kawan!""Tentu. Bersenang-senanglah dengan wanita sexy di klub mu, Ray," goda Alex. "Setidaknya mereka takkan menipumu dengan penampilan lugu." Alis Alex naik turun."Sial! Kau menyarankan ide yang menakjubkan saat aku tak bisa berjalan," timpal Marco sambil melempar sebatang rokok yang menyala pada Alex."Kau membuatku ingin menangis, Marc," cibir Max. "Yang cedera hanya kakimu, bukan berarti kejantananmu tak bisa berdiri. Kau bisa meminta jalangmu meliuk-liuk di atas paha."Max meraih stick billiard dari wall mount dan melemparkan pada Raymond. "Lupakan Nikita! Tunjukkan bakatmu, pemuda tampan!" Max berjalan ke ujung meja billiard.Alex dengan sigap segera op

    Last Updated : 2022-03-10
  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 9 Berdegup Kencang

    Leticia terjaga di lobi apartemen. Tak selangkah pun beranjak dari tempat itu sejak terjadinya insiden penjambretan. Kecuali, tak sadar saat dirinya tertidur beberapa menit sore tadi. Dia mondar-mandir di depan pintu apartemen 606. Entah berapa kali cacing-cacing dalam perut berteriak meminta diberi makan.Untuk kesekian kali dia mengangkat jam di pergelangan kiri. "Enn, pukul 11 malam. Pantas saja aku kelaparan," desahnya pelan. Kemudian wanita itu berjalan cepat menaiki tangga. Uang makan yang diberikan David raib dirampok. Beruntung dia membawa stok makanan mentah. Langkahnya terhenti saat meraba saku celana jeans bagian depan.Bibir Leticia tersenyum ketika mendapati ongkos taksi dan tiket masih utuh. Leticia keluar dari apartemen. Kepalanya berputar ke berbagai arah, mencari tempat makanan yang mudah dicapai. Sesaat, dia mengingat ucapan Benny saat mempromosikan kafe. Wanita itu berjalan ke arah selatan.Tak lama kemudian dia tiba di kafe

    Last Updated : 2022-03-10
  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 10 Salah Menilai

    Leticia mengerjap kaget dengan sikap Ray yang tiba-tiba, membuat pasokan napasnya seakan menipis. "Lapar," sahut Leticia, dia menjauhkan tubuh dari pria itu."Setidaknya kau bisa melahap makananmu dulu. Lidahmu bisa terbakar, minuman itu masih panas, Nona."Ray tak menyadari suaranya yang lembut dan perhatian membuat lutut Leticia gemetar. Wanita itu menatap Ray, hatinya terasa hangat oleh sikap pria itu. "Ya, terima kasih, Tuan." kata Leticia dengan gelagapan.Ray mengangguk santai lalu menegapkan posisi duduk. Dengan elegannya dia meraih secangkir espresso yang masih mengepul, menyesapnya perlahan. "Nona, ucapanmu tadi belum selesai." Ray mengeluarkan sebungkus rokok dari parka hitam. Tak lama kemudian, jemarinya mengapit sebatang rokok yang menyala.Leticia tengah asyik melahap sebungkus roti lapis coklat dengan gigitan besar. "En, intinya aku harus menemui tuan Vanderson. Ada yang harus ku selesaikan dengannya," terangnya.

    Last Updated : 2022-03-10
  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 11 Janji

    Kemeja putih, celana kain hitam, jas yang juga hitam. Dasi merah bergaris gold dan sepatu pantofel yang mengilap, tampak seperti eksekutif muda. Leticia hampir tak percaya pria setampan itu berada di apartemen kecil.Ray terpaku beberapa detik, menatap hitam panjang rambut Leticia yang anggun terikat. Bukan rambutnya yang menarik perhatian Ray, tetapi leher jenjangnya yang mulus membuat tenggorokan pria itu tersendat. Pria itu mengerjap lalu berdeham, "Ehem, kau bertamu sepagi ini, Nona?" Ray menatap wajah Leticia yang memakai riasan tipis, tetapi mampu menyamarkan memar di pipinya. Polesan lipgloss membuat wajah wanita itu tampak lebih segar dan energik.Ray tak sadar baritonnya yang seksi membuat Leticia seperti kehabisan napas. "Aku … apa kau sudah sarapan?" tanya Leticia gelagapan yang kemudian tersenyum merekah saat Ray menggeleng pelan."Kau tak mengajakku masuk?" Leticia tersenyum menampilkan gigi putih yang rapi.

    Last Updated : 2022-03-11

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 60 Hanya Mencintaiku

    Ray menghela napas panjang, dia menutup lembaran dokumen dan beranjak dari kursi di balik meja kerja. Air wajah Ray begitu dingin saat menghadapi Nikita. Dia berjalan dan membuka pintu lebih lebar. "Nikita, jaga batasanmu. Aku masih menghormatimu karena kamu adalah istri adikku. Sekarang cepat pergi, jangan sampai keluargaku salah paham," ucap Ray sambil berdiri di ambang pintu. Nikita tersenyum maut sebelum menyahut, "Ray, kita bisa mengulang hubungan kita diam-diam. Aku tahu kamu masih mencintaiku, lagi pula kamu dan Leticia menikah belum ...."Ucapan Nikita terhenti saat Ray menarik paksa tangannya. Saat Ray akan mendorong keluar, Nikita memutar tubuh dan melingkarkan tangan di leher Ray dan memeluk dengan erat. Wanita itu bahkan dengan berani mencium leher Ray. "Jalang!" bentak Ray sambil mendorong bahu Nikita hingga wanita itu hampir terjatuh. Ray langsung menutup pintu setelah berhasil mendorong Nikita keluar."Sialan," desis Nikita, jengkel. Saat dia memutar badan akan kemba

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 59 Cari Masalah

    Saat Ray pulang bekerja malam hari, dia memarkirkan Audy S8 hitam di pelataran. Dari awal masuk gerbang, Ray sudah melihat mobil BMW milik Ayres sudah terparkir di sana. Pria itu menjadi sedikit cemas kala mengingat Nikita pasti ikut bersama. Gegas Ray mempercepat langkahnya sambil menggusur koper ke dalam rumah. Ketika dia tak melihat Leticia ikut berkumpul di ruang keluarga, Ray menjadi semakin gelisah."Bu, Istriku mana?" tanya Ray pada Mila yang sedang berbincang dengan Ayres, Nikita, dan Alfonso. Chery tentu saja sudah tinggal bersama Alex, suamimya. Sedangkan Chico, dia lebih memilih tinggal di apartemennya sendiri. masing-masing. "Dia sedang beristirahat. Sejak sore sudah masuk kamar," jawab Mila dengan lembut. Saat Ray akan menaiki tangga, Ayres tiba-tiba berkata dengan nada sedikit merajuk, "Kak Ray, kamu tidak menyapaku?"Ray melirik Nikita yang duduk di samping Ayres. Hingga saat ini, tak ada yang tahu bahwa Ray pernah menjalin hubungan dengan Nikita. Terutama Ayres, dia

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 58 Iri Hati

    Leticia akhirnya patuh dengan keputusan Ray untuk kembali tinggal di kediaman Ray. Selain mengutus orang untuk mengelola toko perhiasan, Ray juga siaga mengantar jemput Leticia kuliah di tengah kesibukannya mengurus VR Group.Hal itu berlangsung lama hingga usia kandungan Leticia menginjak enam bulan. Leticia sangat bersyukur karena kehamilannya saat ini tak mengalami morning sick terlalu parah. Hanya saja, tubuhnya yang sedikit kecil membuat wanita itu lebih cepat lelah. Setiap akhir bulan, Leticia selalu pergi untuk memeriksa kondisi tokonya. Sesekali dia dan Ray juga pergi ke kediaman Alfonso. Seperti saat ini, sejak pagi Leticia berkunjung ke kediaman mertuanya. "Cia, Ibu selalu mengkhawatirkan kamu akhir-akhir ini. Apa tak sebaiknya kamu menetap di sini saja?" ucap Mila sambil menyiapkan makanan untuk makan malam. "Ray merawatku dengan sangat baik, Bu. Ibu jangan terlalu cemas," sahut Leticia, lembut. "Tapi kandunganmu semakin besar. Ray juga tidak 24 jam berada di rumah." Mi

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 57 Puas Tidak?

    Leticia menghela napas pelan sebelum menjelaskan pada Mila bahwa dia harus mengurus toko perhiasan di pusat kota. Terlebih lagi, dirinya baru saja memulai kuliah satu bulan lalu. Jarak dari toko miliknya ke universitas hanya butuh waktu lima belas menit perjalanan. Namun, kediaman Alfonso ke universitas terlalu jauh, tidak mungkin Leticia harus menempuh perjalanan pulang pergi selama tiga jam setiap hari. Ray terdiam mendengar ucapan Leticia. Dia baru tersadar, saat itu sudah mengatur rumah, universitas, dan toko perhiasan di pusat kota untuk Leticia. "Sayang, aku akan mengatur orang untuk mengelola toko perhiasan. Jangan terlalu lelah, kamu sedang hamil. Ambil kelas siang hari saja, ya?" Ray akhirnya memusatkan fokusnya pada kehamilan sang istri. Leticia menoleh sambil melambaikan tangan, tak setuju dengan saran sang suami. "Tidak bisa, Ray. Aku masih sanggup menanganinya. Lagi pula kuliahku hanya sampai pukul sepuluh malam," jawab Leticia. Ekspresi Ray berubah dingin mendengar

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 56 Sesuatu Yang Manis

    Ekspresi Ray berubah muram dan tak sedap dipandang. Kecemburuan mulai merebak di matanya. Walaupun Chico adalah adiknya, tetapi dia tahu bahwa Alfonso sempat akan menjodohkan dengan Leticia. Leticia tersenyum simpul melihat wajah Ray yang tiba-tiba murung. 'Apa Ray sedang cemburu?' batin Leticia bertanya-tanya."Ray," kata Leticia saat memegang punggung tangan Ray. "Temani aku memasak untuk makan malam, ya?"Ray membalikkan telapak tangan, menautkan jemarinya dengan jemari Leticia. Tatapan penuh memanjakan perlahan tersebar di manik matanya."Dengan senang hati, Nyonya Ray." Ray menyahut dengan lembut saat berdiri sambil menggandeng pinggang ramping Leticia. Chico mendecakkan lidah melihat kemesraan Ray dan Leticia yang begitu intim. Chico mengakui bahwa dirinya tak kalah tampan dari sang Kakak. Mata hazelnya sama-sama diwarisi dari Alfonso, hidungnya juga mancung dengan bibir tipis. Hanya saja, Chico mengakui bahwa tubuhnya tak setinggi dan segagah Ray. "Cia, biar Ibu saja yang m

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 55 Mertuamu

    Keesokan harinya. Seperti yang Leticia inginkan, Ray membawa Leticia untuk bertemu dengan ayah dan ibunya. Sebenarnya, Leticia  meminta Ray mengajaknya semalam.  Hanya saja~Semalam Ray tak bisa menahan kerinduan yang sudah memuncak pada Leticia. Jadi, pria itu membawanya kembali ke rumah pernikahan mereka terlebih dulu. Pun demikian dengan Leticia, wanita itu juga tak kalah merindu Ray. Siang ini, di sepanjang perjalanan menuju kediaman Alfonso, bibir Leticia merekah dengan wajah merona. Teringat adegan panas semalam yang mereka lakukan. Ray meminta banyak hal dari Leticia, dan wanita itu memberikan lebih dari apa yang Ray inginkan. Dia ingat betul saat Ray dengan mesra berbisik, "You got it, My Lovely Wife."'Sepertinya aku harus membuat kejutan untuk Ray,' batin Leticia bermonolog sambil  tersenyum mesem manis.Lamunan Leticia buyar saat Ray memegang tangannya setelah memanuver persneling, mengatur kecepatan mobil

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 54 Aku Mencintaimu

    Leticia berjalan mendekati pria bermata hazel itu hingga berjarak satu langkah. Tatapan mereka beradu di udara untuk beberapa detik. "Jangan digigit terus, kamu bisa terluka." Ray berkata dengan lembut saat mengangkat tangan menyentuh bibir ranum Leticia. Leticia memejamkan mata, dia menunduk menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba terasa panas. Tubuh wanita itu sedikit gemetaran saat Ray menyentuhnya. "Ray, kenapa kamu tidak pernah memberitahuku?" Leticia bertanya tanpa mengangkat pandangan, ucapannya terdengar begitu gugup. Ray meraih dagu Leticia agar mendongak menatapnya. Tampaklah butiran bening kristal menumpuk di kelopak mata wanita itu. "Umm?" gumam Ray sebelum bertanya dengan cemas. "Kenapa bersedih?"  Leticia tak bisa menahan diri untuk tidak menabrakan diri ke pelukan Ray. Dia terisak-isak di dada bidang pria itu sambil memeluknya dengan erat. "Kenapa tak pernah memberitahuku bahwa Cheryl adalah adikmu?

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 53 Reuni

    Satu bulan kemudian.Seperti yang Leticia inginkan, Ray mendaftarkan wanita itu di universitas yang Ray rekomendasikan. Leticia awalnya menolak saat Ray memfasilitasi rumah, mobil, dan toko perhiasan di pusat Kota Ragusa. Meski Leticia pernah mengatakan bahwa dia tak ingin dilupakan, tetapi justru dia lah yang menutup komunikasi langsung dengan Ray. Bahkan, wanita itu sengaja mengganti nomor agar Ray tidak menghubunginya. Leticia tak ingin menjadi bayang-bayang dalam hubungan Ray dan Cheryl. Demi tak ingin menjadi orang ketiga, dan demi kebahagiaan pria itu, dia menutup rapat perasaannya. Rasa cinta yang besar, tak ingin terbagi dan dibagi. "Apa aku hamil lagi?" Leticia bertanya pada diri sini.Resah~Itulah yang Leticia rasakan saat ini. Di tengah kepadatan aktivitasnya mengurus toko di siang hari, dan kuliah di malam hari, Leticia saat ini sedang dilanda rasa gelisah.Sebab, dia kembali terlambat datang bulan setelah berpisah dengan Ray satu bulan lalu. Namun, memang besar harapan

  • Terjerat Cinta Sang Arsitek   Bab 52 Katakan Kamu Mencintaiku

    Tiba di depan kamar presidential suite. Leticia sedikit ragu apakah akan melakukan hal itu bersama Ray."Kenapa, umm?" tanya Ray sambil mengulurkan tangan ketika masuk ke kamar hotel.Leticia mengembuskan napas panjang sebelum menjawab, "Tidak, aku hanya …."Ucapan Leticia terhenti saat Ray memeluknya dengan erat."Kamu ragu? Kamu yang mengajakku menghabiskan malam sebelum kita berpisah. Apa sekarang kita akan pulang, umm?" Ray berbisik dengan lembut.Embusan napas Ray begitu hangat membuat debar jantung Leticia menjadi tak karuan.Wanita itu menengadah, melingkarkan lengan di leher pria berwajah tampan di hadapannya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status