Gina baru saja melahirkan bayi perempuan 1 bulan lalu, tetapi dia malah melihat suaminya tidur dengan wanita lain di kamar mereka dan suaminya malah menyuruh Gina untuk rela berbagi dengan wanita itu. Gina yang tidak ingin hal itu terjadi, memilih keluar dari rumah tersebut dengan membawa bayinya. Ketika di jalan, Gina berusaha mencari pekerjaan dan dia mendapat informasi pekerjaan menjadi ibu susu untuk anak seorang CEO, Bara Gautama, dengan gaji yang besar. Gina yang memiliki bayi dianggap memiliki air susu berlimpah sehingga diterima bekerja untuk menyusui bayi milik Bara. Namun, Bara ternyata memiliki istri yang sulit untuk dihadapi, sama seperti Bara sendiri, bagaimana Gina menjalani hari-harinya menjadi ibu susu untuk, Gavin, anak sang CEO?
View MoreRasa perih itu terbit ketika Gina menyadari dirinya jadi terlalu banyak berharap pada pikiran pikiran dan semua kesimpulan yang dibisikkan di dalam hati tentang sikap Bara padanya. 'Dia aja masih menyimpan bra milik Ibu Karina, tentunya apa yang dikatakan oleh Ibu Karina juga mungkin benar, sebentar lagi mereka akan rujuk dan lebih baik aku enggak usah terlalu banyak mikir aneh-aneh kalau nasibku justru seperti Santi yang dipecat, aku enggak mau. Aku harus fokus mencari uang untuk Raya!'Lagi, Gina membatin sambil mengarahkan pandangannya pada Raya yang sedang tertidur pulas di dekat Gavin.Mata Gina mengarah pada posisi di mana ia tadi terbaring di dekat Gavin. Melihat Gavin dengan posisinya yang lebih aktif daripada posisi tidur Raya, Gina jadi paham mengapa ia tadi terdesak di dekat Bara karena Gavin yang mendesaknya seperti itu ketika bayi Bara itu tertidur.Gina menarik napas panjang dan ia mengusap wajahnya perlahan sambil mengucapkan istighfar beberapa kali untuk membuat hatin
"Tuan, apa yang Tuan lakukan?" tanya Gina setelah telapak tangan Bara tidak lagi menutupi mulutnya. Bara yang tersadar ia sudah menyentuh bagian tubuh Gina yang seharusnya tidak ia sentuh mendadak gugup. Namun, otaknya berpikir dengan cepat, karena ia terbiasa dengan image dingin dan acuh, rasanya sangat aneh jika ia tiba-tiba gugup karena apa yang sudah ia lakukan, meskipun sebenarnya ia memang gugup, tapi sebisa mungkin Bara mengatasi perasaannya agar ia tidak terlalu kentara demikian di hadapan Gina apalagi merasa bersalah. Bara terbiasa bahwa dirinya seolah tanpa cela, jika sekarang ia terpergok melakukan kesalahan, tentu saja Bara merasa ia seperti kehilangan wajah di hadapan Gina."Kau yang menimpa tubuhku, aku terbangun, dan keadaanmu seperti sekarang, ingin menggodaku?" kata Bara berusaha untuk membuat nada suaranya datar dan dingin seperti orang yang tidak melakukan kesalahan sama sekali."Apa? Saya?"Gina yang buru-buru membenahi pakaiannya agar dadanya tidak terlihat ter
[Apa sekarang Gina di kamarmu?]Pesan sang ibu membuat denyut jantung Bara seolah berhenti. Hingga pria itu seketika bangkit berdiri, dan terhuyung ia segera keluar dari kamar menuju balkon kamarnya, untuk menghubungi sang ibu saja tidak lagi berkirim pesan seperti tadi.{Mami tahu Gina merawatku?}Ketika panggilannya dijawab oleh sang ibu, Bara langsung melontarkan pertanyaan itu pada ibunya. Terdengar helaan napas panjang sang ibu di seberang sana, membuat Bara jadi was-was apakah ibunya berpikir yang tidak-tidak tentangnya?{Bi Narsih minta izin pada Mami saat kamu mengigau menyebut nama Gina, ia khawatir bertindak sembarangan itu sebabnya ia minta pendapat pada Mami.}Suara sang ibu terdengar di seberang sana membuat Bara jadi semakin tersudut sekarang karena tadinya ia mengira ibunya tidak tahu Gina dimintanya untuk merawatnya, dan ia hanya ingin berbagi kegelisahannya saja tanpa mengatakan hal yang sebenarnya, ternyata sang ibu justru bisa menebak semuanya dengan tepat.{Bara, a
Setengah mati, Bara menahan diri seperti orang gila dan baru kali ini Bara dipermainkan oleh hasratnya sendiri padahal ia dan Karina pun pernah berpacaran sebelum akhirnya menikah tapi ia tidak pernah merasakan sensasi seperti sekarang ketika ia melihat tubuh Gina.Ketika Bara setengah mati berusaha untuk mengendalikan dirinya dari hasratnya ingin menyentuh Gina, tiba-tiba saja punggungnya tersentuh tangan Gina yang sepertinya sedang merubah posisi tidurnya. Bara yang tersentuh oleh Gina segera membalikkan tubuhnya, dan lagi-lagi ia diuji dengan apa yang diperlihatkan padanya di depan mata. Gina merubah posisi, dan kali ini posisi terlentangnya disempurnakan hingga bagian dada perempuan itu semakin terlihat karena perubahan posisinya tersebut. Darah Bara kembali memanas. Degup jantungnya berdetak kencang, napasnya jadi memburu. Setengah mati, Bara mencoba membuat bagian bawah perutnya tidak menegang, sekarang setelah ia mulai berhasil, Gina kembali mengujinya karena perempuan itu m
"Tidak! Apa yang sedang aku pikirkan!" rutuk Bara sambil memukul kepalanya perlahan, berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri agar tidak terangsang melihat apa yang seharusnya tidak boleh ia lihat. Namun, semakin ditahan, semakin sulit Bara mengatasi perasaannya hingga pria itu membalikkan tubuhnya untuk sesaat berusaha menetralisir perasaannya yang tidak karuan saat melihat salah satu dada Gina utuh seperti itu.'Aku normal, apalagi semenjak bercerai dengan Karina, kebutuhan biologis ku tidak pernah tersalurkan, wajar, kan aku merasa seperti ini melihat dadanya? Aku bukan pria yang berpikiran kotor, 'kan?'Hati Bara bicara, berusaha mencari pembenaran ketika sudut hatinya yang lain menyalahkannya.Perlahan, ia membalikkan posisi badannya kembali, dan ingin menyelimuti Gina agar bagian dada Gina tertutup hingga membuat darahnya mengalir lebih cepat.Bara khawatir ia tidak bisa menahan diri untuk tidak menyentuh Gina lantaran sejak beberapa hari belakangan ini pikirannya terus saja
Sisi arogan Bara kembali mencuat dan itu membuat Gina mau tidak mau tidak bisa berbuat apapun lagi untuk melakukan bantahan.Meskipun sulit untuk melakukan apa yang dikatakan oleh Bara, tapi apa boleh buat, jika Bara sudah bersikap seperti itu, tidak ada yang bisa membantah lagi tak terkecuali dirinya.Namun, Gina juga tidak langsung melakukan apa yang diperintahkan oleh Bara, membaringkan tubuhnya sambil menyusui Gavin seperti yang biasa ia lakukan di kamar Gavin.Gina menggendong Gavin saja sambil mulai menyusui bayi Bara tersebut meskipun ia lelah melakukan itu sambil berdiri. "Gina. Kau tidak dengar apa yang aku katakan?" usik Bara melihat Gina tetap berdiri, padahal ia yakin perempuan itu sangat lelah melakukan hal itu sambil berdiri karena ia sendiri baru menggendong Gavin sebentar saja sudah kesulitan apalagi Gina.Ucapan Bara membuat Gina memalingkan wajahnya."Tuan tidur saja dulu, saya akan melakukannya perlahan," katanya dengan lirih khawatir mengusik ketenangan Gavin yang
"Jadi, menurut Bibi saya memang harus di sana?" tanya Gina dengan suara yang terdengar lirih tapi cukup baik didengar oleh Bi Narsih. "Ya. Saya akan sesekali mengecek kalian, jadi, Mbak Gina tidak perlu khawatir."Sekali lagi Bi Narsih meyakinkan, hingga akhirnya Gina mengalah dan dibantu oleh Bi Narsih yang menggendong Raya, ia membawa Gavin ke kamar Bara meskipun dengan perasaan yang masih sangat terpaksa. Gina berharap, Bara cepat pulih agar ia tidak terperangkap dengan perasaan canggung itu terus menerus dan ia khawatir debaran jantungnya itu jadi sebuah perasaan candu hingga nantinya akan membuat semua yang ia rasakan jadi mengganggu sikap profesionalnya dalam bekerja. Bara terlihat senang karena akhirnya Gina mau membawa dua bayi itu ke dalam kamarnya meskipun perasaan senang itu tidak ditampilkan begitu kentara lewat ekspresi apalagi lewat kalimatnya.Pria itu masih memiliki sisi arogan yang tidak bisa jatuh begitu saja di hadapan seorang wanita walaupun kenyataannya ia seka
"A-apa, Tuan? Mereka saya bawa ke sini?" ulang Gina untuk memastikan pendengarannya tidak salah. "Apa aku harus mengulang semua yang aku katakan?" Bara balik bertanya. Hingga Gina buru-buru minta maaf. "Tunggu apalagi? Bawa mereka ke sini!" perintah Bara tanpa peduli reaksi Gina sebenarnya keberatan untuk melakukan apa yang dikatakan olehnya. Bukan tanpa alasan, Gina merasa keberatan untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Bara, selain Bara juga sedang sakit dan kehadiran dua bayi itu dikhawatirkan mengganggu ketenangan Bara yang harus banyak istirahat, ia juga akan sungkan menyusui dua bayi tersebut di hadapan pria yang bukan siapa-siapanya.Jika dadanya terlihat bagaimana? Selain ia tidak nyaman, Gina juga tidak percaya diri lantaran kalimat Karina yang mengatakan bahwa Bara menyukai perempuan dengan dada yang indah selalu saja terngiang di telinga perempuan tersebut.Namun, Bara seperti biasa tidak mudah untuk ditentang. Selain posisinya adalah seorang bos yang harus selalu
"Bapak benar-benar memecat saya? Apakah Bapak tidak mau jujur dengan perasaan Bapak sendiri karena saya orang yang bekerja dengan Bapak? Atau karena ada Gina dan Bi Narsih, Bapak jadi gengsi? Bapak menyukai saya, kan? Saya selalu mendapatkan Bapak memperhatikan saya secara diam-diam!"Santi yang sudah merasa nasibnya di ujung tanduk memilih nekat mengatakan hal itu hingga semua yang ada di situ terkejut terutama Bara. Bi Narsih menatap Santi dengan tatapan mata tidak percaya, Santi bisa senekat itu bicara pada Bara.Sementara itu, Bara yang awalnya terkejut mendengar apa yang dikatakan Santi selanjutnya tertawa sinis sampai ia melipat kedua tangannya di dada.Wajahnya yang tidak berenergi terlihat murka tapi pria itu berusaha menahannya dan ia menatap wajah Santi tajam hingga mereka saling tatap lagi untuk beberapa saat. "Kau terlalu percaya diri, Santi. Itu bagus, tapi aku sarankan padamu, terlalu percaya diri akan membuat kau terlihat bodoh! Aku memperhatikanmu, bukan berarti aku
"Mas, apa yang kamu lakukan?!"Gina berdiri mematung di depan pintu kamar, napasnya tercekat. Baru saja ia pulang dari posyandu bersama bayi kecilnya, Raya, tetapi yang ia temukan di rumah adalah pengkhianatan.Suaminya, Haris, sedang bersama perempuan lain di ranjang mereka!Wanita berambut pirang panjang itu segera membenahi pakaiannya, karena ia hampir tanpa pakaian saat Gina memergoki ia dan suami Gina di kamar tersebut.Tanpa pikir panjang, Gina mendekat dan menarik wanita itu dengan amarah yang meluap. Namun, tangan Haris dengan cepat menahannya."Cukup, Gina! Jangan sentuh Jessica!" bentak Haris, matanya menatap tajam, bukan dengan rasa bersalah, melainkan kemarahan.Gina mengerjap, hatinya hancur melihat bagaimana suaminya lebih memilih membela wanita lain dibanding dirinya. "Kamu membelanya? Aku istrimu, Mas!""Ya! Karena dia lebih baik darimu!" sahut Haris tanpa ragu. "Aku muak denganmu! Kamu cuma bisa melahirkan anak perempuan!"Gina tersentak. Air matanya menggenang, buka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments