Lea, seorang wanita tunanetra, memutuskan mengakhiri pernikahannya yang tak bahagia dengan Rian, lelaki yang tak pernah mencintainya. Dia berharap menemukan kedamaian dengan menikahi Zio, tapi justru terjebak dalam pernikahan penuh kebencian, fitnah, dan konflik, diperburuk oleh keinginan Rian untuk kembali padanya. Saat Lea mendapatkan kembali penglihatannya berkat bantuan misterius, dia sadar ada harga yang harus dibayar. Kehidupannya jadi lebih rumit ketika Zio mulai menyesali perlakuannya, dan Rian terus mengejarnya. Kini, Lea harus memilih: kembali pada Rian yang tak pernah dia cintai, atau memberi Zio kesempatan untuk menebus kesalahannya.
View MoreZio bungkam dengan mata berubah merah mendengar balasan kalem bin tenang dari sang istri. "Kau pikir aku akan tertarik pada barang obral di luar sana. Saat aku punya yang exclusive premium yang bisa kunikmati kapan saja di sampingku.""Aku bukan barang!" tandas Lea saat diibaratkan layaknya benda."Kau sendiri menganggapmu begitu," balas Zio sambil bersedekap hingga Lea menangkap dasi yang dipakai sang suami berantakan."Mana ada. Kemari!" Lea menyingkirkan gelas yang ada di hadapannya. Zio hanya mencondongkan tubuhnya. Seolah tahu kalau Lea ingin membenahi dasinya. "Senang sekali buat berantakan," gerutu Lea."Ada yang membuatku gerah pagi. Bokong seksi yang ... alamak! Lea!"Zio protes ketika Lea mencekik lehernya. "Mulutnya ....""Seksi kan, buktinya kamu suka kalau kucium." Adalah kejadian langka saat Zio menanggalkan topeng kulkasnya lantas mulai menunjukkan mode mesumnya dalam bentuk verbal. Biasanya Zio akan menunjukkan sisi tersebut melalui tindakan.Namun kehadiran Lea se
Zio sejenak terdiam setelah mendengar kalimat Lea. Bahkan ditempat ini Lea merasa lebih baik, lantas kehidupan macam apa yang sudah dua tahun ini Lea jalani. Apakah sangat mengerikan, hingga mendengar nama keluarga Mahendra saja Lea rasanya enggan.Perempuan seperti apa sebenarnya yang telah Nika pilihkan untuknya? Istimewa sekali kah dia? Sampai Nika berulang kali menyebut kalau dia akan lebih baik darinya.Tiba-tiba saja debar jantung Zio meningkat drastis kala aroma tubuh Lea melewati dirinya begitu saja.Lea, perempuan ini terkadang menunjukkan sisi kepatuhan luar biasa padanya, tapi terkadang ada bagian dari Lea yang menunjukkan kalau dia juga bisa memberontak.Namun sekali waktu dia juga merasa Lea terasa sangat sulit didekati hatinya. Karakter sebenar perempuan ini belum terbaca oleh Zio. Dan hal ini membuat Zio makin kacau tiap kali berada di dekat Lea.Seperti saat ini, ketika tiba-tiba Zio melakukan sebuah aksi impulsive yang tergolong tak pernah dia lakukan. Lelaki itu ber
"Inez Alkanders sudah tahu soal status Ibu Lea yang seorang janda."Pesan terkirim. Tak berapa lama balasan pun datang."Bagus, lanjutkan tugasmu. Jangan sampai ada orang yang tahu atau ayahmu akan segera menjadi mayat."Si penerima pesan langsung mengepalkan tangan, jelas sekali beban yang sedang dia tanggung.Perlahan sosok itu menutup pintu yang menjadi partisi antara balkon dan tangga. Pelan dia menyeret langkahnya menjauh dari tempat itu. Sempat dia mendengar suara tamparan. Diam-diam dia menarik sudut bibirnya, agaknya dia sangat puas saat tahu Inez menampar Lea.Sementara di balkon lantai dua.Janda? Jadi status ini yang dipermasalahkan oleh Inez. Zio tentu tak memberitahu sang mama soal Lea. Pria itu langsung membawa Lea pulang begitu mereka menikah.Asal usul Lea pun Inez tak diberitahu. Wajar saja jika perempuan itu langsung meledak waktu tahu status Lea adalah janda. Lea hanya diam waktu Inez menamparnya. Apa yang salah dengan status janda? Apakah hina dengan menyandang ge
"Jika mereka pasangan kekasih, berarti Zio merebut Nika. Begitu?" gumam Lea lirih.Seharusnya dia tidak ikut campur masa lalu Zio, Agra dan Nika. Namun sudah jadi kodrat manusia untuk kepo dengan urusan orang lain. Dan Lea mengalaminya.Lea harusnya tutup mata, tutup telinga. Toh, yang mereka perebutkan sudah meninggal, tidak bisa ditanyai lagi kebenarannya. Fokus ke masa depan adalah hal yang sepatutnya Lea lakukan.Tapi semakin dia memikirkannya semakin dia ingin tahu apa yang sesungguhnya terjadi."Melamun?" Tubuh Lea seketika terbaring ke sofa kala Zio muncul lantas mendorongnya. Pria itu tanpa aba-aba langsung melumat bibir sang istri.Perlu beberapa waktu bagi Lea bisa meminta jeda. Zio seolah ingin menelannya hidup-hidup tiap kali mereka beradu bibir."Belum mandi," kata Lea sambil menahan dada bidang Zio yang kembali ingin menindihnya."Kamu wangi, rasamu selalu manis. Aku menyukainya." Tubuh Lea melenting cantik saat Zio menyentuh puncak dada di balik kaos yang Lea kenakan.
"Aduh, Ma. Sakit. Aduuhh!"Dari rengekan manja, teriakan Zico berubah jadi jerit maskulin saat Lea menoyor kepala sang adik ipar, yang makin menjadi memanggilnya mama."Kapan hamilnya, anaknya sudah bisa jadi pacar berondong gitu." Agni menggelengkan kepala melihat interaksi Lea dan Zico yang kelewat harmonis untuk ukuran kakak dan adik ipar."Awas kalau manggil mama lagi!" Ancam Lea dengan tatapan sadis dan keji."Dia yang mulai kenapa yang aku disalahkan. Gentle kakak, ni muka aku asuransikan," oceh Zio asal."Serius, Dek?" Serobot Puspa yang baru keluar dari pintu toko."Ya gaklah, Kak. Bercanda. Peace." Zico nyengir lebar sambil mengangkat dua jari membentuk kode damai."Kalian lihat, perlu sabar setebal dompetnya buat ngadepin dia.""Sa ae, Kakak," komen Zio manis.Lea kembali mengompres memar di wajah Zio. Setidaknya sampai bisa dia tutupi dengan foundy atau bedak. Cara yang sama digunakan Edo dan teman-temannya untuk memojokkan Zico. Untungnya Lea cermat mengamati hingga dia t
Lea seketika memandang ke arah Rina dan Aldo yang berdiri di depannya. "Mantan kakak ipar? Kamu pernah menganggapku kakak ipar? Dan tadi apa katamu? Liar? Liar yang bagimana?"Balasan dari Lea telak membungkam Rina. Sementara Agra tampak memicing mengamati Rina. Adik Rian Mahendra rupanya. Agra menarik sudut bibirnya. "Tuan, apa Anda tahu kalau perempuan ini sangat suka menggoda lelaki, pacarnya banyak," cetus Rina tiba-tiba."Benarkah? Tapi kenapa aku susah sekali membawanya keluar. Untuk sekedar makan siang saja, aku harus putar otak untuk membujuknya," balas Agra yang seketika membuat Lea melotot.Ternyata pria ini pun sama saja, kesal Lea dalam hati. "Pergilah, aku dan kamu tidak punya urusan lagi. Kalian kalau mau kencan jauh-jauh sana. Ganggu saja!"Rina mengepalkan tangan, jengkel sekali pada Lea yang kini dia anggap sombong. "Awas saja, akan kuberitahu Mas Rian kelakuanmu yang murahan ini!"Rina berlalu pergi sambil menggandeng paksa Aldo yang sepertinya enggan beranjak dar
Zio sampai ke kantor dengan wajah sumringah. Semua tentu heran dengan perubahan sikap sang big bos. Biasanya mereka akan mendapati paras dingin membekukan. Kutub utara serasa pindah kata Revo.Namun hari ini meski aura kutub itu tetap ada tapi hawa yang terasa adalah hangat. Seolah kebekuan itu mencair meski hanya tersirat. Nancy yang melihat perubahan sikap Zio makin meradang marah. Dia yakin sedikit banyak pasti ada peran Lea di dalamnya.Nancy tidak bisa berbuat apa-apa jika Zio tetap menjaga jarak darinya. Meski rumor yang menyebut Nancy adalah istri Zio masih kuat merebak. Dan keasingan mereka saat di kantor hanyalah kamuflase agar hubungan mereka tak terendus publik.Tak sedikit yang percaya gosip itu tapi banyak juga yang menganggap itu hanya hasil halu Nancy belaka."Sumringah amat lu, baru dapat jatah?"Zio mengeplak lengan Revo yang dengan enteng menyebut hubungan seks tanpa basa basi di kantor. "Kalaupun gue dapat jatah, elu mau apa? Gue punya istri. Gak kayak elu. Jomblo."
Sejak perdebatan malam itu, Lea lebih banyak diam. Ah, tapi Lea memang tidak banyak bicara dari dulu. Jadi tidak terlalu terasa perbedaannya. Zio yang memang keras kepala memang tidak berpikir kalau larangannya berteman dengan Agra akan berdampak begitu besar pada sikap sang istri.Mereka yang baru melangkah menuju sebuah hubungan yang lebih serius agaknya harus menghadapi cobaan lebih dulu.Zio suka Lea yang cerewet, yang memberontak kalau dia tidak suka akan suatu hal bukan yang menurut macam boneka. Lama-lama didiamkan, Zio akhirnya kesal sendiri."Lea," panggil Zio suatu pagi.Lea yang pagi itu baru saja gelut dengan Nancy perihal hal sepele yang tidak jelas, hanya menjawab sekenanya. Dia tidak tahu Zio sudah mulai menunjukkan amarahnya."Lea," panggil Zio lagi."Iya, sebentar."Sebentar, dan Lea langsung dibuat jantungan ketika Zio sudah berdiri di belakangnya yang sedang memilih baju."Gak dengar?"Lea menegang mendengar Zio berbisik di telinganya. Terhitung tiga hari Lea lebih
Lea serasa tak punya muka saat dia melangkah memasuki The Mirror. Namun dia juga tidak mau kalah dengan Nancy. Lea yakin kalau Nancy pasti ada hubungannya dengan kejadian kumatnya alergi Arch.Istri Zio sengaja melewati ruang makan, tidak ingin bertemu siapapun. Namun kakinya baru menginjak ruang tamu ketika suara Arch menyapanya."Aunty pergi kenapa tidak bilang." Bocah itu berada dalam gendongan papanya. Baru saja menuruni tangga sepertinya."Aunty takut Arch marah."Bukannya menjawab, tangan Arch justru terulur minta gendong. "Aunty yang masakin Arch ya?""Emm itu.""Rasanya sama kayak masakan mama. Arch jadi merasa kalau mama masih hidup."Lea terkesiap, bocah sekecil itu sudah tahu makna hidup dan mati. Istri Zio diam tanpa menjawab. Dia hanya mencium pipi Arch yang langsung mengulas senyum."Aunty ke toko kembang?"Lea mengangguk sambil membawa Arch ke sofa. Nancy yang melihatnya tidak suka."Arch, Tante bawakan makanan buat kamu, tenang ini aman dari kacang," ucap Nancy, jelas
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments