Share

BAB 5 KAU ATAU AKU

Lea sempat terkejut mendengar ucapan pria yang tak lain adalah Rian. Bukannya hari itu lelaki tersebut yang bersikukuh ingin berpisah dengannya. Kenapa sekarang Rian mengubah keputusannya?

Apa ada rencana lain yang sedang Rian jalankan. Apa ayah mertuanya tidak jadi mewariskan rumah sakit miliknya jika Rian bercerai dengannya. Sebab alasan itulah yang dipakai papa Rian untuk memaksa sang putra menikahi Lea waktu itu selain untuk menebus kesalahannya.

Rian tentu tak punya pilihan lain selain menurut, atau rumah sakit itu akan dikelola yayasan. Sudah pasti Rian tidak mau itu terjadi.

Namun Lea sudah muak dengan semua yang dia dapatkan dua tahun ini. Cukup sudah, hatinya telah mati rasa. Suami yang tidak pernah menghargainya, teman yang hanya menusuknya dari belakang. Keluarga yang sama sekali acuh padanya.

Tidak! Lea tidak mau kembali ke sama. Karena itu jawaban Lea berikutnya membuat Rian terkejut. Rian pikir Lea tipe yang mudah dibujuk, dibaik-baikin sedikit langsung luluh hatinya.

"Tidak mau! Aku tetap ingin berpisah denganmu."

"Kenapa? Aku minta maaf sudah berlaku buruk padamu. Aku minta maaf, aku menyesal," rayu Rian.

Lelaki itu bahkan memberanikan diri menyentuh tangan Lea. Hal yang tidak pernah Rian lakukan selama ini. Bagaimana Lea tidak sakit hati, dia istrinya tapi Rian sama sekali tidak peduli padanya, lelaki itu bahkan bisa bersikap manis dengan wanita lain, tapi tidak padanya.

Cukup sekali Lea mengalami, dia tidak mau mengulanginya.

Lea mengulas senyum seraya menepis pelan tangan Rian. "Semua sudah terlambat, Mas. Semua sudah selesai."

"Tidak Lea! Jangan begini. Aku akan menebus dosaku. Aku akan perbaiki kesalahanku. Kita bisa mulai lagi dari awal," mohon Rian.

Namun Lea mengangkat tangan, tidak ingin mendengar apapun lagi dari Rian. Saat itulah, pintu ruangan terbuka dengan bola mata Rian memicing melihat Zio keluar dari dalam ruangan tersebut.

"Jangan memaksa jika dia bilang tidak mau," celetuk Zio yang membuat Rian terkejut.

Bagaimana pria ini tahu masalah rumah tangganya. Apa benar kata sang mama kalau Lea diam-diam ada main di belakangnya. Dan pria ini adalah orangnya.

"Siapa kau? Jangan berani ikut campur urusan kami!" Kata Rian dengan manik mata menatap Zio tajam.

"Aku bukan siapa-siapa. Cuma karena kalian berdebat di depan kamarku, jadi aku bisa mendengarnya." Zio tak mau kalah dengan Rian.

"Dia istri saya ...."

"Mantan!" tegas Zio dengan aura dominasi begitu kuat.

"Siapa dia?" Rian bertanya pada Lea kali ini.

"Dia bukan siapa-siapa. Tidak ada hubungannya dengan masalah kita," balas Lea yang membuat Zio menarik sedikit sudut bibirnya.

Perempuan buta di belakang Zio kembali menarik perhatiannya.

"Kalau begitu, ikut denganku. Kita pulang."

"Ke mana?" tanya Lea miris.

"Rumah kita."

"Aku tidak punya rumah!" tegas Lea.

Hening menyapa ketiganya. Kalimat Lea sudah cukup melukiskan bagaimana pedih hidup yang perempuan itu jalani. Sampai dia tidak punya tempat yang pantas ia sebut rumah.

"Lea aku mohon, beri aku kesempatan. Kita perbaiki semua. Aku menyesal sudah melakukan hal buruk padamu."

Lea mundur ketika Rian mendekat. Zio sendiri hanya diam menyaksikan. Tidak bergerak jika Rian tidak berbuat kasar pada Lea.

"Pergilah, Mas. Hubungan di antara kita sudah berakhir, dan itu juga keinginan Mas sendiri. Jadi tidak perlu memohon, saya bukan orang yang akan mempersulit keadaan. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu."

Lea memantapkan hati. Dia sudah bertekad untuk lepas dari Rian. Namun lelaki itu sepertinya belum mau menyerah.

"Aku akan datang lagi Lea, aku akan membuatmu kembali padaku," ucap Rian pada akhirnya.

Dia akan mencari cara untuk meluluhkan hati Lea. Pria itu bertekad akan mendapatkan Lea lagi.

Lea bisa merasakan Rian pergi menjauh. Saat itulah Lea bicara lagi. "Tuan, bolehkan saya bertemu nyonya?" Tanyanya pada Zio yang dia yakin masih berada di sana.

Tidak ada jawaban hanya terdengar suara pintu yang dibuka. Hingga di sinilah Lea berada. Sebuah kamar perawatan kelas wahid dengan Nika duduk di sofa seolah menunggunya.

"Ya, Lea. Ada apa?"

Suara lembut Nika sempat membuat Lea ragu, tapi tekadnya sudah bulat. Dia tidak mau Rian terus mengejarnya. Dia tidak mau kembali lagi pada pria itu. Dan perempuan di depannya menawarkan solusi untuk masalahnya.

"Apa penawaran Nyonya masih berlaku? Saya bersedia melakukannya."

Senyum Nika mengembang berbanding terbalik dengan Zio yang langsung mengetatkan rahang. Tidak pernah menyangka kalau Lea akan mengambil keputusan ini.

"Tentu saja. Aku hanya menawarkan kesempatan ini padamu. Kesepakatan kita tidak berlaku pada wanita lain. Kalau begitu mari siapkan semua."

Saat Nika sibuk menghubungi beberapa orang yang berkompeten dengan hal yang ingin dia lakukan. Zio diam-diam mendekati Lea.

"Aku tidak pernah menyangka di balik wajah polosmu. Kau ternyata licik juga."

"Saya hanya sedang menolong Nyonya." Lea menolak disebut licik. Sebab yang dia lakukan ditawarkan seseorang padanya, bukan sengaja dia ingin melakukannya.

"Tapi aku merasa sebaliknya. Kau sama saja dengan mereka. Kau tahu aku mulai memupuk benci padamu."

"Silakan. Itu urusan Tuan, bukan urusan saya."

Zio mengepalkan tangan, perempuan buta di depannya ternyata tak mudah di gertak.

"Kau tahu, dengan kondisi ini kau lebih banyak diuntungkan," kata Zio lagi.

"Saya pikir Nyonya sudah memperhitungkannya," balas Lea tenang.

Sial! Dia bisa menjawab lagi.

"Semua sepadan Tuan, Nyonya mendapatkan keuntungan dari saya, sementara saya dengan sengaja melemparkan diri ke dalam neraka pernikahan. Bukan begitu?"

Senyum tipis terukir di bibir Lea.

"Kau benar, kita lihat saja nanti. Siapa yang akan bertahan, kau atau aku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status