Setelah enam tahun pernikahan, suami Aina marah besar karena baru mengetahui jika buah hati Aina bukanlah anaknya. Bahkan, Fakhri tak mendengar alasan Aina, dan menuduhnya selingkuh, hingga menginginkan cerai. Namun, siapa sangka, jika Aina malah kedapatan hamil anak kedua. Aina sempat bersyukur karena Fakhri berniat menunda perceraian mereka hingga Aina melahirkan. Tapi sayang, bahagia Aina hanya bertahan sementara, karena Fakhri justru menambah sakit hati Aina dengan memadu Aina.
Lihat lebih banyak“Wulan keguguran, Aina. Dia harus menjalani operasi kuretasi saat ini,” jelas Fakhri.Aina terdiam. Bibirnya terkatup rapat tak bisa berkata apa-apa. Entah apa yang dirasanya kali ini. Aina tidak pernah mengalami hal tersebut. Namun, dia tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ibu dan sangat menyakitkan jika harus kehilangan calon bayi.“Aku … aku harus menemaninya beberapa hari ini. Maafkan aku, Aina … ,” imbuh Fakhri.Aina mengangguk sambil menarik napas panjang. Saat ini Wulan memang lebih membutuhkan Fakhri dan dia akan berbesar hati.“Iya, Mas. Gak papa. Aku paham, kok. Wulan pasti sangat kehilangan. Sampaikan salamku untuknya, ya.”Fakhri mengangguk kemudian sudah mengakhiri panggilannya. Aina tampak terdiam sambil menyimpan ponselnya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya menimpa Wulan semalam. Bisa jadi Wulan jatuh dengan sangat keras sehingga membuatnya keguguran.“Ada apa, Aina? Ap
“Ke Wulan malam ini? Memangnya ada apa, Mas?” tanya Aina.Ia penasaran mengapa tiba-tiba Fakhri ingin pergi. Kenapa juga isi pesan Wulan itu kini terbukti? Apa jangan-jangan Wulan sudah merencanakan hal ini?Fakhri tampak serba salah. Mata coklatnya kini menatap Aina dengan fokus. Ada banyak penyesalan di sana dan Aina bisa melihat dengan jelas.“Aku baru dapat telepon kalau Wulan terjatuh di kamar mandi dan pendarahan. Aku takut terjadi sesuatu dengan bayinya, Aina.”Aina terhenyak mendengar penjelasan dari Fakhri. Ia tahu Wulan sedang hamil muda dan hal yang baru saja dikatakan Fakhri itu sangat membahayakan kandungannya. Aina tidak bisa marah ataupun melarang Fakhri. Taruhannya adalah nyawa kali ini.Refleks kepala Aina mengangguk dengan mata yang terus fokus menatap Fakhri. Fakhri tersenyum lega sambil berhambur memeluk Aina. Aina hanya terdiam dalam dekapan suaminya. Sungguh dia tidak mau pria ini pergi, tapi di luar sa
“Kamu ingin aku berbohong?” sergah Wulan.Fakhri diam, mematikan laptopnya kemudian bangkit dan berjalan menuju Wulan. Ia duduk di sampingnya kemudian meraih tangan Wulan dan mencium punggung tangannya berulang kali. Wulan hanya terdiam, hatinya sudah meradang saat Fakhri menolak permintaannya. Namun, berangsur luluh ketika pria tampan itu merayunya.“Hanya sekali, kan. Selanjutnya aku tidak akan memintamu berbohong,” pinta Fakhri.Wulan belum berkomentar, tapi kepalanya perlahan mengangguk seakan mengiyakan permintaan Fakhri. Wulan memang sudah memberi seluruh hati dan tubuhnya untuk Fakhri. Jadi mana mungkin dia menolak permintaan Fakhri kali ini. Fakhri sontak tersenyum sambil mendekatkan wajah dan mengecup kening Wulan.“Sudah, yuk!! Kita pulang.”Wulan menurut. Tak lama mereka sudah berjalan beriringan keluar kantor. Mungkin kali ini Wulan akan menuruti permintaan Fakhri. Namun, dia punya rencana sendiri unt
“SIALAN!! Berengsek!!” maki Wulan.Aina hanya tersenyum mendengarnya. Tidak dia duga ucapannya barusan membuat Wulan marah. Dia kesal dengan madunya. Hari masih pagi, tapi sudah membuat ulah. Mungkin Wulan pikir, Aina akan diam saja dan tidak membalas, tapi dia salah besar.Tanpa menambahkan kata-kata lagi, Wulan langsung mengakhiri panggilannya. Dia melempar ponselnya ke sofa kemudian menyusul menghempaskan tubuhnya di sana.“Sialan!! Dia pikir, dia bisa menyaingiku. Tidak, Aina. Kamu salah besar. Aku akan membuat Fakhri hanya melihat ke arahku. Bukan kamu!!” geram Wulan.Wajah wanita cantik itu merah padam karena emosi dan hal ini benar-benar merusak moodnya pagi ini. Fakhri yang baru saja bangun dan keluar dari kamar tampak bingung melihat ulah Wulan. Ia mengernyitkan alis sambil berjalan menghampiri Wulan.“Kamu kenapa?” tanya Fakhri dengan polosnya.Wulan tidak menjawab malah melengos. Ia masih kesal
“Masa, sih?” Fakhri malah balik bertanya.Kini pria tampan itu juga mengendus tubuhnya sendiri. Kemudian tersenyum dengan cerianya dan menganggukkan kepala. Tentu saja ulah Fakhri membuat Wulan kesal. Dia sudah menduga jika seharian ini Fakhri menemui Aina. Sayangnya, Wulan tidak bisa menghubungi Bu Wati untuk mencari tahu. Wanita paruh baya itu sedang pulang kampung.“Iya, mirip parfum Aina.” Fakhri kembali berkomentar dan itu membuat Wulan semakin meradang.Matanya menatap tajam Fakhri dengan tampang cemberut dan bibir maju beberapa senti.“Tadi aku memang bertemu banyak klien dan salah satunya wanita. Mungkin parfum mereka yang mirip dengan milik Aina,” jelas Fakhri dan kali ini dia terpaksa berbohong.Fakhri sengaja tidak berkata jujur kali ini. Dia malas berdebat dengan Wulan. Sebisa mungkin dia ingin menciptakan suasana kondusif dengan istri keduanya itu. Sehingga jika usai Wulan melahirkan, ia tidak kesuli
“Mas Fakhri … ,” desis Aina.Aina sangat terkejut saat melihat Fakhri kembali datang dan sedang berdiri di depannya. Parahnya lagi ia sedang bertanya sesuatu yang kebingungan ia jawab. Apa mungkin Fakhri mendengar pembicaraannya dengan Damar?“Kok gak dijawab? Kalian sedang merahasiakan sesuatu dariku?” Fakhri kembali bersuara.Bahkan ia sudah berjalan masuk dan berdiri di depan Aina serta Damar sambil melipat tangan. Aina menatap Fakhri dengan gugup. Ia harap suaminya tidak melihat ekspresi wajahnya kali ini. Aina takut jika Fakhri marah dan kembali berulah yang menyeramkan.“Semalam kami menemui klien di rooftop resto dan aku tidak tahu jika Aina takut ketinggian. Itu sebabnya aku minta maaf.” Damar spontan menjawab dan Aina berharap Fakhri mau menerima penjelasannya.Fakhri masih diam dan kini melihat Aina dengan sudut matanya.“Kenapa kamu tidak bilang, Aina?”Aina kembali ter
“Loh, Mas ini bukan dokter langgananku? Apa gak masalah?” tanya Aina.Mereka sudah berada di rumah sakit dan hendak bertemu dengan dokter teman Robby tadi. Fakhri tersenyum sambil mengelus lembut lengan Aina.“Iya, gak papa. Dokter ini yang menangani Wulan. Kemarin saat mengantarnya kontrol, aku lihat dia sangat teliti memeriksanya. Jadi kamu coba dulu saja. Kalau tidak cocok, boleh pindah ke dokter langgananmu.”Aina hanya diam sambil berulang menelan ludah. Entah mengapa ada sedikit rasa sakit, saat Fakhri berkata tentang Wulan. Sepertinya Fakhri memang benar-benar memainkan perannya sebagai pelaku poligami yang baik. Bisa jadi juga dia sangat perhatian seperti ini jika bersama Wulan.Helaan napas panjang keluar dengan spontan dari bibir Aina dan sepertinya hal itu dilihat Fakhri. Fakhri tersenyum kemudian merengkuh Aina dalam pelukannya. Dengan lembut, Fakhri membimbingnya masuk ke dalam ruangan dokter.Dokter tersebut me
“Bunda!! Bunda gak bangun!!!” seru Zafran dari luar kamar.Aina sontak membuka mata dan melirik jam di dinding kamarnya. Sudah pukul enam pagi dan sepertinya dia sedikit kesiangan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina merasa lelah dan malas beraktivitas hari ini.“Eng … iya, Sayang. Bunda sudah bangun,” jawab Aina.Tak lama terdengar suara pintu dibuka bersamaan dengan Zafran yang berhambur masuk ke dalam kamar. Aina langsung tersenyum. Ia duduk di tepi kasur sambil menyambut pelukan Zafran.“Bunda kenapa? Sakit?” Kembali Zafran bertanya.Aina terdiam, tapi dia segera berdiri dan melihat pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya tampak pucat, ada lingkaran hitam di bawah matanya belum lagi rambut hitamnya yang tampak berantakan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina tak karuan.“Kalau Bunda sakit mending libur dulu. Zafran telepon Ayah, ya?”Aina sontak tercengang dan mengge
“DAMAR!!!” sentak Aina.Ia mendorong tubuh Damar sambil mengurai paksa pagutan pria manis itu. Wajah Aina menegang, matanya berair dengan bibir yang bergetar. Sementara Damar hanya diam, wajahnya terlihat datar, tapi matanya sedang menunjukkan penyesalan.“Maaf, Aina. Aku hanya ---”Damar tidak meneruskan kalimatnya karena Aina sudah membalikkan badan dan berlarian masuk ke dalam rumah. Hanya helaan napas yang keluar dari bibir pria manis itu diiringi lanjutan kata-kata.“Aku hanya sedang menunjukkan perasaanku,” lirih Damar.Sementara itu, Aina langsung masuk ke dalam kamar. Tidak dia hiraukan tatapan kebingungan Bi Isa yang membukakan pintu untuknya. Wanita cantik itu langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan berurai air mata di sana.“Maafkan aku, Mas. Maafkan aku Mas Fakhri,” cicit Aina.Entah mengapa kejadian hari ini benar-benar menguras emosinya. Siang tadi Fakhri menemuinya da
“KATAKAN PADAKU SIAPA AYAHNYA? Siapa ayah Zafran, Aina!!” seru Fakhri penuh amarah.Aina hanya diam, menundukkan kepala dan tak bersuara sedikit pun. Dia benar-benar shock saat suaminya bertanya seperti itu. Semua berawal saat Zafran, putra pertama mereka masuk rumah sakit akibat penyakit demam berdarah.Trombosit Zafran turun drastis dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Tadi siang, pihak rumah sakit menghubungi mereka mengatakan jika stock darah golongan B habis dan meminta Fakhri serta Aina segera mendapatkannya di luar sana. Fakhri terkejut mendengar hal itu dan setibanya di rumah, Fakhri malah mencercah pertanyaan seperti ini.“Kenapa diam saja, Aina?? Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku?”Aina masih membisu, ia bingung harus menjawab apa. Fakhri pasti terkejut saat tahu golongan darah putra mereka adalah B, sementara kedua orang tuanya bergolongan darah A. Harusnya Zafran memiliki golongan darah A juga atau O. Ini malah berbeda. Tentu saja menimbulkan tanya seperti itu pa...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen