Beranda / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 5 Menjadi Bahan Gosip

Share

Bab 5 Menjadi Bahan Gosip

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-03 20:48:46

BRUK!!

Fakhri langsung melepaskan cengkramannya sembari mendorong tubuh Aina hingga ia terjatuh ke lantai. Fakhri melihat Aina dengan sudut matanya, lalu tanpa berkata apa-apa sudah berlalu pergi meninggalkan Aina.

Aina terdiam, menahan sakit di dada sambil mengelus pipinya yang memerah. Buliran bening berjatuhan tak tertahan. Ini salahnya. Wajar jika suaminya bersikap seperti itu. Mana ada suami yang diam saja saat tahu istrinya punya anak dengan benih orang lain.

Aina menarik napas sambil menyeka air mata. Ini kebodohannya dan mulai hari ini dia harus mulai menikmati semua imbas dari kesalahannya.

“Bunda … .”

Suara Zafran tiba-tiba menyeruak masuk ke kamar Aina. Aina mendongak dan melihat putranya tampak menatap Aina dengan sendu. Untung dia sudah menghapus air matanya tadi.

“Iya, Sayang. Ada apa? Ini masih malam, kenapa Zafran bangun?”

Zafran terdiam sambil menatap Aina. Aina langsung bangkit menghampiri dan memeluknya. Aina menggiring Zafran duduk di sofa dalam kamarnya. Bocah berusia lima tahun itu masih terdiam menatap Aina tanpa kedip.

“Apa Ayah pulang, Bunda?”

Aina terkejut saat Zafran bertanya seperti itu. Apa dia mendengar tentang perselisihan mereka tadi?

“Memangnya kenapa?” Alih-alih menjawab pertanyaan Zafran, Aina malah balik bertanya.

Zafran tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Tadi Zafran melihatnya di luar rumah. Zafran juga mendengar suara mobilnya. Zafran pikir tadi mimpi makanya langsung ke sini.”

Aina menelan saliva sambil membelai wajah tampan putranya. Meski dia bukan anak kandung Fakhri, entah mengapa mata Zafran mirip dengan Fakhri.

“Enggak, Sayang. Ayah gak datang. Kamu pasti bermimpi tadi.” Aina terpaksa berbohong lagi.

Sedangkan Zafran hanya diam sambil menundukkan kepala. Aina melirik reaksinya, kemudian memeluk Zafran dengan erat.

“Kalau mau, malam ini Zafran boleh tidur sama Bunda.”

Sontak Zafran mengangkat kepala dan tersenyum lebar. “Beneran, Bunda?”

Aina mengangguk. Zafran tampak senang. Selang beberapa saat Zafran sudah terlelap di kamar Aina.

Sebelum subuh, Bi Isa dan Mang Samin datang. Mereka langsung mengerjakan tugasnya seperti biasa. Aina yang sedang sibuk menerima telepon, tiba-tiba terkejut saat melihat Bi Isa sedang berdiri di depannya.

“Ada apa, Bi?” tanya Aina.

Wanita paruh baya yang sudah dipekerjakannya sejak ia menikah hanya diam, menundukkan kepala dan berjalan tergesa ke dapur. Aina curiga dan gegas mengakhiri panggilannya, kemudian mengikuti Bi Isa.

“Ada apa, Bi? Apa uang belanjanya kurang?” Aina sudah menyusul dan kini berdiri bersisian dengan Bi Isa.

“Enggak, Bu. Semuanya cukup, kok.”

Aina terdiam kemudian memperhatikan Bi Isa dengan seksama.

“Kalau gak ada apa-apa, kenapa Bi Isa terlihat seperti orang bingung gitu?”

Bi Isa terdiam sesaat, tangannya yang sedari tadi sibuk memindahkan sayur mayur ke dalam lemari pendingin langsung berhenti. Perlahan ia membalikkan badan menghadap Aina.

“Bu … saya minta maaf sebelumnya, tapi saya sama sekali gak bermaksud apa-apa.”

Aina mengangguk sambil menatap Bi Isa. “Iya, katakan saja! Ada apa?”

Bi Isa menarik napas panjang sambil menundukkan kepala seakan tidak berani melihat ke arah Aina.

“Tadi saat saya belanja di tukang sayur depan, ibu-ibu kompleks bilang kalau Bapak menikah lagi. Apa benar seperti itu, Bu?”

Aina terdiam, tidak menjawab. Dia memang tinggal di perumahan yang padat penduduk. Sebelumnya Fakhri pernah mengajaknya tinggal di perumahan elit yang jarak antar rumah berjauhan dan tidak mau tahu satu sama lain. Hanya saja, Aina yang terbiasa bersosialisasi tidak suka dan akhirnya pilihannya jatuh pada kompleks perumahan ini.

“Saya tahunya dari Bu Wati. Semalam Bu Wati datang bersama Pak Dadang ke pesta pernikahan Bapak. Katanya ramai, Bu. Digelar di hotel bintang lima bahkan mengundang artis dari ibukota sebagai pengisi hiburannya,” imbuh Bi Isa.

Aina sama sekali tidak menjawab. Dia sendiri tidak tahu bagaimana pesta pernikahan suaminya semalam. Aina sengaja tutup telinga dan mata untuk itu. Lagi pula mana ada istri yang mau suaminya menikah lagi.

“Bu Wati juga bilang istri Bapak lebih cantik dari Ibu. Bu Wati diundang karena Pak Dadang merupakan rekan bisnis ayah dari istrinya. Begitu ceritanya, Bu.”

Aina hanya tersenyum datar sambil menatap Bi Isa dengan lembut. Ia tidak pernah tahu siapa Wulan dan memang sengaja Aina tidak mau tahu. Ini hukuman dari Fakhri dan Aina dengan tabah akan menjalaninya. Siapa tahu suatu saat nanti, Fakhri akan memaafkannya dan bersikap semanis dulu.

“Bu … Ibu baik-baik saja, kan?” Kini suara Bi Isa terlihat khawatir. Mungkin dia bingung saat melihat reaksi Aina yang hanya membisu sedari tadi.

“Iya, Bi. Udah, gak usah dipikirin omongan orang. Saya yang menjalaninya dan saya baik-baik saja, kok.”

Sengaja Aina menekankan kalimat terakhirnya, padahal saat ini hatinya sedang tidak baik-baik saja. Ia sengaja mengucapkan itu untuk membesarkan hatinya.

“Saya mau keluar. Saya ada janji dengan klien. Tolong jaga Zafran ya, Bi!!”

Tanpa menunggu jawaban dari Bi Isa, Aina langsung berlalu pergi. Ia masuk mobil dan perlahan meninggalkan rumah. Aina melihat ada sekumpulan ibu-ibu kompleks yang sedang asyik belanja tidak jauh dari rumahnya. Biasanya Aina akan menyapa dengan membuka kaca mobil dan tersenyum ke arah mereka. Namun, sepertinya tidak kali ini.

Pukul sembilan, Aina sudah tiba di sebuah kafe. Ia seorang ahli IT dan juga programmer. Aina terbiasa kerja online dan hanya keluar untuk menemui klien yang menginginkan jasanya. Seperti hari ini, seorang klien meminta dia membuat program yang meringankan kerja administrasi perusahaan.

Aina sudah memesan secangkir cappucino dan sandwich. Baru saja Aina mulai menikmati sarapannya, Tiba-tiba telinganya menangkap nama yang tidak asing.

“Mas Fakhri … kenapa kita mesti sarapan di sini? Aku kan maunya di kamar hotel saja,” rengek suara seorang wanita.

Aina urung memasukkan sandwich ke dalam mulut. Matanya malah beredar hingga berhenti ke dua sosok pria wanita yang duduk tak jauh darinya. Ia melihat Fakhri bersama seorang wanita. Bisa dipastikan itu adalah Wulan, istri kedua Fakhri.

“Sabar dong, Sayang. Mas kan mau ketemuan ama klien juga. Habis makan kita balik ngamar lagi, ya?”

Aina berdecak sambil tersenyum masam mendengar pembicaraan mereka.

“Halah … istrimu lagi palang merah aja pakai ngomong gitu,” batin Aina.

Aina tidak ambil pusing dan meneruskan makan paginya. Dia tidak tahu jika Fakhri akan datang ke kafe ini. Kalau tahu, pasti Aina memilih tempat lain. Kini Aina hanya berharap suaminya tidak melihatnya. Namun, keinginan Aina tidak didengar Tuhan hari ini.

Tanpa sengaja Fakhri melihat ke arahnya. Aina yang sedang menikmati sandwich, buru-buru buang muka, tapi reaksinya terlambat. Fakhri langsung berdiri dan berjalan menghampiri. Ia berdiri di depan Aina dengan tatapan menghujam.

“Jadi sekarang kamu juga menguntitku, Aina!!”

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 6 Pertemuan Tak Terduga

    “Enggak!! Aku gak menguntitmu!!” sergah Aina.Aina berdecak sambil menatap Fakhri dengan kesal. Padahal tujuannya datang ke sini untuk menemui klien bukan menguntitnya.“Jadi kamu penasaran dengan istriku?” Fakhri kembali bersuara.Aina pura-pura tidak mendengar dan melanjutkan makannya. Dia tidak berminat untuk berkenalan dengan istri kedua suaminya. Sudah cukup dia dihina semalam dan Aina tidak akan membiarkan suaminya terus merundungnya.“Sayang … sini!!” Tiba-tiba Fakhri berseru dan kini sambil meminta Wulan mendekat. Wulan berdiri berjalan dengan gemulai ke arah Aina.Wanita cantik berkulit putih bersih bak porselen dengan rambut hitam sepinggang sedang berdiri menatap Aina dengan sinis.“Jadi ini istri yang sudah selingkuh di belakangmu sampai punya anak, Mas?” ucap Wulan. Fakhri tidak menjawab hanya melihat Aina dengan dingin.Aina membalas tatapan sinis Wulan kemudian berdiri.“Iya, benar sekali. Saya Aina dan Anda pasti Wulan. Wanita yang mau menjadi madu dalam pernikahan kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 7 Tak Mau Bertemu Masa Lalu

    “Aku yang ingin memakai jasamu untuk membuat program di perusahaan milikku,” jelas Damar.Aina sontak membisu dan buru-buru menundukkan kepala. Damar Anggarda yang tak lain nama sosok pria di depannya ini hanya tersenyum sambil menatap Aina. Memang pernah terjadi sesuatu di antara mereka beberapa tahun lalu. Sayangnya Damar tidak pernah tahu apa yang dia lakukan telah membuat rumah tangga Aina retak.“Bagaimana kabar Fakhri?” Tiba-tiba Damar mengalihkan topik pembicaraan.Aina tidak menjawab hanya menganggukkan kepala. Damar memang sepupu jauh Fakhri. Dia tahu jika Aina menikah dengan Fakhri.“Lalu Zafran bagaimana? Dia sudah sekolah, belum?” Kembali Damar bertanya dan terdengar sangat tertarik untuk menanyakan kabar Zafran.“Iya. Zafran sudah sekolah. Semuanya … baik, kok.” Aina memutuskan untuk menjawab pertanyaannya.“Syukurlah. Sudah lama banget aku tidak kembali ke sini sehing

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 8 Maafkan Aku, Ibu

    “Masuk rumah sakit? Rumah sakit mana?” tanya Aina.Rini mendengkus sambil berdecak kencang.“Aku akan kirim alamatnya. Buruan Mbak ke sini!!”Rini sudah mengakhiri panggilannya, sementara Aina bergegas melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Hampir satu jam perjalanan hingga akhirnya Aina tiba di sana. Ada Rini yang menyambutnya.“Gimana keadaan Ibu, Rin? Kenapa bisa kena serangan jantung?” berondong Aina.Rini terdiam sambil menatap tajam ke arah kakaknya. Aina melihat reaksinya dan menghentikan langkah.“Kenapa? Kenapa kamu melihatku seperti itu?”Rini berdecak dan kini memicingkan mata sinis ke arah Aina.“Harusnya aku yang marah ke Mbak, bukan sebaliknya,” sergah Rini.Aina terkejut dengan ucapan Rini dan melihatnya dengan alis mengernyit. Rini menghela napas panjang, melipat tangannya di depan dada sambil menatap Aina dengan kesal.“Ibu tahu kal

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 9 Tambahan Hukuman

    “Damar!! Kok … kamu di sini?” seru Aina.Dia terkejut saat melihat pria yang baru saja ditemuinya di kafe tadi pagi kembali berjumpa di rumah sakit. Damar tersenyum sambil menatap Aina dengan lembut.“Aku sedang menjengguk salah satu klien-ku. Kamu sendiri sedang apa?”Aina belum menjawab. Ia tampak ragu untuk berkata jujur, tapi tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan Rini keluar menghampirinya.“Mbak, aku ke kantin dulu. Ibu sedang tidur, kok,” ujar Rini. Aina hanya mengangguk dan mengizinkan adiknya berlalu begitu saja.Kini Damar yang menatapnya dengan tajam.“Jadi ibumu yang sakit?” tebak Damar.Aina mengangguk sambil tersenyum. “Iya. I—ibu kena serangan jantung tadi pagi.”Damar terperangah kaget mendengarnya. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran dan juga keterkejutan. Aina yakin jika pria di depannya ini tidak sedang bersandiwara.“Lalu &helli

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 10 Sudah Mulai

    “MAS!! MBAK!!! Kalian ngapain?” seru Rini.Rini yang baru saja datang dari kantin terkejut saat melihat interaksi aneh yang terjadi antara Fakhri dan Aina. Sesaat tadi Fakhri memang mengirim pesan ke Rini untuk menanyakan rumah sakit Bu Hani. Kebetulan dia sedang menemui klien dan berada tak jauh dari rumah sakit tersebut sehingga bisa segera datang.Fakhri melirik Rini sekilas. Ia melepaskan cengkraman tangannya di pipi Aina lalu tanpa berkata sepatah kata langsung masuk ke ruang rawat inap Bu Hani. Aina dan Rini sengaja tidak mengikuti Fakhri. Mereka berdiri diam di teras dengan saling pandang satu sama lain.“Mbak … Mbak baik-baik saja, kan?” cicit Rini penuh kekhawatiran.Aina tersenyum lebar sambil mengangguk, tapi mata bulatnya sudah berkaca dan itu tidak bisa disembunyikan dari Rini. Rini hanya diam memperhatikan. Sebenarnya apa yang terjadi antara Aina dan Fakhri? Selama ini, yang Rini tahu penikahan kakaknya adem ay

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 11 Aku Penyebabnya

    “Syukurlah, aku senang akhirnya kamu bisa meluangkan waktumu, Aina,” ujar Damar.Pagi itu Aina memang bertemu dengan Damar. Aina sudah memutuskan akan menerima job dari Damar. Memang sebenarnya ini tidak sejalan dengan hatinya, tapi kebutuhan hidup tidak bisa dicukupi jika menuruti kata hati. Apalagi Fakhri benar-benar melakukan ucapannya tempo hari.“Iya, aku pikir aku bisa membagi waktunya, Damar.” Terpaksa Aina beralasan, ia tidak mau Damar curiga saat dia tiba-tiba menerima kerjaan dari Damar.“Oke, gak masalah. Lalu kapan kamu mulai mengerjakannya?”Aina diam sesaat sambil mengaduk cappuccino pesanannya.“Besok juga gak papa. Aku akan ke kantormu untuk mencari tahu apa saja yang harus dilakukan.”Damar manggut-manggut mendengar jawaban Aina. Entah dilihat Aina atau tidak, mata hazel pria manis itu terus berbinar. Seakan sedang menunjukkan kebahagiaan yang tak terkira.“Terus &

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 12 Dia Penjahatnya Bukan Aku

    “Mas Fakhri … ,” seru Aina tertahan.Ia melihat Fakhri sedang berdiri terpaku menatap Zafran yang memeluk kakinya. Di sebelah Fakhri tampak Wulan sedang bergelayut manja. Wajah cantik Wulan terlihat masam dengan mata sinis menatap Zafran.Aina berjalan mendekat kemudian menarik Zafran yang masih memeluk kaki Fakhri. Mungkin dulu, Fakhri akan langsung menggendong Zafran dan mendaratkan banyak kecupan di wajah bocah laki-laki itu. Namun, tidak saat ini.“Zafran … ayo sini, Sayang!!!” pinta Aina.Ia berusaha melepas pelukan Zafran, tapi sepertinya bocah laki-laki itu semakin mempererat pelukannya.“Gak mau!! Aku mau sama Ayah, Bunda.”Aina berdecak, ia duduk bersimpuh sambil mencoba mengurai pelukan Zafran.“Sayang … Ayah masih ada kerjaan. Ayo, kita makan dulu, yuk!!”Zafran menggeleng. “Enggak. Aku udah gak lapar. Aku mau sama Ayah.”Zafran m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 13 Bohong Lebih Baik

    “Zafran, ayo makan dulu, Sayang!!” ucap Aina.Usai kepergian Fakhri tadi, Aina memutuskan pulang saja. Setiba di rumah, ia membujuk Zafran untuk makan. Namun, putra kecilnya itu terus memberi jawaban dengan gelengan kepala. Padahal, jelas-jelas saat perjalanan pulang tadi Zafran mengeluh kelaparan.“Sayang … ini makanan kesukaan Zafran. Spesial dibuatin Bunda tadi. Ayam kecap dengan telur puyuh. Yuk, buka mulutnya, Sayang.”Kembali Aina merayu putra kesayangannya untuk makan. Namun, lagi-lagi hanya gelengan kepala yang menjadi jawabannya.“Zafran udah kenyang, Bunda.” Akhirnya Zafran bersuara setelah terdiam sejak tadi. Tentu saja jawaban Zafran membuat Aina terkejut.“Zafran belum makan sejak pulang dari sekolah. Kenapa sudah kenyang?”Tidak ada jawaban dari bocah laki-laki itu. Ia hanya menunduk sambil memeluk erat gulingnya. Aina tertegun melihatnya. Ia meletakkan sepiring nasi lengka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-09

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 89 Wulan yang Malang

    “Wulan keguguran, Aina. Dia harus menjalani operasi kuretasi saat ini,” jelas Fakhri.Aina terdiam. Bibirnya terkatup rapat tak bisa berkata apa-apa. Entah apa yang dirasanya kali ini. Aina tidak pernah mengalami hal tersebut. Namun, dia tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ibu dan sangat menyakitkan jika harus kehilangan calon bayi.“Aku … aku harus menemaninya beberapa hari ini. Maafkan aku, Aina … ,” imbuh Fakhri.Aina mengangguk sambil menarik napas panjang. Saat ini Wulan memang lebih membutuhkan Fakhri dan dia akan berbesar hati.“Iya, Mas. Gak papa. Aku paham, kok. Wulan pasti sangat kehilangan. Sampaikan salamku untuknya, ya.”Fakhri mengangguk kemudian sudah mengakhiri panggilannya. Aina tampak terdiam sambil menyimpan ponselnya. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya menimpa Wulan semalam. Bisa jadi Wulan jatuh dengan sangat keras sehingga membuatnya keguguran.“Ada apa, Aina? Ap

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 88 Drama atau Fakta?

    “Ke Wulan malam ini? Memangnya ada apa, Mas?” tanya Aina.Ia penasaran mengapa tiba-tiba Fakhri ingin pergi. Kenapa juga isi pesan Wulan itu kini terbukti? Apa jangan-jangan Wulan sudah merencanakan hal ini?Fakhri tampak serba salah. Mata coklatnya kini menatap Aina dengan fokus. Ada banyak penyesalan di sana dan Aina bisa melihat dengan jelas.“Aku baru dapat telepon kalau Wulan terjatuh di kamar mandi dan pendarahan. Aku takut terjadi sesuatu dengan bayinya, Aina.”Aina terhenyak mendengar penjelasan dari Fakhri. Ia tahu Wulan sedang hamil muda dan hal yang baru saja dikatakan Fakhri itu sangat membahayakan kandungannya. Aina tidak bisa marah ataupun melarang Fakhri. Taruhannya adalah nyawa kali ini.Refleks kepala Aina mengangguk dengan mata yang terus fokus menatap Fakhri. Fakhri tersenyum lega sambil berhambur memeluk Aina. Aina hanya terdiam dalam dekapan suaminya. Sungguh dia tidak mau pria ini pergi, tapi di luar sa

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 87 Siasat Licik Wulan

    “Kamu ingin aku berbohong?” sergah Wulan.Fakhri diam, mematikan laptopnya kemudian bangkit dan berjalan menuju Wulan. Ia duduk di sampingnya kemudian meraih tangan Wulan dan mencium punggung tangannya berulang kali. Wulan hanya terdiam, hatinya sudah meradang saat Fakhri menolak permintaannya. Namun, berangsur luluh ketika pria tampan itu merayunya.“Hanya sekali, kan. Selanjutnya aku tidak akan memintamu berbohong,” pinta Fakhri.Wulan belum berkomentar, tapi kepalanya perlahan mengangguk seakan mengiyakan permintaan Fakhri. Wulan memang sudah memberi seluruh hati dan tubuhnya untuk Fakhri. Jadi mana mungkin dia menolak permintaan Fakhri kali ini. Fakhri sontak tersenyum sambil mendekatkan wajah dan mengecup kening Wulan.“Sudah, yuk!! Kita pulang.”Wulan menurut. Tak lama mereka sudah berjalan beriringan keluar kantor. Mungkin kali ini Wulan akan menuruti permintaan Fakhri. Namun, dia punya rencana sendiri unt

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 86 Lagi-lagi Sebuah Kekalahan

    “SIALAN!! Berengsek!!” maki Wulan.Aina hanya tersenyum mendengarnya. Tidak dia duga ucapannya barusan membuat Wulan marah. Dia kesal dengan madunya. Hari masih pagi, tapi sudah membuat ulah. Mungkin Wulan pikir, Aina akan diam saja dan tidak membalas, tapi dia salah besar.Tanpa menambahkan kata-kata lagi, Wulan langsung mengakhiri panggilannya. Dia melempar ponselnya ke sofa kemudian menyusul menghempaskan tubuhnya di sana.“Sialan!! Dia pikir, dia bisa menyaingiku. Tidak, Aina. Kamu salah besar. Aku akan membuat Fakhri hanya melihat ke arahku. Bukan kamu!!” geram Wulan.Wajah wanita cantik itu merah padam karena emosi dan hal ini benar-benar merusak moodnya pagi ini. Fakhri yang baru saja bangun dan keluar dari kamar tampak bingung melihat ulah Wulan. Ia mengernyitkan alis sambil berjalan menghampiri Wulan.“Kamu kenapa?” tanya Fakhri dengan polosnya.Wulan tidak menjawab malah melengos. Ia masih kesal

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 85 Kemenangan yang Tertahan

    “Masa, sih?” Fakhri malah balik bertanya.Kini pria tampan itu juga mengendus tubuhnya sendiri. Kemudian tersenyum dengan cerianya dan menganggukkan kepala. Tentu saja ulah Fakhri membuat Wulan kesal. Dia sudah menduga jika seharian ini Fakhri menemui Aina. Sayangnya, Wulan tidak bisa menghubungi Bu Wati untuk mencari tahu. Wanita paruh baya itu sedang pulang kampung.“Iya, mirip parfum Aina.” Fakhri kembali berkomentar dan itu membuat Wulan semakin meradang.Matanya menatap tajam Fakhri dengan tampang cemberut dan bibir maju beberapa senti.“Tadi aku memang bertemu banyak klien dan salah satunya wanita. Mungkin parfum mereka yang mirip dengan milik Aina,” jelas Fakhri dan kali ini dia terpaksa berbohong.Fakhri sengaja tidak berkata jujur kali ini. Dia malas berdebat dengan Wulan. Sebisa mungkin dia ingin menciptakan suasana kondusif dengan istri keduanya itu. Sehingga jika usai Wulan melahirkan, ia tidak kesuli

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 84 Sebuah Kecurigaan

    “Mas Fakhri … ,” desis Aina.Aina sangat terkejut saat melihat Fakhri kembali datang dan sedang berdiri di depannya. Parahnya lagi ia sedang bertanya sesuatu yang kebingungan ia jawab. Apa mungkin Fakhri mendengar pembicaraannya dengan Damar?“Kok gak dijawab? Kalian sedang merahasiakan sesuatu dariku?” Fakhri kembali bersuara.Bahkan ia sudah berjalan masuk dan berdiri di depan Aina serta Damar sambil melipat tangan. Aina menatap Fakhri dengan gugup. Ia harap suaminya tidak melihat ekspresi wajahnya kali ini. Aina takut jika Fakhri marah dan kembali berulah yang menyeramkan.“Semalam kami menemui klien di rooftop resto dan aku tidak tahu jika Aina takut ketinggian. Itu sebabnya aku minta maaf.” Damar spontan menjawab dan Aina berharap Fakhri mau menerima penjelasannya.Fakhri masih diam dan kini melihat Aina dengan sudut matanya.“Kenapa kamu tidak bilang, Aina?”Aina kembali ter

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 83 Saat Tak Terduga

    “Loh, Mas ini bukan dokter langgananku? Apa gak masalah?” tanya Aina.Mereka sudah berada di rumah sakit dan hendak bertemu dengan dokter teman Robby tadi. Fakhri tersenyum sambil mengelus lembut lengan Aina.“Iya, gak papa. Dokter ini yang menangani Wulan. Kemarin saat mengantarnya kontrol, aku lihat dia sangat teliti memeriksanya. Jadi kamu coba dulu saja. Kalau tidak cocok, boleh pindah ke dokter langgananmu.”Aina hanya diam sambil berulang menelan ludah. Entah mengapa ada sedikit rasa sakit, saat Fakhri berkata tentang Wulan. Sepertinya Fakhri memang benar-benar memainkan perannya sebagai pelaku poligami yang baik. Bisa jadi juga dia sangat perhatian seperti ini jika bersama Wulan.Helaan napas panjang keluar dengan spontan dari bibir Aina dan sepertinya hal itu dilihat Fakhri. Fakhri tersenyum kemudian merengkuh Aina dalam pelukannya. Dengan lembut, Fakhri membimbingnya masuk ke dalam ruangan dokter.Dokter tersebut me

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 82 Rencana Fakhri

    “Bunda!! Bunda gak bangun!!!” seru Zafran dari luar kamar.Aina sontak membuka mata dan melirik jam di dinding kamarnya. Sudah pukul enam pagi dan sepertinya dia sedikit kesiangan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina merasa lelah dan malas beraktivitas hari ini.“Eng … iya, Sayang. Bunda sudah bangun,” jawab Aina.Tak lama terdengar suara pintu dibuka bersamaan dengan Zafran yang berhambur masuk ke dalam kamar. Aina langsung tersenyum. Ia duduk di tepi kasur sambil menyambut pelukan Zafran.“Bunda kenapa? Sakit?” Kembali Zafran bertanya.Aina terdiam, tapi dia segera berdiri dan melihat pantulan dirinya di depan cermin. Wajahnya tampak pucat, ada lingkaran hitam di bawah matanya belum lagi rambut hitamnya yang tampak berantakan. Gara-gara kejadian semalam membuat Aina tak karuan.“Kalau Bunda sakit mending libur dulu. Zafran telepon Ayah, ya?”Aina sontak tercengang dan mengge

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 81 Tawaran Wulan

    “DAMAR!!!” sentak Aina.Ia mendorong tubuh Damar sambil mengurai paksa pagutan pria manis itu. Wajah Aina menegang, matanya berair dengan bibir yang bergetar. Sementara Damar hanya diam, wajahnya terlihat datar, tapi matanya sedang menunjukkan penyesalan.“Maaf, Aina. Aku hanya ---”Damar tidak meneruskan kalimatnya karena Aina sudah membalikkan badan dan berlarian masuk ke dalam rumah. Hanya helaan napas yang keluar dari bibir pria manis itu diiringi lanjutan kata-kata.“Aku hanya sedang menunjukkan perasaanku,” lirih Damar.Sementara itu, Aina langsung masuk ke dalam kamar. Tidak dia hiraukan tatapan kebingungan Bi Isa yang membukakan pintu untuknya. Wanita cantik itu langsung menghempaskan tubuhnya ke kasur dan berurai air mata di sana.“Maafkan aku, Mas. Maafkan aku Mas Fakhri,” cicit Aina.Entah mengapa kejadian hari ini benar-benar menguras emosinya. Siang tadi Fakhri menemuinya da

DMCA.com Protection Status