Share

ISTRI PENGGANTI TUAN PENGUASA
ISTRI PENGGANTI TUAN PENGUASA
Penulis: sugi ria

BAB 1 JADI PENGGANTI

Suara langkah kaki mendekat, membuat semua orang berhenti bicara.

"Oh, maaf jika saya mengganggu acara kalian." Suara itu terdengar lembut tapi tegas. Setelahnya perempuan tersebut menjauh dari ruangan tadi. Tahu kalau kehadirannya sama sekali tidak diharapkan. Di belakangnya derap langkah lain mengikuti.

"Kamu tahu kan acara hari ini apa? Kamu sengaja ingin mengacaukannya?"

Lea, nama perempuan tadi berbalik arah saat tangannya di cekal. Dia tampak memandang pria yang berdiri di depannya, padahal sejatinya dia tidak bisa melihat.

"Aku pulang apa itu salah, Mas Rian?"

"Sudah bilang kalau aku akan menikah dengan Vika."

"Kalau begitu ceraikan aku, Mas! Agar aku bisa pergi dari sini!"

"Aku akan melakukannya jika ayah mengizinkannya!"

"Sayang, kamu ngapain?" Suara lain terdengar.

Lea dengan segera menepis cekalan tangan suaminya. Perempuan itu menjauh pergi, langkahnya tenang meski dia tidak bisa melihat. Wanita barusan, Lea membencinya. Dia musuh dalam selimut yang baru dia sadari belakangan ini.

"Kamu tahu tidak, kalau tadi aku dapat diskon waktu beli bunga mawar di tempatnya Lea," kata Vika manis.

Namun hal itu justru membuat Rian meradang. Rian mengejar Lea yang sudah masuk ke kamar. Dua tahun tinggal di rumah ini membuat Lea hafal seluk beluk rumah tersebut meski tidak pernah melihat rupa kediaman sang suami.

"Apa yang kau lakukan? Kau sengaja membuat alergi Vika kumat?"

"Aku tidak melakukannya, Mas. Dia minta dibuatkan buket mawar ya aku buatkan. Dia bilang mau dikasih ke kamu." Harusnya Lea diam saja, sebab dia tahu kalau penjelasannya tidak akan pernah didengar.

"Kau bohong! Kau ingin dia sakit lalu pertunangan kami batal? Begitu?"

Helaan napas terdengar dari arah Lea. Ingin membela diri? Lelaki berjuluk suami di depannya tidak akan pernah percaya. Pria yang statusnya masih suami Lea tapi hari ini dengan gamblang mengadakan pertunangan.

"Terserah Mas mau bilang apa. Mau aku jelaskan pun tidak ada gunanya." Lea berbalik ingin masuk ke kamar mandi. Tapi Rian kembali menahannya.

"Kau sekarang berani melawan ya?"

Vika melenggang pergi menjauhi kamar Rian setelah mendengar barang dibanting, sudut bibirnya melengkung naik.

"Rian ke mana?" tanya ibu Rian pada Vika saat wanita itu terlihat berjalan dari arah kamar Rian.

"Tadi bicara dengan Lea. Ah itu dia." Vika sumringah menyambut Rian. Tukar cincin akan segera di adakan.

Sementara di kamar, ada Lea yang hanya diam di sudut ruangan. Tak berapa lama seorang perempuan datang. "Ibu, tidak apa-apa?

Lea menggeleng, wanita itu bergeming. Tidak menangis setelah Rian memaki dirinya habis-habisan. Hatinya sudah mati seiring banyaknya hinaan dan gunjingan dia dengar tiap hari.

"Ibu kenapa tidak cerai saja. Pak Rian cuma nyiksa hati Ibuk."

Si ART terus bicara sembari membersihkan pecahan vas yang dibanting Rian. Lea bungkam, tapi ingatannya berputar ke siang tadi. Di mana seseorang menawarkan kebebasan dari pernikahan macam neraka yang tengah dia jalani.

"Aku sedang mencari jalan, Mbak."

Tanpa keduanya tahu Vika mendengar pembicaraan Lea dan ART-nya. Perempuan itu kembali ke kamar Lea untuk menguping. Senyum tipis penuh kemenangan terukir di bibir Vika.

Pagi datang dengan Lea sudah tampak segar setelah mandi. Perempuan itu meraih tongkat penyelidik yang dia letakkan di dekat ranjang. Dua tahun menyandang kebutaan membuat Lea mulai berdamai dengan keadaan. Sampai sebuah harapan datang padanya baru-baru ini.

Suasana di meja makan mulai ramai. Anggota keluarga lain sudah berkumpul rupanya. Kedatangan Lea tak membuat orang menaruh atensi padanya. Mereka semua acuh, tak terkecuali Rian yang semalam tidak kembali ke kamar. Namun Lea tak peduli. Toh mereka memang jarang tidur sekamar.

"Lea bisa bapak bicara?"

Lea mengangguk lantas mengikuti langkah sang mertua yang membimbingnya ke ruang kerja.

"Bapak minta maaf." Mertua Lea mulai bicara.

"Bukan salah Bapak," sahut Lea datar. Tidak ada ekspresi apapun di wajah polos istri Rian. Entah wanita itu marah atau sedih, sang mertua tidak tahu.

"Bapak pikir kamu bisa hidup lebih baik setelah Rian menikahimu tapi nyatanya dia cuma melukaimu." Nada kecewa tersirat dalam kalimat ayah Rian.

"Karenanya izinkan saya pergi." Satu-satunya yang membuat Lea bertahan di rumah ini adalah bapak mertuanya.

"Toko itu akan jadi milikmu. Ayah hadiahkan padamu sebagai tanda permohonan maaf juga tanda terima kasih."

"Mana bisa begitu! Toko bunga akan diurus oleh Rina. Dia juga bisa mengurus toko bunga," potong ibu mertua Lea yang tiba-tiba muncul.

Lea menghela napas. Dia punya janji pagi ini. Maka dari itu dia abaikan ibu mertua yang juga selalu membulinya.

"Lihat, dia tidak punya sopan santun pada orang tua," cibir mama Rian.

"Yang dilakukannya sudah benar, buat apa dia menghormati orang yang tidak bisa menghargainya," cetus papa Rian.

"Bapak kok malah bela dia!"

Lea pergi dengan tongkat penyelidik memandu langkahnya. Memilih tidak ikut campur urusan sang mertua. Lea sengaja menghindari meja makan. Tidak ingin bertemu anggota keluarga lain. Lea tahu banyak orang berbisik-bisik di belakangnya, tapi dia abai.

Hingga di sinilah dia berada. Toko bunga yang berada di depan rumah Rian. Bapak mertuanya berbaik hati membangun sebuah toko yang kini dikelola oleh Lea dan dua orang asisten yang siap membantunya.

Dua asisten menyapa Lea yang seketika tersenyum. Senyum yang terlihat manis terukir di paras yang sebenarnya cantik. Lengkung bibir yang membuat seseorang di dalam sebuah mobil sejenak terpana.

Lea segera duduk di kursi yang selalu dia pakai untuk merangkai bunga. Tugasnya hanya itu. Tak berapa lama lonceng di pintu toko bergerincing disusul sapaan selamat datang oleh dua asisten Lea.

Lea pikir itu pelanggannya, seorang wanita bernama Annika. Perempuan yang kerap membeli rangkaian bunganya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Sosok di depannya terkejut, Lea bisa tahu dia ada didepannya. "Berikan saya sebuket mawar merah."

"Anda ingin dirangkai seperti apa?" Lea agak kaget, sebab dia salah mengenali orang.

Ah, dia lupa kalau aroma pria tadi tersamarkan oleh wangi bunga yang mengelilingi Lea. Istri Rian lantas menunjukkan contoh beberapa jenis rangkaian bunga yang berada di sebuah buku di atas meja.

Sampai sang klien memberi jawaban, "Hand bouquet saja."

Lea mengangguk paham. Tangannya dengan lincah bergerak, mempersiapkan pesanan si pelanggan yang tak bisa memungkiri kalau dia terpesona pada si gadis buta.

Tak berapa lama, pria itu sudah masuk ke dalam mobil yang parkir di depan toko bunga Lea.

"Bagaimana? Kamu menyukainya?" Seorang perempuan dengan wajah pucat menerima buket bunga mawar yang baru dibuat oleh Lea.

"Yang benar saja, Nika. Kamu ingin aku menikahinya? Apa sebabnya?"

"Kamu akan tahu kenapa aku ingin dia yang jadi penggantiku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status