Mala terpaksa menjadi pengantin untuk cucu dari Tuan Besar jika ingin menyelamatkan masa depan anak-anak panti asuhan. Masalahnya, cucu dari Tuan Besar yang bernama Adris itu malah menekan Mala untuk menandatangani surat perceraian setelah mahkota Mala direnggut paksa olehnya. Dimata suami kontraknya itu, Mala hanya seorang wanita bayaran simpanan kakeknya. Tapi bagaimana jika setelah kepergian Mala, kebenaran yang sesungguhnya justru membuka mata Adris? Apakah Adris bisa mendapatkan maaf dan kesempatan untuk menebus dosanya? Atau Mala memilih untuk menutup hati dan tidak memberikan Adris kesempatan lagi?
View MoreBeberapa hari setelah kejadian di apartemen, Adris memilih untuk tidak mendatangi atau pun mencari tahu lagi tentang Mala. Bukannya menyerah, memangnya apa yang dia perjuangkan?Ya, kan?Dia hanya tidak mau lagi peduli. Adris meyakinkan dirinya, perasaannya yang sering timbul untuk menemui Mala, karena secuil rasa bersalahnya yang dulu pernah dia perbuat pada Mala. Hanya karena Adris masih memiliki rasa kemanusiaan. Tapi, perasaan yang aneh itu kerap muncul dan mengganggu waktu tidurnya.Anehnya, itu seperti perasaan rindu.Ah, sial. Ini bahkan sudah hampir dua minggu berlalu, dan nyaris setiap harinya Adris selalu ingin menemui Mala, melihatnya tersenyum, atau hanya sekadar mendengar suaranya.“Selamat pagi, Tuan.” Kelon datang, seperti biasa. Asistennya selalu datang dengan penampilannya yang rapi. Adris masih duduk di ruang tengah, dengan segelas kopi hitam yang mengepul tapi tidak diminum sedikit pun olehnya.Wajahnya tiba-tiba mengernyit kuat, dia melihat Kelon sembari menutup
Mala melangkah mundur, terus mundur sampai pinggangnya menyentuh meja dapur dan Adris berdiri hanya berjarak satu langkah saja.“Apa yang ada dalam pikiranmu?” tanya Adris dengan nada dinginnya yang sinis.“Apa kamu pikir aku akan menyentuhmu lagi?”Mala tidak menjawab, tapi dari sorot matanya, Adris bisa tahu perempuan itu cemas luar biasa. Dan sialnya, melihat Mala yang tersudut sambil mencekal erat bungkus kudapan seolah kudapan itu bisa dijadikannya sebagai senjata untuk melawan Adris membuat Adris ingin melemparkan kudapan itu dan melumat bibir Mala.“Cepat makan! Setelah itu gunakan tubuhmu untuk masak makan malam untukku!” Adris bergerak mundur dan pergi dari hadapan Mala. Meninggalkan perempuan itu di dapur. Bahkan, helaan napas lega dari bibir Mala masih terdengar oleh Adris.Semakin kesini, setiap berada di dekat perempuan itu semakin membuat Adris merasa dirinya berbahaya. Seperti ada sebuah dorongan dari dalam diri Adris untuk menyerang Mala dan melahap perempuan itu bul
“Tunggu! Tunggu dulu!” Mala mulai panik lantaran Adris tidak berniat membawanya kembali ke kontrakan tapi malah ke apartemen.“Tu-Tuan, kenapa ga antar saya langsung pulang ke kontrakan saya aja?” Mala melihat Adris dengan tatapan penuh kecemasan. Tapi Adris tetap diam, apa lagi Kelon. “Tuan Muda!” Mala menyentak lengan Adris hingga berhasil membuat pria itu melihat kepadanya dan melirik tajam pada tangan Mala yang menyentuh lengannya.“Antarkan saya pulang!” kata Mala sambil buru-buru menarik tangannya kembali.“Kenapa?” Satu kata tanya itu membuat Mala merasa terpojok. “Kamu takut?”“Saya…saya…”“Kenapa kamu terlihat panik?” Sorot mata Adris berubah gelap, dan kegelapan itu membuat Mala seolah terhisap dalam kegelapan yang menakutkan.Tapi anehnya, Mala tidak memalingkan wajahnya, dia justru merasa penasaran dengan apa yang ada di dalam kegelapan itu.Tiba-tiba sesuatu menggelitiknya. Sesuatu yang membuat dirinya menginginkan hal yang selama ini ditakutkan.“An-antarakan saya pula
Adris sama sekali tidak mengerti untuk apa mamanya mengundang Sabrina ke acara peresmian rumah sakit ini. Padahal Sabrina, perempuan cantik yang katanya kini berprofesi sebagai model itu tidak ada urusannya dengan rumah sakit ini, apa lagi semenjak hubungan mereka berakhir beberapa tahun lalu sebelum Sela kembali menjodohkan Adris dengan Patricia. Tapi, yang paling tidak Adris mengerti saat ini adalah debaran jantungnya yang sama sekali tidak bisa selow sejak kali pertama Mala menyunggingkan senyum manis itu.Mala, perempuan itu bahkan bisa membuat Adris melemparkan satu kalimat yang membuat mode cantik itu kalah telak.“Aku tidak akan meninggalkan perempuan yang aku cinta.” Kalimat yang dia ucapkan di hadapan Sabrina pun masih terus menggema di dalam kepalanya sendiri. Ia terus memperhatikan Mala yang asik dengan kue manisnya. Perempuan itu makan seolah tidak berada di tempat umum yang menuntutnya untuk bersikap anggun, tapi anehnya, Adris tidak merasa keberatan. Dia malah senang
“Siapa perempuan cantik itu?” tanya Mala pada Kelon yang berjalan di sebelahnya, menjalankan tugasnya sebagai pengawal ‘Nyonya Muda’..“Mantan Tuan Muda.”“Oh, itu yang namanya Patricia? Tapi bukannya sedang hamil, ya?” Pertanyaan Mala mengundang lirikan tajam dan dingin dari Kelon. Dan Mala tahu, dia sudah terlalu kepo untuk tahu tentang masa lalu Adris.“Saya tarik pertanyaan saya.” ujar Mala cepat-cepat. Terkadang Kelon justru lebih mengerikan dari pada Adris. Mala menyempatkan diri untuk melihat ke arah Adris yang terlihat kaku dan dingin sedang berdiri tanpa ekspresi di depan perempuan yang terlihat berusaha untuk menarik perhatian Adris.Mala menggeleng, kenapa ada perempuan yang menginginkan pria dingin dan menyebalkan seperti Adris?Ia meneruskan langkahnya hingga berhenti di dekat stan makanan, dia mulai memilih kue-kue manis dan kudapan-kudapan manis lainnya untuk memenuhi piring yang dipegangnya.“Nona Mala?” Suara sorang pria menyapa Mala. Dengan sigap Kelon langsung mend
Adris sudah beberapa kali menengok waktu pada jam tangannya. Seharusnya Kelon sudah datang bersama Mala sejak lima menit lalu, tapi hingga para awak media datang, asistennya belum juga terlihat batang hidungnya.“Jika perempuan itu tidak datang, aku akan langsung memerintahkan orang-orangku untuk menggusur panti asuhan itu.” ucap Rasnad dengan suaranya yang pelan namun dengan wajahnya yang tersenyum kepada awak media yang telah menunggunya.Adris mengeraskan rahangnya. Hatinya ikut cemas jika kakeknya benar-benar nekat menggusur panti asuhan dan membuat anak-anak malang itu kesusahan.Ah, sial! Adris memang tidak menyukai Mala, tapi bukan berarti dia bisa diam saja melihat anak-anak yang tidak salah apa-apa harus menanggung keegoisan kakeknya.Kemana Kelon? Atau jangan-jangan perempuan itu kab… Tidak sampai Adris menyelesaikan kalimat di dalam kepalanya, dia merasakan bahunya disentuh dengan sangat lembut.Adris berbalik badan, mata dinginnya langsung melihat perempuan asing yang bera
Mala berlari kecil sambil menggerutu untuk membuka pintu rumahnya setelah mendengar ketukan pintu yang tidak sabaran. Demi Tuhan, ini baru jam setengah lima pagi!“Belum siap?” Suara pria yang selalu berekspresi datar dan menyebalkan itu langsung menyapa Mala.“Kemana?” tanya Mala.“Kurasa Tuan Muda sudah memberitahukan dengan jelas bahwa hari ini adalah acara peresmian rumah sakit.” jawab Kelon.“Ya memang. Tapi memangnya sepagi ini? Langit saja masih gelap begini.”“Kamu pikir perjalanan dari tempat ini ke lokasi peresmian hanya lima menit?” ujar Kelon dengan kalimat tanyanya yang berbau sarkasme.“Cepat siap-siap, berangkat sekarang!”“Eh, tapi saya belum mandi!”“Kuberi waktu tujuh menit.”“Tujuh menit? Mana cukup untuk mandi dan siap-siap!” Mala membulatkan matanya.Kelon malah menekan sesuatu pada jam digitalnya, kemudian menghitung mundur detik dalam waktu tujuh menit, “419, 418, 417…”“Ah! Menyebalkan sekali!” Mala langsung meninggalkan Kelon begitu saja di depan pintu untuk m
“Ikut ke mansion sekarang!” Adris memberikan perintah seolah Mala tidak mempunyai pilihan untuk menolak. Mala refleks mundur selangkah, kedua tangannya mengepal di samping tubuhnya. Matanya terus melihat Adris dengan tatapan yang tidak suka.“Ga mau! Harus berapa kali saya bilang, saya ga akan kembali ke rumah itu.”“Jangan menguji kesabaranku.” Adris mengingatkan.“Lalu bagaimana dengan kesabaran saya?” balas Mala. Adris mengeraskan rahangnya, Mala dapat melihat bagaimana pria itu seolah menahan suatu emosi.“Apa gunanya semua yang sudah Tuan bayar untuk kehormatan saya yang sudah Tuan rampas kalau saya harus kembali lagi ke rumah itu?” Meski dengan jantungnya yang berdegup kencang saking waspadanya kalau-kalau pria itu memaksanya lagi, ia tetap berdiri di depan Adris, bertahan dan melawan pria itu.“Tuan besar mungkin akan langsung menghancurkan masa depan anak-anak karena saya sudah tanda tangan pada surat perceraian. Nyonya besar juga akan kembali menuduh saya dengan segala maca
Mala berhasil menghembuskan napas lega ketika abang ojek rupanya punya kemampuan selip-selip yang mumpuni, hingga tahu jalan-jalan tikus yang bisa sampai ke rumah kontrakan Mala tanpa diikuti lagi oleh Adris. Setelah mengucapkan terima kasih dan membayar ongkosnya dan tambahan untuk aksi kebut-kebutannya, si abang ojek pun menawarkan jasa untuk antar jemput Mala kalau Mala membutuhkan jasanya lagi untuk menghindari penguntit. Penguntit? Mala tersenyum masam. Kalau saja si abang ojek tahu, pria yang mengikutinya itu adalah suami yang sangat ingin hindari. Mala harus bisa terus menghindari Adris, dia tidak mau pria itu menyentuhnya lagi. “Loh, Mas Faji?” Mala terkejut melihat Faji yang sudah duduk di teras rumahnya. Ekspresi Faji tidak bisa digambarkan. Antara marah, kecewa, malu, dan terluka. “Aku nyariin Mas Faji dari tadi siang. Mas Faji kemana aja? Aku khawatir Mas Faji ngamuk.” Faji menyunggingkan senyum kecutnya. “Aku butuh waktu sendiri, Mal. Maaf ya udah buat kamu k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments