Cinta Kedua Kami

Cinta Kedua Kami

Oleh:  Ambar_rawa  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
9Bab
13Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ajeng, seorang istri yang memiliki impian yang sangat sederhana. ingin hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, suami dan anak lelakinya. Akankah impian itu menjadi kenyataan, sedangkan di belakang nya ternyata sang suami mengkhianati cintanya?? ketika kebenaran terungkap akankah dia memilih bertahan atau malah berpisah?? "perkenalkan,saya Dian, saya kekasihnya mas Ardi, kami berhubungan sudah selama dua bulan, dan sekarang saya sedang HAMIL, saya kesini mau minta pertanggungjawaban mas Ardi untuk menikahi saya. " apa yang akan Ajeng lakukan setelah mendengarkan hal itu? yuk ikuti kisahnya disini.. jangan diskip dan mohon dukungannya.. makasih.

Lihat lebih banyak
Cinta Kedua Kami Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
9 Bab

Bab 1 : Awal

Bab 1: Awal Ajeng Wulandari, perempuan berusia 25 tahun, adalah seorang istri dari pria bernama Ardian Pratama, 28 tahun. Ia juga ibu dari seorang bocah lucu dan cerdas bernama Kaisar Putra Pratama. Keduanya bekerja di sebuah pabrik tekstil yang sama, namun dengan jabatan yang berbeda. Ajeng hanya seorang karyawan biasa yang mendapat giliran masuk atau shift, sementara suaminya adalah kepala mekanik yang hanya masuk kerja setiap pagi. Karena perbedaan jam kerja dan pembagian shift, mereka jarang bertemu, kecuali pada hari Minggu yang menjadi quality time bagi mereka. Hari ini Sabtu, sejak subuh Ajeng sudah disibukkan dengan persiapannya untuk berangkat kerja. Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. "Mas, aku berangkat dulu ya? Aku nggak siapin bekal karena kamu nantikan setengah hari, karena hari ini pendek," kata Ajeng kepada suaminya. "Iya, Dek, nggak usah siapin bekal. Eh, tapi nanti aku kayaknya lembur, Dek, tapi Tio mau traktir kita semua karena kemarin dia dap
Baca selengkapnya

Bab 2 Pengkhianatan

Bab 2: Pengkhianatan "Aaaahhh... eemmm... aahhhh... faster, Baby... yeeesss." Di sebuah kamar hotel sore itu, terdengar suara desahan dari sepasang anak manusia tanpa ikatan yang sah. Sepasang manusia yang berbagi peluh dan kenikmatan karena bujukan nafsu. Ardian Pratama, yang kepulangannya sedang ditunggu oleh keluarga kecilnya, melupakan keluarganya karena sedang menikmati dosa bersama seorang perempuan. Dia adalah karyawan baru di tempat kerjanya, seorang janda beranak satu, Dian Novitasari, yang selama dua bulan ini menjadi penghangat ranjangnya di kala ia bosan dengan rutinitas hidupnya. "Aahhh... aahhh... shitt... aaahh..." Helaan napas panjang terdengar dari mulut Ardi disertai hentakan pinggulnya yang keras di lubang kekasihnya. Cairan cinta menyembur deras menyiram rahim wanita itu. Kenikmatan demi kenikmatan mereka lewati tanpa memikirkan apa yang akan terjadi. Bujukan syahwat yang menjerat mereka dalam kubangan dosa tidak mereka hiraukan. Ardi tidak perna
Baca selengkapnya

Bab. 3 Pertengkaran

Sepasang suami istri itu saling membelakangi di atas tempat tidur. Tidak ada yang bisa memejamkan mata; mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Ajeng merasa suaminya mulai menyembunyikan sesuatu. Dia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya disembunyikan oleh suaminya. Sementara itu, Ardi merasa bersalah kepada Ajeng karena telah mengkhianati cinta mereka. Hari Minggu pagi, saat semua orang sibuk dengan aktivitas masing-masing, Ardi justru masih terlihat nyenyak di bawah selimut. Ajeng, yang sudah selesai membersihkan rumah, membangunkan Kaisar. "Bangun, Sayang, mandi dulu yuk. Udah bau asem ini," katanya sambil menciumi pipi gembul anaknya. Kaisar pun terbangun karena ulah sang ibu. Ajeng membawa Kaisar untuk mandi. Setelah mandi, Ajeng menyuapi anaknya makan. Kemudian, Kaisar bermain di ruang depan, dan Ajeng membangunkan suaminya. "Mas, bangun... Udah siang ini. Bangun dong." Ajeng menggoyangkan lengan Ardi. Tak lama, Ardi pun bangun dan berjalan m
Baca selengkapnya

Bab. 4 Rencana

Setelah kepergian Ajeng ke rumah orang tuanya, Ardi mendapat omelan dari ibunya. Ia berada di dalam kamar, merenungkan setiap kata-kata Ratih, ibunya. "Sebenarnya kamu menyembunyikan apa sih, Ar? Jangan melakukan kebodohan yang bisa menghancurkan rumah tanggamu, atau kamu akan kehilangan apa yang kamu miliki saat ini. Sudahi main-mainmu di luar sana, Ar. Ibu nggak mau kalau sampai rumah tanggamu berantakan. Kasihan Kaisar, dia masih terlalu kecil dan sangat membutuhkan orang tuanya." Ardi memikirkan semua yang dikatakan ibunya. Dia tidak mencintai Dian seperti mencintai Ajeng. Dia hanya main-main saja. "Apa aku harus memutuskan hubunganku dengan Dian, ya? Sebelum semuanya terlambat. Ya, aku harus menemui Dian sekarang." Ardi meyakinkan dirinya untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Dian. Dia bangkit dari tidurnya, memakai jaket, mengambil kunci motor, dan keluar dari kamar. Bu Narsih, yang sedang menonton TV, melihatnya dan bertanya, "Mau ke mana, Ar?" "Keluar bentar
Baca selengkapnya

Bab. 5 Rencana Dijalankan

Senin adalah hari yang paling sibuk. Setelah kemarin libur, hari ini orang-orang sudah mulai beraktivitas untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Ajeng sedang menggoreng telur setelah selesai membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Kemarin, sebelum pulang, dia sempat membeli seperempat kilogram telur untuk sarapan karena belum sempat berbelanja. Ajeng mendapat giliran masuk malam selama seminggu ini. Harusnya dia bisa sedikit santai, tapi tidak bagi Ajeng. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini. "Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Setelah menyelesaikan sarapan, Ardi segera bersiap berangkat kerja. Ajeng mencium tangan suaminya, kemudian Ardi mendekati Kai, mencium pipi gembul anaknya. "Hati-hati, Mas," ujar Ajeng melepas kepergian suaminya. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Ajeng bersiap untuk menemui petugas tempat ia menggadaikan ATM-nya. Dia akan mengambil sisa gajinya sekaligus mengambil kembali kartu ATM karena hari ini adalah setoran terakhir dari jangka wak
Baca selengkapnya

Bab. 5 Hamil

Dian menyerahkan hasil pemeriksaannya siang tadi. Benar, siang tadi dia pergi ke klinik dokter kandungan karena dua hari ini dia selalu merasa lemas dan mual di pagi hari, dia juga terlambat datang bulan selama hampir 2 minggu. Ardi menerima kertas itu dan mulai membukanya, POSITIF.. Terdapat tulisan seperti itu dikertas yang diterimanya. "Apa maksudnya ini, kamu positif apa? Apa ada penyakit yang serius?? ". Ardi pikir wanita itu mengidap penyakit yang serius. Dian yang semula berbinar mendadak jadi cemberut, reaksi yang diberikan kekasihnya tidak sesuai ekspektasinya. "Iiihhhh... Bukan penyakit sayang, tapi positif hamil. " Dunia Ardi seakan berhenti berputar, dia masih belum bisa mencerna kata kata Dian dengan baik. Sekian detik kemudian Ardi mendapatkan kesadarannya, dia menjatuhkan kertas itu dan bangkit berdiri. "Kamu serius? Bagaimana bisa?? Emang kamu nggak minum obat pencegahan kehamilan? Kan udah aku bilang minum obat itu, biar ngga hamil.. Apa kamu sengaja??!!
Baca selengkapnya

Bab. 7 Terjerat (Flashback POV Ardian)

Ardi sampai rumah jam 18.10,sangat terlambat dari jam pulang kerja yang seharusnya. Dia terlihat kusut dan berantakan, wajahnya murung, dia berjalan masuk kerumah tanpa melihat dan menyapa orang orang yang duduk dikursi ruang tamu. Ajeng dan Bu Naksir yang melihatnya merasa terheran, Ajeng kemudian berdiri dan bergegas menyusul Ardi masuk kekamar. Dia khawatir dengan keadaan suaminya, tanpa tau apa yang sedang menimpa suaminya saat ini."Ada apa Mas, kamu baik baik saja kan? Kenapa muka mu kusut begitu? ". Tanya Ajeng dengan khawatir.Ardi tidak menjawab apapun pertanyaan Ajeng, dia membuka bajunya dan melemparnya kedalam keranjang cucian kemudian mengambil pakaian bersih dan membawanya kekamar mandi, meninggalkan Ajeng yang mematung melihat perubahan sikapnya yang sangat dingin itu. Ajeng yang mendapat perlakuan seperti itu hanya menghela nafas saja, dan keluar menghampiri Kaisar yang sedang bermain. 'Sabar.. Ajeng kamu pasti kuat'. Kalimat itulah yang dia tanamkan pada dirinya
Baca selengkapnya

Bab. 8 Surprise

Terdengar suara motor didepan rumah, rumah mungil yang setahun ini di huni oleh keluarga kecil Ardian Pratama. Rumah yang dibeli secara KPR, dikredit selama 10 tahun, dan baru setahun berjalan. Rumah yang diambang kehancuran, hubungan yang berdiri diatas janji suci, janji kepada Illahi ini sebentar lagi mengalami guncangan yang akan memporak-porandakan hati keduanya. Karena kebodohan dan nafsu yang tidak dapat dikendalikan oleh Ardi. Karena minimnya iman yang dengan mudahnya terbujuk oleh rayuan birahi. Ajeng memasuki rumahnya, terlihat Ibu mertuanya sedang memasak. "Ibu, hari ini masak apa ya? tukang sayurnya sudah datang belum sih Bu? ". Tanya Ajeng. " Kamu sudah pulang? Ibu tidak dengar ada tukang sayur lewat, jangan jangan nggak jualan lagi?. " Ucap Bu Narsih."Kalau nggak datang nanti biar Ajeng ke pasar saja Bu, kita mau masak apa hari ini?. ""Masak terserah Ajeng saja, Ibu sih apa apa juga suka, atau tanya suamimu sana, sekalian bangunin, dari tadi belum ada suara
Baca selengkapnya

Bab. 9 Bencana

Semua orang mematung dengan pikiran masing-masing setelah mendengar apa yang Dian ungkapkan, hanya terdengar suara isak tangis Dian di ruang tamu rumah itu. Ibu Narsih begitu syok, dia tidak menyangka bahwa anaknya berbuat sehingga itu hingga menghamili seorang wanita. "Jangan bercanda ya kamu! saya tidak pernah mendidik anak-anak saya menjadi manusia rendahan seperti itu. Anak saya tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu, apa yang kamu inginkan? menghancurkan keluarga ini dengan memfitnah anak saya?. ""Saya tidak memfitnah Bu, ini semua benar, kami sudah menjalin kasih kurang lebih 2 bulan. Saya tidak bohong, Ibu bisa tanya sendiri ke anak Ibu. " Ucap Dian. "Diam kamu Di.. (𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘐𝘣𝘶-𝘯𝘺𝘢) Ibu jangan percaya, aku akan atasi masalah ini.. (𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢𝘯).. apa apaan sih kamu? keluar dari sini Di!!. "Ardi berniat menyeret Dian keluar dari rumahnya, tapi baru saja dia memegang tangannya, Dian sudah meng
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status