Terdengar suara motor didepan rumah, rumah mungil yang setahun ini di huni oleh keluarga kecil Ardian Pratama. Rumah yang dibeli secara KPR, dikredit selama 10 tahun, dan baru setahun berjalan. Rumah yang diambang kehancuran, hubungan yang berdiri diatas janji suci, janji kepada Illahi ini sebentar lagi mengalami guncangan yang akan memporak-porandakan hati keduanya. Karena kebodohan dan nafsu yang tidak dapat dikendalikan oleh Ardi. Karena minimnya iman yang dengan mudahnya terbujuk oleh rayuan birahi. Ajeng memasuki rumahnya, terlihat Ibu mertuanya sedang memasak. "Ibu, hari ini masak apa ya? tukang sayurnya sudah datang belum sih Bu? ". Tanya Ajeng. " Kamu sudah pulang? Ibu tidak dengar ada tukang sayur lewat, jangan jangan nggak jualan lagi?. " Ucap Bu Narsih."Kalau nggak datang nanti biar Ajeng ke pasar saja Bu, kita mau masak apa hari ini?. ""Masak terserah Ajeng saja, Ibu sih apa apa juga suka, atau tanya suamimu sana, sekalian bangunin, dari tadi belum ada suara
Semua orang mematung dengan pikiran masing-masing setelah mendengar apa yang Dian ungkapkan, hanya terdengar suara isak tangis Dian di ruang tamu rumah itu. Ibu Narsih begitu syok, dia tidak menyangka bahwa anaknya berbuat sehingga itu hingga menghamili seorang wanita. "Jangan bercanda ya kamu! saya tidak pernah mendidik anak-anak saya menjadi manusia rendahan seperti itu. Anak saya tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu, apa yang kamu inginkan? menghancurkan keluarga ini dengan memfitnah anak saya?. ""Saya tidak memfitnah Bu, ini semua benar, kami sudah menjalin kasih kurang lebih 2 bulan. Saya tidak bohong, Ibu bisa tanya sendiri ke anak Ibu. " Ucap Dian. "Diam kamu Di.. (𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘐𝘣𝘶-𝘯𝘺𝘢) Ibu jangan percaya, aku akan atasi masalah ini.. (𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢𝘯).. apa apaan sih kamu? keluar dari sini Di!!. "Ardi berniat menyeret Dian keluar dari rumahnya, tapi baru saja dia memegang tangannya, Dian sudah meng
"Maaf??.. Maaf katamu? apa perbuatanmu bisa selesai hanya dengan 'maaf' saja Mas? dan apa tadi, Khilaf? khilaf itu kalau hanya sekali Mas, tapi kalau berkali kali bahkan sampai memghamili, itu bukan khilaf.. Tapi br*ngs*k, kamu memang br*ngs*k!! Aku benci sekali padamu Mas, benci sekali.. Jadi biarkan aku dan Kau pergi dari rumah ini.!! " Ucap Ajeng. Ardi tertunduk, dia menyesal sekali kenapa harus terjerat pesona Dian waktu itu, hingga melakukan kesalahan seperti ini. Ajeng tidak mungkin mau memaafkannya sekarang. Kebodohannya telah menghancurkan rumah tangganya. Ajeng mendekati Kaisar dan memakaikan jaket kepadanya. "Jeng, Mas mohon jangan tinggalkan Mas, Mas mengakui kalau salah telah berselingkuh. Tapi aku melakukannya karena kamu sering nggak perhatian lagi sama Mas, jadi Mas sedikit mencari perhatian diluar, tidak disadari malah jadi seperti ini. " Ardi mencoba membenarkan tindakannya. "Kamu menyalahkan aku?? perhatian seperti apa yang membuatmu berpaling dariku, katakan
Ajeng dan Yuli tiba di rumah Mama Maya, terlihat Mama Maya dan Ayah Teguh sedang menikmati secangkir teh di teras depan rumah. Mereka terkejut melihat kedatangan Ajeng dan Yuli, buru buru Mama Maya mendekati mereka dan mengambil Kai untuk dia gendong. "Ajeng, Yuli, ada apa ini? kenapa kalian datang bawa kendaraan sendiri sendiri. " Tanya Bu Maya. Ajeng langsung menghambir memeluk Mama-nya sambil menangis, Pak Teguh yang melihat putrinya menangis langsung berdiri dan mendekat. "Ada apa ini? Mana Ardi? kenapa datang dengan Yuli?? bawa mereka kedalam Mah, jangan disini, kita bicara di dalam. "Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk disofa ruang tamu, Bu Maya menurunkan Kaisar agar bermain sendiri, dan berlalu kedapur untuk mengambil air untuk mereka. "Ada apa Jeng? cerita ke kami." Tanya Pak Teguh. Ajeng menangis dan langsung memeluk Ayah-nya. "Maafin Ajeng Yah, Ajeng salah, Ajeng membantah Ayah untuk laki laki br*ngs*k itu dulu, padahal Ayah sudah memperingatkan Ajeng, tapi Ajeng
"Mas.. Jangan kasar kasar! aku tidak mau pergi Mas, kamu akan meninggalkan aku jika aku keluar dari sini. " Ucap Dian. "Kita belum menikah Di, apa kata orang orang disini, sekarang kamu pergi dulu, aku janji akan bertangungjawab, sekarang pergilah, kembali ke kos dulu. "Setelah mengatakan hal itu, Ardi bergegas menutup pintu dan mengunci pintu rumahnya. "Baiklah Mas, aku akan pergi, tapi ingat jika kamu ingkar janji aku akan mencarimu di manapun kamu berada, atau aku akan terus mengusik Ajeng dan Kaisar.. Ingat itu!! ".Teriak Dian. Dian pergi dari sana sambil memesan ojek onlen untuk kembali ke tempat kosnya. ***Tiga hari telah berlalu, kemarin Ajeng sudah mulai bekerja kembali. Bagaimanapun dia punya tanggungjawab terhadap putranya, jadi harus tetap bekerja, tidak ingin terus terusan terpuruk dalam kehancuran. Hari ini dia berniat mengubungi Ardi untuk menanyakan soal perceraian mereka. Tut.. Tutt.. Tut.. pangilan tersambung dan diangkat. "𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰 𝘑𝘦𝘯𝘨" "Hallo Mas,
Hari ini tepat sebulan Ajeng mendaftarkan gugatan perceraiannya, dan hari ini juga adalah sidang putusan yang mengabulkan gugatan Ajeng untuk bercerai dari Ardi. Hakim mengabulka perceraian itu dengan keputusan hal asuh anak jatuh kepada Ajeng, dan perhitungan harta gono gini adalah Ardi harus membayar uang sebesar 10 juta rupiah atau menyerahkan motornya kepada Ajeng dan memberikan uang nafkah kepada Kaisar sebesar 1 juta rupiah setiap bulan. Tiga hari sebelum sidang Ajeng menghubungi Ardi karena Ardi mangkir dari dua kali sidang sebelumnya, Ardi sempat marah karena mengira Ajeng tidak pernah mendaftarkan perceraiannya. Setelah dia selidiki, ternyata surat panggilan sidang itu tidak pernah sampai ditangannya karena diterima dan dihancurkan oleh Dian. Ya, Dian yang menerima surat itu ketika dia berkunjung ke rumah Ardi, dan ketika kurir pengantar surat tiba, Dian yang menemuinya. Ardi marah besar kepada Dian, tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi, dan hari ini di
Semua telah berubah, memang hidup adalah pilihan, tapi dari setiap pilihan kita harus menerima konsekuensinya. Seperti Ardi yang memilih melanjutka hidup dengan menikahi Dian dengan konsekuensi tidak mendapatkan restu dari sang ibu dan adiknya. Dia sekarang hidup bersama Dian dan anak sambungnya,Risa di rumahnya. "Di, aku akan mengadaikan BPKB motorku untuk membayar pembagian harta gono gini ku bersama Ajeng, semua totalnya 13 juta. Karena harus menganti uang pembelian kulkas dan mesin cuci. Karena itu semua dibeli oleh Ajeng dengan mengadaikan ATM-nya dulu. " Kata Ardi. "Ya nggak segitulah Mas, dia bulan kemarin nggak bayar angsuran rumah, Mas tau sendirikan kemarin pas kita bayar angsuran pihak Bank bilang bulan kemarin ngga diangsur? dipotong itu donk! jadi 12 juta, enak aja.. Emang Mas Ardi mau gadaiin berapa?. " Tanya Dian. "Mau Mas gadai ke Bank saja, 20 juta, selebihnya bisa kita pakai untuk keperluan yang lain. Iya nanti aku bilang ke Ajeng soal angsuran itu. " "25 jut
Setelah sampai dirumah, Ardi masih terlihat kesal karena kata kata Ajeng, dia tidak menyangkal apa yang diucapkan Ajeng memang benar, tapi dirinya tidak bisa menerima kebenaran itu. Dian yang melihatnya sangat heran, tadi sebelum berangkat untuk menemui Ajeng, Ardi terlihat sangat bersemangat. 'Ada apa dengan Mas Ardi? kenapa kesal begitu, aku harus mencari tau, siapa tau bisa digunakan untuk membuat Mas Ardi membenci Ajeng. 'Ucap Dian didalam hati. "Kenapa Mas? pulang pulang kok mukanya lecek gitu, kayak cucian belum disetrika? nggak bertemu dengan Kaisar atau Kaisar nggak mengenali kamu lagi?. " Tanya Dian. "Buka, Kaisar sangat senang bertemu dengan aku, dia sangat merindukan aku. " Jawab Ardi. "lha terus, kenapa?. " Makin binggung Dian. "Ajeng meremehkan aku, dia mengatakan aku ini miskin, bukan orang kaya, bukan orang ahli Agama juga, jadi nggak pantes buat mikir mau poligami.. Kesel aku!. "Dian sangat terkejut dengan ucapan suaminya, siapa istri yang mau dipoligami? heran