Home / Romansa / Cinta Kedua Kami / Bab. 4 Rencana

Share

Bab. 4 Rencana

Author: Ambar_rawa
last update Huling Na-update: 2024-10-11 12:53:31

Setelah kepergian Ajeng ke rumah orang tuanya, Ardi mendapat omelan dari ibunya. Ia berada di dalam kamar, merenungkan setiap kata-kata Ratih, ibunya.

"Sebenarnya kamu menyembunyikan apa sih, Ar? Jangan melakukan kebodohan yang bisa menghancurkan rumah tanggamu, atau kamu akan kehilangan apa yang kamu miliki saat ini. Sudahi main-mainmu di luar sana, Ar. Ibu nggak mau kalau sampai rumah tanggamu berantakan. Kasihan Kaisar, dia masih terlalu kecil dan sangat membutuhkan orang tuanya."

Ardi memikirkan semua yang dikatakan ibunya. Dia tidak mencintai Dian seperti mencintai Ajeng. Dia hanya main-main saja.

"Apa aku harus memutuskan hubunganku dengan Dian, ya? Sebelum semuanya terlambat. Ya, aku harus menemui Dian sekarang."

Ardi meyakinkan dirinya untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Dian.

Dia bangkit dari tidurnya, memakai jaket, mengambil kunci motor, dan keluar dari kamar. Bu Narsih, yang sedang menonton TV, melihatnya dan bertanya,

"Mau ke mana, Ar?"

"Keluar bentar, Bu. Mau ketemu teman."

"Diajak Ajeng ke rumah mertuamu, kamu nggak mau, malah keluar. Sehat kamu, Ar?" Bu Narsih kesal karena Ardi membiarkan Ajeng ke rumah orang tuanya sendirian.

"Ardi ada urusan, Bu. Urgent." Bergegas, Ardi keluar tanpa menghiraukan ibunya.

Dian masih merasakan kepalanya sangat pusing. Sejak pagi tadi ketika dia terbangun karena merasa mual dan memuntahkan semua isi perutnya, keadaannya masih belum membaik.

Dia sedang membuat teh hangat ketika mendengar suara motor Ardi di depan tempat kosnya.

Ardi memarkirkan motornya di depan tempat tinggal wanita yang hampir dua bulan ini menjadi kekasihnya.

Dia langsung masuk ke kamar Dian. Ardi melihat Dian sedikit pucat dan mendekatinya.

"Kamu kenapa, Sayang? Kok pucat gitu?"

"Dari tadi pagi pusing, Sayang." Tubuhnya terasa sangat lemas. Ardi langsung menuntunnya duduk di atas tempat tidur.

Ardi bangkit, berniat membuat minuman hangat, tapi dia melihat secangkir teh yang masih panas. Ardi mengambilnya dan menyerahkan teh itu kepada Dian.

"Minum teh hangat dulu, Di, biar perutnya enak. Kamu sakit apa, Di? Sudah periksa belum?" Ardi mencecar dengan banyak pertanyaan.

"Masuk angin, deh, kayaknya, Sayang. Soalnya semalam habis kamu antar aku mandi pakai air dingin. Habisnya, males banget mau masak air."

Dian memberengut manja. Setelah minum teh hangat, dia menaruhnya di meja nakas dan mengambil minyak gosok, lalu menyerahkannya kepada Ardi.

Dian menggeser duduknya membelakangi Ardi. "Mas, tolong balur punggungku pakai minyak ini, dong."

Ardi menerima minyak itu, berniat untuk membalurkannya, tapi ketika melihat tengkuk Dian, Ardi mengurungkan niatnya.

Dia memindai penampilan perempuan di depannya yang mengenakan daster di atas lutut, dengan tali kecil di pundaknya.

Rambutnya dicepol asal, memperlihatkan tengkuk, pundak, dan sedikit punggungnya. Iman setipis tisu Ardi langsung bangkit.

Ardi mulai menciumi tengkuk dan pundak yang terekspos. Dian, yang merasakan napas hangat Ardi, memejamkan matanya.

"Kamu seksi banget sih, yang, jadi pengen..." gumam Ardi di sela-sela kegiatannya.

Dian hanya diam dan menikmati setiap perbuatan Ardi. Mereka sama-sama terbakar gairah.

Ardi, yang awalnya berniat memutuskan hubungan, malah kehilangan akal sehatnya. Dia melupakan tujuan awal dan terjebak dalam nafsu.

Dian bangkit dan duduk di pangkuan Ardi. Keduanya sudah saling membelit lidah, entah dari mana Dian mendapat kekuatan, padahal sejak tadi ia merasa sangat lemas.

Tangan Ardi tidak tinggal diam, ia mengangkat daster Dian dan melemparkannya ke sembarang arah.

Ditidurkannya Dian di atas kasur, dan Ardi langsung mengungkungnya. Ardi mulai mencium bibir Dian, turun ke leher, menyesapnya di beberapa tempat hingga meninggalkan bekas kemerahan.

Lalu berpindah turun sampai ke dua gunung kembar yang masih tertutup. Tangan Ardi menyusup ke belakang punggung untuk melepas pengaitnya, dan dalam sekejap, terpampanglah dua gundukan besar milik Dian.

Ardi menyesap, menjilat ujung yang berwarna kecokelatan itu seperti bayi.

"Uugghh," terdengar lenguhan Dian yang menambah panas suasana di dalam kamar kos yang sempit itu.

Setelah puas menikmati dua bongkahan milik Dian, Ardi menurunkan ciumannya hingga ke lipatan paha yang masih tertutup secuil kain.

Dengan tergesa-gesa, Ardi menurunkan kain itu, dan terlihatlah lembah yang ditumbuhi tanaman hitam yang sudah dipangkas rapi oleh pemiliknya.

Ardi, yang sudah terbakar api gairah, tidak sabar menenggelamkan wajahnya di pusat inti yang sudah basah itu.

Dian melengkungkan pinggulnya, menahan rasa yang hampir meledak karena merasakan lidah hangat yang mengoyak bagian intinya.

"Uuuggghhh."

Desahan panjang menandakan pelepasan kenikmatan yang Dian rasakan. Dia masih mengatur napasnya ketika Ardi mulai melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya.

Ardi kemudian mengarahkan senjatanya ke inti Dian dalam sekali hentakan. "Aahhh," jerit keduanya ketika tubuh mereka menyatu.

"Awwwhh... damn it... gghhhh..." Geraman panjang Ardi ketika pelepasan itu dia dapatkan.

Mereka melakukannya hingga dua ronde, sungguh pasangan yang gila.

"Sayang, tumben banget kamu hari Minggu begini ke sini, biasanya kan kamu menghabiskan waktu dengan Ajeng dan anakmu?" tanya Dian di dalam dekapan Ardi, di bawah selimut yang sama, dengan tubuh yang masih sama-sama polos.

"Ajeng pulang ke rumah orang tuanya. Kita tadi ribut karena jatah bulanan kurang. Dia juga menanyakan soal gaji aku. Pusing aku, jadi aku main ke sini," jawab Ardi.

"Di, duit yang 500 itu balikin dong. Aku beneran nggak punya uang buat pegangan. Kalau aku motong duit jatah Ajeng, dia nanti curiga kalau aku punya wanita lain," jelas Ardi.

"Enak saja. Nggak, ah. Biarin saja dia tahu sekalian, biar kamu bisa cepat ceraikan Ajeng, dan kita bisa menikah secepatnya. Memang kamu nggak mau nikahin aku? Kamu cuma mau enak-enak aja gitu?" balas Dian.

"Bukan gitu, Sayang. Kalau aku ceraikan Ajeng tanpa alasan yang jelas atau kita ketahuan selingkuh dan dia nggak terima, kita bisa dituntut. Atau kalau nggak, ya bayar denda. Memangnya kita punya duit buat bayar denda? Sekarang kan perselingkuhan ada pasalnya jika pasangan nggak terima. Kamu mau kita dipenjara?"

'Bener juga kata Mas Ardi. Bisa gawat kalau Ajeng sampai nuntut dipenjara atau nuntut duit. Bukannya untung, malah buntung. Tapi kalau aku beneran hamil gimana? Nggak... Nggak... Mas Ardi harus tetap nikahin aku bagaimanapun caranya. Mending aku ngalah dulu, nanti kalau kecurigaan aku bener, baru aku desak Ardi buat nikahin aku,' pikir Dian.

Akhirnya, Dian mengalah. Ia mengambil dompet dan mengeluarkan uang 300 ribu.

"Segini mau nggak? Aku cuma bisa balikin segini," ucapnya.

"Hhhmmm..." Ardi menghembuskan napas pasrah.

"Ya udah deh, nanti dihemat-hemat sampai keluar duit bonus. Semoga aja dapet bonus lumayan."

Ardi bergegas bangun, memakai pakaiannya kembali, dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Dian hanya menatapnya saja.

"Makasih ya, Sayang. Aku pulang dulu. Kamu istirahat saja, jangan ke mana-mana, biar cepat sembuh dan besok bisa kerja. Kita ketemu besok, ya. Kamu besok masuk pagi kan?" Ardi berpamitan setelah keluar dari kamar mandi.

"Iya... Mau ke mana, sih? Capek banget badanku. Udah tahu pacarnya sakit, eh malah tetap diserang. Minta duit lagi..." keluh Dian sambil mengerucutkan bibirnya.

Karena gemas, Ardi mencium bibir itu dan terkekeh. Kemudian, Ardi keluar dan pulang.

Sore hari, terdengar suara motor Ajeng memasuki halaman rumahnya. Dengan semua rencana yang sudah ia susun bersama Yuli di kepalanya, Ajeng berniat untuk segera menjalankannya.

Ardi yang tiba lebih dulu tertidur di kamarnya. Sayup-sayup dia mendengar suara Kaisar yang sedang berceloteh riang.

Ajeng masuk ke kamar saat Ardi sudah berdiri hendak keluar. Ia menyerahkan kembali uang bulanan yang dikembalikan Ajeng tadi pagi.

"Ini diterima dulu, Jeng. Mas janji bulan depan jatah uang belanjanya seperti bulan-bulan yang lalu."

Ajeng menerima kembali uang itu tanpa bicara apapun. Ia menghitung uang itu, ternyata Ardi tidak jadi memangkas 500 ribu.

Ajeng menyimpannya di dalam dompet, sambil memikirkan banyak rencana.

Karena sudah mandi dari rumah ibunya, Ajeng keluar dari kamar menuju dapur untuk membuat makan malam, membiarkan Kaisar dan Ardi bermain di ruang depan.

_________________________

Kaugnay na kabanata

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 5 Rencana Dijalankan

    Senin adalah hari yang paling sibuk. Setelah kemarin libur, hari ini orang-orang sudah mulai beraktivitas untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Ajeng sedang menggoreng telur setelah selesai membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Kemarin, sebelum pulang, dia sempat membeli seperempat kilogram telur untuk sarapan karena belum sempat berbelanja. Ajeng mendapat giliran masuk malam selama seminggu ini. Harusnya dia bisa sedikit santai, tapi tidak bagi Ajeng. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini. "Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Setelah menyelesaikan sarapan, Ardi segera bersiap berangkat kerja. Ajeng mencium tangan suaminya, kemudian Ardi mendekati Kai, mencium pipi gembul anaknya. "Hati-hati, Mas," ujar Ajeng melepas kepergian suaminya. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Ajeng bersiap untuk menemui petugas tempat ia menggadaikan ATM-nya. Dia akan mengambil sisa gajinya sekaligus mengambil kembali kartu ATM karena hari ini adalah setoran terakhir dari jangka wak

    Huling Na-update : 2024-10-11
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 5 Hamil

    Dian menyerahkan hasil pemeriksaannya siang tadi. Benar, siang tadi dia pergi ke klinik dokter kandungan karena dua hari ini dia selalu merasa lemas dan mual di pagi hari, dia juga terlambat datang bulan selama hampir 2 minggu. Ardi menerima kertas itu dan mulai membukanya, POSITIF.. Terdapat tulisan seperti itu dikertas yang diterimanya. "Apa maksudnya ini, kamu positif apa? Apa ada penyakit yang serius?? ". Ardi pikir wanita itu mengidap penyakit yang serius. Dian yang semula berbinar mendadak jadi cemberut, reaksi yang diberikan kekasihnya tidak sesuai ekspektasinya. "Iiihhhh... Bukan penyakit sayang, tapi positif hamil. " Dunia Ardi seakan berhenti berputar, dia masih belum bisa mencerna kata kata Dian dengan baik. Sekian detik kemudian Ardi mendapatkan kesadarannya, dia menjatuhkan kertas itu dan bangkit berdiri. "Kamu serius? Bagaimana bisa?? Emang kamu nggak minum obat pencegahan kehamilan? Kan udah aku bilang minum obat itu, biar ngga hamil.. Apa kamu sengaja??!!

    Huling Na-update : 2024-10-15
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 7 Terjerat (Flashback POV Ardian)

    Ardi sampai rumah jam 18.10,sangat terlambat dari jam pulang kerja yang seharusnya. Dia terlihat kusut dan berantakan, wajahnya murung, dia berjalan masuk kerumah tanpa melihat dan menyapa orang orang yang duduk dikursi ruang tamu. Ajeng dan Bu Naksir yang melihatnya merasa terheran, Ajeng kemudian berdiri dan bergegas menyusul Ardi masuk kekamar. Dia khawatir dengan keadaan suaminya, tanpa tau apa yang sedang menimpa suaminya saat ini."Ada apa Mas, kamu baik baik saja kan? Kenapa muka mu kusut begitu? ". Tanya Ajeng dengan khawatir.Ardi tidak menjawab apapun pertanyaan Ajeng, dia membuka bajunya dan melemparnya kedalam keranjang cucian kemudian mengambil pakaian bersih dan membawanya kekamar mandi, meninggalkan Ajeng yang mematung melihat perubahan sikapnya yang sangat dingin itu. Ajeng yang mendapat perlakuan seperti itu hanya menghela nafas saja, dan keluar menghampiri Kaisar yang sedang bermain. 'Sabar.. Ajeng kamu pasti kuat'. Kalimat itulah yang dia tanamkan pada dirinya

    Huling Na-update : 2024-10-16
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 8 Surprise

    Terdengar suara motor didepan rumah, rumah mungil yang setahun ini di huni oleh keluarga kecil Ardian Pratama. Rumah yang dibeli secara KPR, dikredit selama 10 tahun, dan baru setahun berjalan. Rumah yang diambang kehancuran, hubungan yang berdiri diatas janji suci, janji kepada Illahi ini sebentar lagi mengalami guncangan yang akan memporak-porandakan hati keduanya. Karena kebodohan dan nafsu yang tidak dapat dikendalikan oleh Ardi. Karena minimnya iman yang dengan mudahnya terbujuk oleh rayuan birahi. Ajeng memasuki rumahnya, terlihat Ibu mertuanya sedang memasak. "Ibu, hari ini masak apa ya? tukang sayurnya sudah datang belum sih Bu? ". Tanya Ajeng. " Kamu sudah pulang? Ibu tidak dengar ada tukang sayur lewat, jangan jangan nggak jualan lagi?. " Ucap Bu Narsih."Kalau nggak datang nanti biar Ajeng ke pasar saja Bu, kita mau masak apa hari ini?. ""Masak terserah Ajeng saja, Ibu sih apa apa juga suka, atau tanya suamimu sana, sekalian bangunin, dari tadi belum ada suara

    Huling Na-update : 2024-10-17
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 9 Bencana

    Semua orang mematung dengan pikiran masing-masing setelah mendengar apa yang Dian ungkapkan, hanya terdengar suara isak tangis Dian di ruang tamu rumah itu. Ibu Narsih begitu syok, dia tidak menyangka bahwa anaknya berbuat sehingga itu hingga menghamili seorang wanita. "Jangan bercanda ya kamu! saya tidak pernah mendidik anak-anak saya menjadi manusia rendahan seperti itu. Anak saya tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu, apa yang kamu inginkan? menghancurkan keluarga ini dengan memfitnah anak saya?. ""Saya tidak memfitnah Bu, ini semua benar, kami sudah menjalin kasih kurang lebih 2 bulan. Saya tidak bohong, Ibu bisa tanya sendiri ke anak Ibu. " Ucap Dian. "Diam kamu Di.. (𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘐𝘣𝘶-𝘯𝘺𝘢) Ibu jangan percaya, aku akan atasi masalah ini.. (𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢𝘯).. apa apaan sih kamu? keluar dari sini Di!!. "Ardi berniat menyeret Dian keluar dari rumahnya, tapi baru saja dia memegang tangannya, Dian sudah meng

    Huling Na-update : 2024-10-18
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 10 Hancur

    "Maaf??.. Maaf katamu? apa perbuatanmu bisa selesai hanya dengan 'maaf' saja Mas? dan apa tadi, Khilaf? khilaf itu kalau hanya sekali Mas, tapi kalau berkali kali bahkan sampai memghamili, itu bukan khilaf.. Tapi br*ngs*k, kamu memang br*ngs*k!! Aku benci sekali padamu Mas, benci sekali.. Jadi biarkan aku dan Kau pergi dari rumah ini.!! " Ucap Ajeng. Ardi tertunduk, dia menyesal sekali kenapa harus terjerat pesona Dian waktu itu, hingga melakukan kesalahan seperti ini. Ajeng tidak mungkin mau memaafkannya sekarang. Kebodohannya telah menghancurkan rumah tangganya. Ajeng mendekati Kaisar dan memakaikan jaket kepadanya. "Jeng, Mas mohon jangan tinggalkan Mas, Mas mengakui kalau salah telah berselingkuh. Tapi aku melakukannya karena kamu sering nggak perhatian lagi sama Mas, jadi Mas sedikit mencari perhatian diluar, tidak disadari malah jadi seperti ini. " Ardi mencoba membenarkan tindakannya. "Kamu menyalahkan aku?? perhatian seperti apa yang membuatmu berpaling dariku, katakan

    Huling Na-update : 2024-10-19
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 11 Dukungan Keluarga

    Ajeng dan Yuli tiba di rumah Mama Maya, terlihat Mama Maya dan Ayah Teguh sedang menikmati secangkir teh di teras depan rumah. Mereka terkejut melihat kedatangan Ajeng dan Yuli, buru buru Mama Maya mendekati mereka dan mengambil Kai untuk dia gendong. "Ajeng, Yuli, ada apa ini? kenapa kalian datang bawa kendaraan sendiri sendiri. " Tanya Bu Maya. Ajeng langsung menghambir memeluk Mama-nya sambil menangis, Pak Teguh yang melihat putrinya menangis langsung berdiri dan mendekat. "Ada apa ini? Mana Ardi? kenapa datang dengan Yuli?? bawa mereka kedalam Mah, jangan disini, kita bicara di dalam. "Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk disofa ruang tamu, Bu Maya menurunkan Kaisar agar bermain sendiri, dan berlalu kedapur untuk mengambil air untuk mereka. "Ada apa Jeng? cerita ke kami." Tanya Pak Teguh. Ajeng menangis dan langsung memeluk Ayah-nya. "Maafin Ajeng Yah, Ajeng salah, Ajeng membantah Ayah untuk laki laki br*ngs*k itu dulu, padahal Ayah sudah memperingatkan Ajeng, tapi Ajeng

    Huling Na-update : 2024-10-20
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 12 Gugatan Perceraian

    "Mas.. Jangan kasar kasar! aku tidak mau pergi Mas, kamu akan meninggalkan aku jika aku keluar dari sini. " Ucap Dian. "Kita belum menikah Di, apa kata orang orang disini, sekarang kamu pergi dulu, aku janji akan bertangungjawab, sekarang pergilah, kembali ke kos dulu. "Setelah mengatakan hal itu, Ardi bergegas menutup pintu dan mengunci pintu rumahnya. "Baiklah Mas, aku akan pergi, tapi ingat jika kamu ingkar janji aku akan mencarimu di manapun kamu berada, atau aku akan terus mengusik Ajeng dan Kaisar.. Ingat itu!! ".Teriak Dian. Dian pergi dari sana sambil memesan ojek onlen untuk kembali ke tempat kosnya. ***Tiga hari telah berlalu, kemarin Ajeng sudah mulai bekerja kembali. Bagaimanapun dia punya tanggungjawab terhadap putranya, jadi harus tetap bekerja, tidak ingin terus terusan terpuruk dalam kehancuran. Hari ini dia berniat mengubungi Ardi untuk menanyakan soal perceraian mereka. Tut.. Tutt.. Tut.. pangilan tersambung dan diangkat. "𝘏𝘢𝘭𝘭𝘰 𝘑𝘦𝘯𝘨" "Hallo Mas,

    Huling Na-update : 2024-10-20

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 41 Mahar dan Pernikahan

    Selama dua minggu ini, Ajeng disibukkan dengan persiapan pernikahannya, meskipun semua sudah diatur oleh calon suaminya tapi tetap saja ada hal hal yang membutuhkan dirinya untuk terjun langsung, seperti gaun pernikahan. Entah konsep pernikahan seperti apa yang disiapkan oleh Allard hingga Ajeng mendapatkan banyak sekali model gaun pengantinnya, tak tanggung tanggung total ada enam gaun termasuk baju yang akan dia pakai saat akad nikah. Ajeng harus melakukan fitting ke enam baju itu agar nanti muat saat dia kenakan di moment sakral itu. Dan bisa dilihat dimana butik yang membuat gaun itu, pasti semua gaun itu berharga mahal. Semua pernak perniknya sangat detail disiapkan, bahkan ada sebuah tiara yang akan dia pakai nantinya. Ajeng sudah pernah mengatakan jika hanya ingin mengadakan pernikahan yang sederhana, tapi tentu saja Allard menolaknya, karena Allard yang seorang pembisnis, maka dia pasti ingin mengenalkan istrinya kepada semua rekan bisnisnya. Allard juga mengatakan aka

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 40 Kejutan

    Sudah dua minggu berlalu setelah hari lamaran, dan Ajeng sekarang sudah libur dari segala aktifitas kerjaannya, Allard yang memintanya. Saat ini, mereka sedang berkumpul dirumah Ajeng, tapi orang tua Allard tidak hadir. Mereka sedang berada di Solo, menyiapkan sesuatu untuk resepsi pernikahan. "Ajeng, apa yang kamu inginkan sebagai mahar?. " tanya Allard. "Apapun akan aku terima Mister, selama tidak memberatkan Mister. " ucap Ajeng. "Jeng, kenapa panggilannya masih Mister, diganti dong, apa kek. " ucap Ayu. "Apa dong Yu?. " ucap Ajeng. "Ya nggak tau, kok tanya saya!. " ucap Ayu mengikuti ucapan Pak Presiden. "Cck..!" "Jeng, Ayu benar. Ganti panggilannya, Masa sama calon suami manggilnya masih Mister. 'Mas' gitu, atau yang lainnya. " ucap Bu Maya. "Em, Mister maunya dipanggil apa?. " tanya Ajeng. "Untuk sekarang 'Mas' juga tidak masalah, tapi nanti setelah menikah saya mau dipanggil 'Papa', Kaisar sudah saya ajari agar tidak memanggil uncle bule lagi, tapi l

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 39 Persiapan Pernikahan

    Setelah diterimanya lamaran Allard, mereka melanjutkan dengan pemasangan tanda lamaran, bukan cincin yang didapat Ajeng, tapi sebuah gelang dan kalung berhiaskan berlian asli. Setelah itu mereka menikmati makan malam, hasil masakan Bu Maya, Ajeng dan Ayu. Masakan sederhana dan untungnya keluarga Allard bisa menikmatinya, yang penting tidak pedas, jika ingin pedas tinggal tambahkan sambal saja. Pernikahan Allard dan Ajeng rencananya akan diadakan satu bulan lagi dihitung dari hari lamaran ini. Dan Allard meminta keluarga Ajeng untuk tidak repot repot melakukan apapun, karena semua dia yang akan menyiapkannya. Mulai dari akad nikah sampai resepsi semua Allard yang akan menyiapkan, jika ditanya akan dilakukan akad dan resepsi dimana, maka Allard akan menjawab, nanti juga tau. Ajeng hanya menyiapkan dokumen dokumen untuk mengesahkan pernikahan mereka baik secara agama maupun negara saja. "Allard, dalam agamamu saat akan menikah bukannya harus ada mahar? kenapa kamu tidak bertany

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 38 Ketemu Camer

    Dan setelah ditentukan jika seminggu lagi acara lamaran resmi untuk Ajeng, Allard sudah memberitahu keluarganya, dan hari ini seluruh keluarga Allard tiba di Indonesia. Ada Daddy, Mommy, adiknya Allard dan Neneknya. Allard memberitahu keluarga tentang rencana pernikahannya dengan wanita Indonesia, dan wanita yang sama dengan Agama yang baru saja dia yakini. Tuan William Harold Wycliffe adalah Daddy dari Allard, Nyonya Julia adalah Mommynya sedangkan adik perempuannya bernama Sydney Harold Wycliffe. Grany nya bernama Maria Belleza. Mereka sangat antusias dalam menyambut kabar gembira dari Allard yang sudah bisa move on dari mantan istrinya. Dan sore ini, rencananya acara lamaran resmi itu akan dilakukan, baik dari keluarga Allar maupun Ajeng saat ini sedang sibuk dengan berbagai macam persiapannya. Seperti yang terjadi di rumah Ajeng, perbedaan kulture dan kebiasaan serta selera makan, membuat Ibu Maya heboh sendiri. "Ini kira kira sudah sesuai belum dengan selera mereka ya

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 37 Surat Perjanjian Pra Nikah

    "Surat Perjanjian Pra Nikah?? memangnya harus banget ya pakai begituan?. " tanya Ayu. "Nak Allard, apa harus pakai seperti itu? memang apa yang harus diperjanjikan?" tanya Pak Teguh. "Surat itu hanya untuk pengukuhan hak dan kewajiban antaran suami dan istri, saya akan membuatnya, nanti kita sah kan surat itu disini, dibawah saksi kuasa hukum saya, jadi surat itu ada perlindungan hukumnya. " ucap Allard. "Nggak perlu Mister, saya percaya dengan anda kok. Jadi kita tidak memerlukan surat itu. " ucap Ajeng. "Sudah saya putuskan, kita akan membuat surat Perjanjian Pra Nikah. Nanti kamu tinggal menambah Poin poin yang lain jika dirasa tidak sesuai dengan keinginanmu. Apakah masih ada yang ingin kamu tanyakan lagi? tanyakan saja semuanya, jadi tidak ada beban yang akan mengganjal dihatimu. "ucap Allard. " Baiklah, terserah Mister saja. Pertanyaan terakhir saya, Mister tidak akan merubah keyakinan Mister kan, setelah kita menikah?. "tanya Ajeng. " InsyaAllah tidak akan, karena

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 36 Jawaban Ajeng

    Selama seminggu ini, baik Ajeng dan Allard tidak pernah saling bertemu, Allard akan datang menemui Kaisar saat Ajeng bekerja, dan saat jam pulang kerja, Allard akan kembali ke hotel. Bukan karena mereka saling menghindar, tapi memang mereka sedang memantapkan hati, dan mendalami perasaan masing masing jika lama tidak bertemu apakah sudah tumbuh rindu. Dan memang benar, Allard sudah merasakan perasaan ingin menemui Ajeng, tapi tidak dia lakukan karena dia benar benar ingin agar Ajeng juga memahami perasaannya sendiri. Ajeng pun juga mulai merasakan hal yang sama, tapi dia masih ingin lebih memahami keinginan hatinya, karena dia merasa jika ingin bersama Allard rintangan yang harus dia hadapi akan semakin lebih besar. Allard, pria sejuta pesona, tampan dan kaya. Serta perbedaan karakter dan kebudayaan negara, semua itu juga menjadi bahan pertimbangan Ajeng. Apalagi dia sama sekali tidak mengetahui bagaimana tanggapan keluarga Allard mengenai dirinya dan Kaisar, sanggup kan dia be

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 35 Mencoba Membuka Hati

    Ajeng dan Ayu ikut bergabung dengan keluarga dan Allard. Ada sedikit rasa canggung yang Ajeng rasakan setelah mendengar pengakuan Allard, dan Allard menyadarinya. Mereka sedang berbincang santai dan bermain dengan Kaisar sambil menunggu waktu Maghrib tiba. "Ajeng, apa tadi kamu sudah mendengar percakapan ku dengan orang tuamu?. " tanya Allard. Ajeng yang ditanya seperti itu mendadak diam, dia bingung ingin menjawab apa. Ayu yang mengerti situasi Ajeng dengan jahilnya menjawab. "Ya, kami berdua mendengar dengan sangat jelas Mister. " ucap Ayu. Ajeng menoleh dan menatap Ayu dengan melotot, seakan bola matanya ingin melompat keluar, berharap temannya ini diam dan tidak membuatnya lebih malu lagi. "Bagus kalau kalian sudah mendengar, jadi aku bisa mengatakan tujuanku dengan jelas. " ucap Allard. "Memang Mister punya tujuan apa?. " ucap Ayu. "Ayu udah deh, kamu ini apa apaan sih. " ucap Ajeng. "Lohh, ya harus ditanya dong, kita ngga mau kalau ternyata si Mister punya maksud dan tu

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 34 Kembali Ke Indonesia

    Sudah hampir tiga bulan Allard meninggalkan Indonesia, meskipun begitu berita tentang Kaisar dan keluarga semua diketahui olehnya. Ajeng dan keluarganya sudah resmi pindah kerumah Bu Rahmi, karena pembangunannya sudah selesai, rumah dua tingkat dengan empat buah kamar. Uang penjualan rumah di Solo sudah sangat cukup untuk mereka membeli dan membangun rumah di Bali. Dan untungnya Bu Rahmi memberikan harga yang murah untuk Ajeng. Meskipun tiga bulan tidak berada di Indonesia, Allard selalu berkomunikasi dengan Kaisar, hanya seminggu waktu dia dirawat Paul saja, Allard tidak menghubungi Kaisar. Hari ini, Allard sudah mendarat kembali ke Indonesia, dia sudah sangat merindukan bocah ganteng itu. Dan dia sudah menyiapkan semua hal yang dia butuhkan nanti untuk memulai misinya. Allard tiba dihotel sekitar jam 2 siang, saat ini dia sedang beristirahat sebentar karena rencananya nanti sore akan berkunjung kerumah baru Kaisar. Sore hari sekitar jam 4, Allard tiba didepan rumah baru Ajeng,

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 33 Hidayah Untuk Allard

    Dan nun jauh disana, di negara Jerman seorang pria sedang belajar Agama yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya akan mempelajarinya. Disela sela kesibukannya mengurus bisnisnya, dia selalu menyempatkan diri membaca sebuah buku yang mengupas tentang Agama Islam, entah kenapa dia melakukannya. Apakah ucapannya waktu itu terhadap Ajeng memang sebenar benarnya keluar dari dalam hatinya sehingga dia melakukan hal sampai sejauh ini. "Bos, bos yakin ingin belajar agama itu?. " ucap Eddie. "Kenapa?. " ucap Allard. "Agama itu susah lho, banyak sekali larangannya, dan semua hal yang dilarang adalah kegemaran Bos semua. " ucap Eddie. "Kan baru belajar, tidak semua harus diikuti kan?. " ucap Allard. "Bos salah, karena dalam Agama itu tidak ada yang namanya setengah setengah. Jika memang yakin mau mengikuti Agama itu ya harus mau meninggalkan semua kebiasaan Bos yang bertentangan dengan ajaran dalam Agama itu. " ucap Eddie. "Benarkah harus begitu? tidak bisa sedikit

DMCA.com Protection Status