Home / Romansa / Cinta Kedua Kami / Bab. 3 Pertengkaran

Share

Bab. 3 Pertengkaran

Author: Ambar_rawa
last update Last Updated: 2024-10-11 12:23:03

Sepasang suami istri itu saling membelakangi di atas tempat tidur. Tidak ada yang bisa memejamkan mata; mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Ajeng merasa suaminya mulai menyembunyikan sesuatu.

Dia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya disembunyikan oleh suaminya. Sementara itu, Ardi merasa bersalah kepada Ajeng karena telah mengkhianati cinta mereka.

Hari Minggu pagi, saat semua orang sibuk dengan aktivitas masing-masing, Ardi justru masih terlihat nyenyak di bawah selimut.

Ajeng, yang sudah selesai membersihkan rumah, membangunkan Kaisar.

"Bangun, Sayang, mandi dulu yuk. Udah bau asem ini," katanya sambil menciumi pipi gembul anaknya. Kaisar pun terbangun karena ulah sang ibu.

Ajeng membawa Kaisar untuk mandi. Setelah mandi, Ajeng menyuapi anaknya makan. Kemudian, Kaisar bermain di ruang depan, dan Ajeng membangunkan suaminya.

"Mas, bangun... Udah siang ini. Bangun dong."

Ajeng menggoyangkan lengan Ardi. Tak lama, Ardi pun bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Ajeng lalu merapikan kamarnya.

Tak berapa lama, Ardi selesai mandi. "Mas, ke rumah Mama yuk? Ajeng kangen banget sama Mama dan Ayah."

Ardi, yang sedang menyisir rambut, lantas melihat istrinya dari pantulan cermin di depannya.

"Nggak, ah. Aku capek. Hari libur gini mending buat istirahat, bukan buat pergi."

"Tapi udah lama kita nggak main ke rumah Mama, Mas. Mama udah sering telepon, katanya kangen sama anak dan cucunya,"

Ajeng masih mencoba membujuk suaminya.

"Ya, kalau kangen sama anak cucu, kenapa nggak datang ke sini saja? Kenapa mesti kita yang ke sana? Kamu aja sendiri. Aku males," jawab Ardi dengan kasar.

Ajeng tersentak mendengar jawaban Ardi. Memang, selama ini Ardi agak susah diajak ke rumah orang tuanya.

"Kamu kenapa sih, Mas? Kita ke sana sekalian ngambil gaji kamu. Aku udah nggak punya uang lagi buat masak, sedangkan gaji aku baru bisa diambil besok. Gimana mau masak kalau nggak ada bahan sama sekali?"

Ardi terlihat membuka dompet dan mengambil dua puluh lima lembar uang seratus ribuan, lalu menyerahkannya pada Ajeng. Ajeng menerima dan menghitungnya.

"Kemarin malam, sebelum pulang, aku mampir dulu ke ATM buat ngambil," kata Ardi setelah Ajeng menerima uang itu.

"Emang gaji Mas berapa? Bukannya sering lembur ya? Kok cuma segini? Gaji Mas saja tanpa lembur udah 3,5 juta. Ditambah lembur, seharusnya bisa 4 juta. Jadi, masih ada sisa 1,5 juta, dong?" tanya Ajeng.

Dia merasa suaminya sering lembur dan seharusnya mendapat lebih dari gaji biasanya.

"Aku juga punya kebutuhan, Jeng. Itu saja aku mau minta 500 ribu buat pegangan selama sebulan, buat uang bensin dan rokok!"

Ardi mulai gugup karena Ajeng terus mencecarnya dengan pertanyaan.

"Minta 500 ribu? Nggak salah kamu, Mas? Berapa gaji kamu dan ke mana sisa gajinya? Semuanya nggak jelas, dan kamu masih mau minta lagi? Sekarang aku tanya, kamu punya kebutuhan apa, Mas? Makan dan bensinmu nggak mungkin habis lebih dari sejuta sebulan. Belum lagi nanti dapat uang bonus, itu pun nggak kamu kasihkan ke aku! Uang segini untuk bayar angsuran rumah 1 juta, belum beli susu, diapers, belanja dapur, kamar mandi, listrik, air, dan masih banyak lagi. Kamu kira cukup?"

Ajeng mulai naik pitam, merasa jengkel pada suaminya.

"Lha, kamu kan juga kerja, Jeng. Gaji kamu itu buat tambahan kalau kurang," jawab Ardi dengan santai.

"Emang selama ini kamu pikir gaji kamu cukup buat makan kita sebulan, Mas? Selama ini gajiku juga buat nyambung hidup, bukan aku pakai buat foya-foya. Kita berhemat supaya tetap bisa makan dan kerja sebulan. Ngomongnya, Mas... Kayak aku kerja cuma buat diri sendiri!" teriak Ajeng, emosinya terpancing.

"Makanya, kamu jadi perempuan jangan boros. Dicukup-cukupin lah uangnya. Nggak mau tahu, pokoknya aku minta 500 ribu buat pegangan beli bensin," sindir Ardi dengan sarkasme.

"Kalau menurutmu aku boros, nih ambil lagi uangmu! Urus semua kebutuhan hidup kita dengan uang itu. Aku mau lihat gimana pusingnya kepala kamu membelanjakan uang segitu, biar kamu tahu seboros apa aku!"

Ditariknya tangan Ardi dan diserahkan lagi uang itu. Ajeng lantas keluar dari kamar setelah mengambil jaket untuk dirinya dan Kaisar.

Ajeng memakaikan jaket pada Kai, menggendongnya, lalu mengambil kunci motor.

Ajeng keluar mengendarai motor sambil menggendong Kaisar menuju rumah orang tuanya. Di sepanjang jalan, Ajeng memikirkan banyak hal.

"Apa mungkin Mas Adit selingkuh di belakangku? Apa dia memberikan sisa gajinya pada kekasihnya? Aku harus ngomong sama siapa? Aku nggak bisa berpikir jernih sekarang... Astaga... Otakku blank..."

Ajeng merutuk dalam hati, memaki kebodohannya.

Sesampainya di rumah orang tuanya, Ajeng memarkirkan motor dan masuk ke dalam rumah. Sang Mama yang melihat anak dan cucunya datang langsung berdiri dan mendekati Ajeng.

Dia memeluk dan mencium putrinya, lalu merebut Kaisar untuk menggendongnya.

"Sendirian aja, Jeng? Ardi mana?" tanya Bu Maya, ibu Ajeng.

"Mas Ardi nggak ikut, Mah. Capek... Kemarin lembur sampai malam."

Ibu Maya menatap anaknya dengan menyelidik. Sepertinya, sang putri sedang banyak pikiran.

"Ya sudah, nggak apa-apa." Bu Maya sambil menciumi pipi gembul cucunya karena sangat rindu.

"Ayah ke mana, Ma? Kok nggak kelihatan?" Ajeng melihat sekeliling dan tidak menemukan ayahnya.

"Ke rumah Pakdemu. Katanya ada urusan. Mama juga nggak tahu urusan apa."

Ajeng dan mamanya bermain serta bercanda bersama Kaisar. Sebenarnya, Bu Maya ingin menanyakan kepada Ajeng apakah ada masalah, tapi melihat Ajeng tampaknya enggan bercerita, maka ia mengurungkan niatnya.

Setelah makan siang, Ajeng membawa Kaisar masuk ke kamarnya yang dulu. Di dalam kamar, Ajeng merenungkan masalah rumah tangganya, kemudian dia berniat menelepon Yuli.

Yuli: "Halo... Ada apa, Jeng? Tumben hari Minggu telepon gue, nggak nyantai sama laki lu emang?"

Ajeng: "Yul... Gue pengen cerita nih, end minta pendapat lu. Enaknya gue harus gimana ya, Yul? Gue bingung... Sumpah, otak gue ngeblank, nggak bisa buat mikir."

Yuli: "Cerita aja, Jeng. Kalau gue bisa bantu, pasti bakalan gue bantu... Tentang laki lu, ya?"

Ajeng: "Iya, Yul. Tadi pagi gue ribut sama Mas Ardi. Masa dia ngasih jatah bulanan ke gue cuma 2,5 juta, padahal kan lemburannya banyak. Empat juta dapatlah itu gaji dia. Terus, masih mau diminta lagi 500. Lha, yang 1,5 juta ke mana coba?"

Yuli: "Apa mungkin gosip yang menyebar itu bener ya, Jeng? Kalau laki lu ada main sama janda gatel itu? Tapi kalau nggak, kok Ardi sekarang berubah, ya? Kita yang cuma temen aja ngerasain, loh, perubahannya. Apalagi elu yang bininya."

Ajeng: "Gue harus gimana dong, Yul? Gue bingung."

Yuli: "Kalau lu ngerasa Adit curang, lu harus dapetin bukti buat membuka kebenaran ini. Pertama, kita harus cari info soal tuh janda, terus kita selidiki. Tenang, gue bakal bantu elu. Ntar gue kirim nomornya Bang Tio. Lu bisa korek info soal laki lu ke dia, gimana?"

Ajeng: "Iya, gitu juga boleh. Kalau sampai kecurigaan kita benar, aku nggak bakal maafin Mas Ardi. Sakit hati gue, Yul. Nggak inget apa gimana perjuangan kita dulu buat bisa nikah. Apalagi kalau sampai mereka sudah berzina, jijik gue, Yul... Hiks... hiks..."

Yuli: "Sabar dulu, dong, sayang. Jangan negatif thinking gitu. Apa pun keputusan lu, kita semua bakal dukung lu. Kita harus punya rencana dulu. Oke?"

Ajeng: "Iya, Yul. Makasih, ya, udah dukung gue. Udah dulu ya... Ini Kaisar bangun kayaknya. Muah!"

Yuli: "It's okay, say. Ntar gue kirim nomornya Bang Tio. Sabar, ya... Muah!"

Ajeng dan Yuli mengatur rencana untuk membongkar kebenaran yang disembunyikan Ardi.

Sore harinya, Ajeng berpamitan pada Ibu Maya untuk pulang ke rumahnya dan segera menjalankan rencana yang sudah disusun bersama Yuli.

_____________________

Related chapters

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 4 Rencana

    Setelah kepergian Ajeng ke rumah orang tuanya, Ardi mendapat omelan dari ibunya. Ia berada di dalam kamar, merenungkan setiap kata-kata Ratih, ibunya. "Sebenarnya kamu menyembunyikan apa sih, Ar? Jangan melakukan kebodohan yang bisa menghancurkan rumah tanggamu, atau kamu akan kehilangan apa yang kamu miliki saat ini. Sudahi main-mainmu di luar sana, Ar. Ibu nggak mau kalau sampai rumah tanggamu berantakan. Kasihan Kaisar, dia masih terlalu kecil dan sangat membutuhkan orang tuanya." Ardi memikirkan semua yang dikatakan ibunya. Dia tidak mencintai Dian seperti mencintai Ajeng. Dia hanya main-main saja. "Apa aku harus memutuskan hubunganku dengan Dian, ya? Sebelum semuanya terlambat. Ya, aku harus menemui Dian sekarang." Ardi meyakinkan dirinya untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Dian. Dia bangkit dari tidurnya, memakai jaket, mengambil kunci motor, dan keluar dari kamar. Bu Narsih, yang sedang menonton TV, melihatnya dan bertanya, "Mau ke mana, Ar?" "Keluar bentar

    Last Updated : 2024-10-11
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 5 Rencana Dijalankan

    Senin adalah hari yang paling sibuk. Setelah kemarin libur, hari ini orang-orang sudah mulai beraktivitas untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Ajeng sedang menggoreng telur setelah selesai membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Kemarin, sebelum pulang, dia sempat membeli seperempat kilogram telur untuk sarapan karena belum sempat berbelanja. Ajeng mendapat giliran masuk malam selama seminggu ini. Harusnya dia bisa sedikit santai, tapi tidak bagi Ajeng. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini. "Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Setelah menyelesaikan sarapan, Ardi segera bersiap berangkat kerja. Ajeng mencium tangan suaminya, kemudian Ardi mendekati Kai, mencium pipi gembul anaknya. "Hati-hati, Mas," ujar Ajeng melepas kepergian suaminya. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Ajeng bersiap untuk menemui petugas tempat ia menggadaikan ATM-nya. Dia akan mengambil sisa gajinya sekaligus mengambil kembali kartu ATM karena hari ini adalah setoran terakhir dari jangka wak

    Last Updated : 2024-10-11
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 5 Hamil

    Dian menyerahkan hasil pemeriksaannya siang tadi. Benar, siang tadi dia pergi ke klinik dokter kandungan karena dua hari ini dia selalu merasa lemas dan mual di pagi hari, dia juga terlambat datang bulan selama hampir 2 minggu. Ardi menerima kertas itu dan mulai membukanya, POSITIF.. Terdapat tulisan seperti itu dikertas yang diterimanya. "Apa maksudnya ini, kamu positif apa? Apa ada penyakit yang serius?? ". Ardi pikir wanita itu mengidap penyakit yang serius. Dian yang semula berbinar mendadak jadi cemberut, reaksi yang diberikan kekasihnya tidak sesuai ekspektasinya. "Iiihhhh... Bukan penyakit sayang, tapi positif hamil. " Dunia Ardi seakan berhenti berputar, dia masih belum bisa mencerna kata kata Dian dengan baik. Sekian detik kemudian Ardi mendapatkan kesadarannya, dia menjatuhkan kertas itu dan bangkit berdiri. "Kamu serius? Bagaimana bisa?? Emang kamu nggak minum obat pencegahan kehamilan? Kan udah aku bilang minum obat itu, biar ngga hamil.. Apa kamu sengaja??!!

    Last Updated : 2024-10-15
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 7 Terjerat (Flashback POV Ardian)

    Ardi sampai rumah jam 18.10,sangat terlambat dari jam pulang kerja yang seharusnya. Dia terlihat kusut dan berantakan, wajahnya murung, dia berjalan masuk kerumah tanpa melihat dan menyapa orang orang yang duduk dikursi ruang tamu. Ajeng dan Bu Naksir yang melihatnya merasa terheran, Ajeng kemudian berdiri dan bergegas menyusul Ardi masuk kekamar. Dia khawatir dengan keadaan suaminya, tanpa tau apa yang sedang menimpa suaminya saat ini."Ada apa Mas, kamu baik baik saja kan? Kenapa muka mu kusut begitu? ". Tanya Ajeng dengan khawatir.Ardi tidak menjawab apapun pertanyaan Ajeng, dia membuka bajunya dan melemparnya kedalam keranjang cucian kemudian mengambil pakaian bersih dan membawanya kekamar mandi, meninggalkan Ajeng yang mematung melihat perubahan sikapnya yang sangat dingin itu. Ajeng yang mendapat perlakuan seperti itu hanya menghela nafas saja, dan keluar menghampiri Kaisar yang sedang bermain. 'Sabar.. Ajeng kamu pasti kuat'. Kalimat itulah yang dia tanamkan pada dirinya

    Last Updated : 2024-10-16
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 8 Surprise

    Terdengar suara motor didepan rumah, rumah mungil yang setahun ini di huni oleh keluarga kecil Ardian Pratama. Rumah yang dibeli secara KPR, dikredit selama 10 tahun, dan baru setahun berjalan. Rumah yang diambang kehancuran, hubungan yang berdiri diatas janji suci, janji kepada Illahi ini sebentar lagi mengalami guncangan yang akan memporak-porandakan hati keduanya. Karena kebodohan dan nafsu yang tidak dapat dikendalikan oleh Ardi. Karena minimnya iman yang dengan mudahnya terbujuk oleh rayuan birahi. Ajeng memasuki rumahnya, terlihat Ibu mertuanya sedang memasak. "Ibu, hari ini masak apa ya? tukang sayurnya sudah datang belum sih Bu? ". Tanya Ajeng. " Kamu sudah pulang? Ibu tidak dengar ada tukang sayur lewat, jangan jangan nggak jualan lagi?. " Ucap Bu Narsih."Kalau nggak datang nanti biar Ajeng ke pasar saja Bu, kita mau masak apa hari ini?. ""Masak terserah Ajeng saja, Ibu sih apa apa juga suka, atau tanya suamimu sana, sekalian bangunin, dari tadi belum ada suara

    Last Updated : 2024-10-17
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 9 Bencana

    Semua orang mematung dengan pikiran masing-masing setelah mendengar apa yang Dian ungkapkan, hanya terdengar suara isak tangis Dian di ruang tamu rumah itu. Ibu Narsih begitu syok, dia tidak menyangka bahwa anaknya berbuat sehingga itu hingga menghamili seorang wanita. "Jangan bercanda ya kamu! saya tidak pernah mendidik anak-anak saya menjadi manusia rendahan seperti itu. Anak saya tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu, apa yang kamu inginkan? menghancurkan keluarga ini dengan memfitnah anak saya?. ""Saya tidak memfitnah Bu, ini semua benar, kami sudah menjalin kasih kurang lebih 2 bulan. Saya tidak bohong, Ibu bisa tanya sendiri ke anak Ibu. " Ucap Dian. "Diam kamu Di.. (𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘐𝘣𝘶-𝘯𝘺𝘢) Ibu jangan percaya, aku akan atasi masalah ini.. (𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢𝘯).. apa apaan sih kamu? keluar dari sini Di!!. "Ardi berniat menyeret Dian keluar dari rumahnya, tapi baru saja dia memegang tangannya, Dian sudah meng

    Last Updated : 2024-10-18
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 10 Hancur

    "Maaf??.. Maaf katamu? apa perbuatanmu bisa selesai hanya dengan 'maaf' saja Mas? dan apa tadi, Khilaf? khilaf itu kalau hanya sekali Mas, tapi kalau berkali kali bahkan sampai memghamili, itu bukan khilaf.. Tapi br*ngs*k, kamu memang br*ngs*k!! Aku benci sekali padamu Mas, benci sekali.. Jadi biarkan aku dan Kau pergi dari rumah ini.!! " Ucap Ajeng. Ardi tertunduk, dia menyesal sekali kenapa harus terjerat pesona Dian waktu itu, hingga melakukan kesalahan seperti ini. Ajeng tidak mungkin mau memaafkannya sekarang. Kebodohannya telah menghancurkan rumah tangganya. Ajeng mendekati Kaisar dan memakaikan jaket kepadanya. "Jeng, Mas mohon jangan tinggalkan Mas, Mas mengakui kalau salah telah berselingkuh. Tapi aku melakukannya karena kamu sering nggak perhatian lagi sama Mas, jadi Mas sedikit mencari perhatian diluar, tidak disadari malah jadi seperti ini. " Ardi mencoba membenarkan tindakannya. "Kamu menyalahkan aku?? perhatian seperti apa yang membuatmu berpaling dariku, katakan

    Last Updated : 2024-10-19
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 11 Dukungan Keluarga

    Ajeng dan Yuli tiba di rumah Mama Maya, terlihat Mama Maya dan Ayah Teguh sedang menikmati secangkir teh di teras depan rumah. Mereka terkejut melihat kedatangan Ajeng dan Yuli, buru buru Mama Maya mendekati mereka dan mengambil Kai untuk dia gendong. "Ajeng, Yuli, ada apa ini? kenapa kalian datang bawa kendaraan sendiri sendiri. " Tanya Bu Maya. Ajeng langsung menghambir memeluk Mama-nya sambil menangis, Pak Teguh yang melihat putrinya menangis langsung berdiri dan mendekat. "Ada apa ini? Mana Ardi? kenapa datang dengan Yuli?? bawa mereka kedalam Mah, jangan disini, kita bicara di dalam. "Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk disofa ruang tamu, Bu Maya menurunkan Kaisar agar bermain sendiri, dan berlalu kedapur untuk mengambil air untuk mereka. "Ada apa Jeng? cerita ke kami." Tanya Pak Teguh. Ajeng menangis dan langsung memeluk Ayah-nya. "Maafin Ajeng Yah, Ajeng salah, Ajeng membantah Ayah untuk laki laki br*ngs*k itu dulu, padahal Ayah sudah memperingatkan Ajeng, tapi Ajeng

    Last Updated : 2024-10-20

Latest chapter

  • Cinta Kedua Kami   Bab.61

    Allard dan Ajeng sudah meninggalkan rumah sakit, mereka jadinya tidak menuju apotek, tapi malah ke mobil, mereka meminta Theo untuk mengambil obat. Ajeng dan Allard menunggu di mobil dengan membawa makanan ringan dan minuman selama menunggu Theo. Setelah sampai dirumah, mereka disambut teriakan Kaisar yang tidak sabaran menunggu sejak tadi. "Mama, Papa!! bagaimana keadaan Mama? Mama sudah tidak sakit lagi kan?." Tanya Kaisar. " Hati hati Kai.. Jangan minta gendong Mama, sini biar Papa saja yang gendong, sekarang Kaisar harus bantuin Papa untuk menjaga Mama, karena didalam perut Mama ada adeknya Kaisar, bagaimana mau kan?." Tanya Allard pada Kaisar. "Benarkah Pah? ada adek Kai di perut Mama?." " Iya." " Yee.. Kai akan jagain Mama Pah, tenang saja." Ucap Kaisar. Para Maid yang mendengar pun segera mendekat dan memberi selamat untuk pasangan berbahagia itu. " Selamat Tuan, Herrin, semoga sehat ibu dan bayinya." Ucap Mereka serempak. " Terimakasih, untuk kalian semua, sekarang a

  • Cinta Kedua Kami   Bab.60 Hamil

    " Benarkah? kamu tidak bercanda kan Ray?." Tanya Allard." Ngapain bercanda Al, tapi sebaiknya segera kamu periksakan ke Dokter kandungan untuk lebih jelasnya, kamu tau kan kalau aku hanya Dokter umum?." Ucap Raymond.Allard menoleh pada Theo yang masih ada diruangan itu."Theo, segera siapkan mobil, kita kerumah sakit sekarang!." Ucap Allard pada Theo."Baik Tuan."Theo segera pergi ke garasi untuk melaksanakan perintah sang Tuan."Bu Mirna, tolong jaga Kaisar, saya akan bawa Ajeng kerumah sakit." Ucap Allard pada salah satu Maid kepercayaannya."Baik Tuan." Ucap Bu Mirna.Dua puluh menit kemudian, mobil yang ditumpangi Allard sudah sampai di UGD rumah sakit.Allard memang sengaja membeli rumah yang dekat dengan pusat perbelanjaan, sekolah dan rumah sakit, itu dia lakukan untuk memfasilitasi keluarganya.Sekitar setengah jam setelah Ajeng diperiksa oleh seorang Dokter, keluar lah Dokter wanita yang tadi memeriksa Ajeng.Allard yang melihat itu, segera berjalan mendekat."Bagaimana kea

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 59 Apa yang harus Aku lakukan?

    Siang itu, Rania segera dimakamkan. Kepergian Rania diantar oleh orang tua dan tetangga tetangga rumah Ardi. Setelah tujuh hari kepergian Rania, Ardi bersiap untuk pergi ke pabrik tempatnya bekerja dulu, dia berniat untuk melamar kerja disana lagi. "Mas, mau kemana kok sudah rapi?." Tanya Dian. " Ke pabrik, mau melamar kerja disana lagi." Ucap Ardi. "Kok ke pabrik lagi sih Mas, kan aku sudah bilang, lebih baik bantu aku membuat ide ide konten, dari ngonten kita bisa melunasi rumah, dan aku sedang menabung untuk bisa membeli mobil lho." Ucap Dian. Memang Dian sedang menabung untuk bisa membeli mobil, hasil ngonten memang se menjanjikan itu. "Mau ngonten apa lagi? sedangkan Rania sudah pergi?." Ucap Ardi. "Makanya bantu aku mikir Mas, aku juga lagi nyari nyari ide!." Ucap Dian. "Aku nggak pernah ngerti soal hal hal kayak gitu Di, yang aku tau hanya kerja. Jadi lebih baik aku nyari kerja saja." Ucap Ardi. Ardi pergi meninggalkan rumah, kemarin dia sudah menyiapkan berkas berkas

  • Cinta Kedua Kami   Bab 58 Tentang Rania

    Waktu berjalan dengan cepat, setelah video yang diposting Ajeng waktu itu, Dian tidak melakukan apa apa lagi.Dia sudah menyerah, dia hanya memposting dan membagikan video video tentang pengobatan Rania dan keseharian Rania.Begitu juga dengan Ajeng, dia juga membagikan video video kesehariannya dengan sang anak dan para pekerja dirumahnya.Meskipun banyak yang memintanya membagikan momen moment kebersamaan dengan sang suami, tapi Ajeng tidak melakukannya.Tiga bulan sudah berlalu, saat ini Rania, Dian dan Ardi berada di Jakarta, rencananya Rania akan segera menjalani operasi transplantasi hati beberapa hari lagi, setelah semua prosedur yang diperlukan selesai.Ardi harus resign dari tempat kerjanya karena dia yang akan menjadi pendonor bagi putrinya.Harusnya lima hari lagi, semua syarat syarat yang diperlukan selesai dan Rania akan dioperasi, tapi sayangnya dihari ke tiga, kondisi Rania drop. Dia harus dirawat inap di rumah sakit itu, dan mendapatkan penanganan yang cukup serius.R

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 57 Serangan Balasan Ajeng

    Seperti yang sudah disepakati dengan suaminya, Ajeng sedang bersiap untuk membuat video balasan untuk membungkam para netizen yang membela Dian. Disebuah gazebo yang cantik dihalaman rumahnya, Ajeng mempersiapkan kamera dan dirinya. "Assalamualaikum, hai sahabat online, aku Ajeng Wulandari, aku adalah mantan istri Mas Ardi yang sekarang menjadi suami Dian Novita Sari dan Ayah dari bayi malang Rania. Memang benar anak kami, Kaisar yang sekarang berusia Lima tahun adalah saudara kandung se Ayah dengan Rania. Sekarang saya ada di Jerman, mengikuti suami saya. Bagaimana kami bercerai? biarlah itu menjadi pengalaman hidup untuk kami, disini saya ingin mengatakan jika saya tidak akan mengijinkan anak saya Kaisar, untuk menjadi pendonor hati untuk Rania. Bukan bermaksud tega atau egois, saya hanya seorang ibu biasa, yang jika anak saya pilek saja saya sudah sangat panik, apalagi dia harus menjalani prosedur operasi besar, jujur saya tidak seantusias itu untuk melihat anak saya kesaki

  • Cinta Kedua Kami   Bab.56 Mencari Perhatian Nitizen

    Sesuai rencana, Dian mengunggah beberapa video tentang Rania. Para Fans ataupun simpatisan Rania berbondong bondong memberikan semangat untuk pengobatan Rania. Rencana Dian sejauh ini berjalan lancar, dengan membagikan Video video perjalanan Rania dalam berobat sangat menyentuh hati banyak penguna media sosial. Semua seakan mengikuti step by step perkembangan kesehatan Rania, hingga Dian mengunggah video soal donor hati. Dia menyebutkan jika hanya suaminya yang cocok untuk menjadi pendonor untuk Rania, tapi hal itu tidak mungkin dilakukan karena Ardi harus bekerja mencari nafkah. Dian kemudian mengunggah soal opsi lain selain Ardi, yaitu putra Ardi, yang artinya saudara sekandung Ayah dengan Rania, Kaisar. Banyak yang pro dan banyak juga yang kontra, karena masalah donor hati ini meskipun kata dokter tidak banyak berisiko, tapi tetap saja hal itu menjadi momok menakutkan di banyak kalangan, apalagi jika melibatkan anak kecil. Ajeng yang kesehariannya sekarang hanya diam dirumah

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 55 Pendonor Hati

    Lima hari kemudian, Para petugas Yayasan kembali datang membawa Rania dan Dian ke rumah sakit.Hari ini jadwalnya Rania untuk USG, untuk mengetahui seperti apa kondisi hati milik Rania.Rania juga akan menjalani rangkaian tes, mulai dari tes darah, tes urine, biopsi Hati dan lainnya,banyak sekali tes yang akan dilalui oleh Rania.Dan itu juga akan sangat melelahkan, bukan hanya untuk Dian, tapi juga untuk Rania. Sedangkan pendonor juga harus segera disiapkan.Setelah USG, maka di kontrol selanjutnya Dian dan Ardi wajib datang, mereka berdua akan menjalani tes kecocokan hati untuk Rania, dan nanti siapa yang cocok maka dia juga harus menjalani serangkaian tes juga.Maka hari ini, Ardi dan Dian menemani Rania untuk tes selanjutnya."Bapak dan Ibu silahkan mengikuti suster untuk menjalani tes. Nanti akan diketahui siapa yang lebih cocok untuk menjadi pendonor untuk putrinya." Ucap Dokter Budi. " Dok, untuk pendonor ini apakah bisa dilakukan oleh orang lain selain keluarga?." Tanya Dian.

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 54 Tak Ada Rotan, Akarpun Jadi

    Dian yang gagal menguasai uang donasi terus berusaha untuk membuat konten konten tentang anaknya, dan dari sana dia banyak mendapatkan saweran dari koin koin followers nya. Setelah kedatangan orang dari Yayasan itu membuat followers yang simpati terhadap Rania meningkat, tapi tidak ada endorse yang datang, karena mau di endorse apa? orang yang dijadikan konten anak kecil, bukannya mau ngasih endorse tapi jatuhnya malah kasihan. " Gimana? dapat uang donasinya?." Tanya Ardi. "Cck, enggak!." Ucap Dian. " Kan sudah aku bilang, uang dalam jumlah besar tentu tanggung jawabnya juga besar, apa lagi uang donasi, uang dari banyak orang, tentunya pengunaannya harus diawasi dan dipantau." Ucap Ardi. " Nggak masalah nggak dapat uang donasi, uang dari hasil live di Tok Tik juga lumayan, bisa buat beli skincare dan lainnya. Lagian juga mau aku tabung sedikit biar bisa beli perhiasan." Ucap Dian. " Terserah mu lah Di, terus kapan Rania akan dioperasi?." Tanya Ardi. "Nanti mau dikabari, O

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 53 Rencana Dian

    Dian senang tak terkira, dia segera mengirimkan alamat rumahnya kepada Mbak Anisa, seorang yang berkerja di yayasan anak penyandang Atresia Billier. Yayasan itu digagas untuk membantu anak anak penyandang AB yang gagal dalam operasi Bypass dan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan operasi transplantasi hati. Ada banyak donatur yang siap membantu, tapi juga tidak setiap anak akan mendapatkan dana, semua harus dicek dan disurvey terlebih dulu. Kemudian mereka akan dibawa ke rumah sakit besar di Semarang ataupun Jakarta. Saat Ardi pulang, Dian tidak sabar ingin segera bercerita kepada suaminya itu. Dia berharap Ardi bisa di ajak kerja sama. "Mas, mau makan atau mandi dulu?." Tanya Dian. Ardi mengkerutkan dahinya, tumben tumbenan Dian menawari sesuatu padanya, padahal biasanya Dian cuek saja saat dia pulang. " Tumben? ada apa? kamu menginginkan sesuatu?." Tanya Ardi. " Bukan, di baikin malah gitu..Ya sudah, Mandi sana!." Ucap Dian. Ardi tidak menghiraukan, mau marah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status