Beranda / Romansa / Cinta Kedua Kami / Bab. 3 Pertengkaran

Share

Bab. 3 Pertengkaran

Penulis: Ambar_rawa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-11 12:23:03

Sepasang suami istri itu saling membelakangi di atas tempat tidur. Tidak ada yang bisa memejamkan mata; mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Ajeng merasa suaminya mulai menyembunyikan sesuatu.

Dia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya disembunyikan oleh suaminya. Sementara itu, Ardi merasa bersalah kepada Ajeng karena telah mengkhianati cinta mereka.

Hari Minggu pagi, saat semua orang sibuk dengan aktivitas masing-masing, Ardi justru masih terlihat nyenyak di bawah selimut.

Ajeng, yang sudah selesai membersihkan rumah, membangunkan Kaisar.

"Bangun, Sayang, mandi dulu yuk. Udah bau asem ini," katanya sambil menciumi pipi gembul anaknya. Kaisar pun terbangun karena ulah sang ibu.

Ajeng membawa Kaisar untuk mandi. Setelah mandi, Ajeng menyuapi anaknya makan. Kemudian, Kaisar bermain di ruang depan, dan Ajeng membangunkan suaminya.

"Mas, bangun... Udah siang ini. Bangun dong."

Ajeng menggoyangkan lengan Ardi. Tak lama, Ardi pun bangun dan berjalan menuju kamar mandi. Ajeng lalu merapikan kamarnya.

Tak berapa lama, Ardi selesai mandi. "Mas, ke rumah Mama yuk? Ajeng kangen banget sama Mama dan Ayah."

Ardi, yang sedang menyisir rambut, lantas melihat istrinya dari pantulan cermin di depannya.

"Nggak, ah. Aku capek. Hari libur gini mending buat istirahat, bukan buat pergi."

"Tapi udah lama kita nggak main ke rumah Mama, Mas. Mama udah sering telepon, katanya kangen sama anak dan cucunya,"

Ajeng masih mencoba membujuk suaminya.

"Ya, kalau kangen sama anak cucu, kenapa nggak datang ke sini saja? Kenapa mesti kita yang ke sana? Kamu aja sendiri. Aku males," jawab Ardi dengan kasar.

Ajeng tersentak mendengar jawaban Ardi. Memang, selama ini Ardi agak susah diajak ke rumah orang tuanya.

"Kamu kenapa sih, Mas? Kita ke sana sekalian ngambil gaji kamu. Aku udah nggak punya uang lagi buat masak, sedangkan gaji aku baru bisa diambil besok. Gimana mau masak kalau nggak ada bahan sama sekali?"

Ardi terlihat membuka dompet dan mengambil dua puluh lima lembar uang seratus ribuan, lalu menyerahkannya pada Ajeng. Ajeng menerima dan menghitungnya.

"Kemarin malam, sebelum pulang, aku mampir dulu ke ATM buat ngambil," kata Ardi setelah Ajeng menerima uang itu.

"Emang gaji Mas berapa? Bukannya sering lembur ya? Kok cuma segini? Gaji Mas saja tanpa lembur udah 3,5 juta. Ditambah lembur, seharusnya bisa 4 juta. Jadi, masih ada sisa 1,5 juta, dong?" tanya Ajeng.

Dia merasa suaminya sering lembur dan seharusnya mendapat lebih dari gaji biasanya.

"Aku juga punya kebutuhan, Jeng. Itu saja aku mau minta 500 ribu buat pegangan selama sebulan, buat uang bensin dan rokok!"

Ardi mulai gugup karena Ajeng terus mencecarnya dengan pertanyaan.

"Minta 500 ribu? Nggak salah kamu, Mas? Berapa gaji kamu dan ke mana sisa gajinya? Semuanya nggak jelas, dan kamu masih mau minta lagi? Sekarang aku tanya, kamu punya kebutuhan apa, Mas? Makan dan bensinmu nggak mungkin habis lebih dari sejuta sebulan. Belum lagi nanti dapat uang bonus, itu pun nggak kamu kasihkan ke aku! Uang segini untuk bayar angsuran rumah 1 juta, belum beli susu, diapers, belanja dapur, kamar mandi, listrik, air, dan masih banyak lagi. Kamu kira cukup?"

Ajeng mulai naik pitam, merasa jengkel pada suaminya.

"Lha, kamu kan juga kerja, Jeng. Gaji kamu itu buat tambahan kalau kurang," jawab Ardi dengan santai.

"Emang selama ini kamu pikir gaji kamu cukup buat makan kita sebulan, Mas? Selama ini gajiku juga buat nyambung hidup, bukan aku pakai buat foya-foya. Kita berhemat supaya tetap bisa makan dan kerja sebulan. Ngomongnya, Mas... Kayak aku kerja cuma buat diri sendiri!" teriak Ajeng, emosinya terpancing.

"Makanya, kamu jadi perempuan jangan boros. Dicukup-cukupin lah uangnya. Nggak mau tahu, pokoknya aku minta 500 ribu buat pegangan beli bensin," sindir Ardi dengan sarkasme.

"Kalau menurutmu aku boros, nih ambil lagi uangmu! Urus semua kebutuhan hidup kita dengan uang itu. Aku mau lihat gimana pusingnya kepala kamu membelanjakan uang segitu, biar kamu tahu seboros apa aku!"

Ditariknya tangan Ardi dan diserahkan lagi uang itu. Ajeng lantas keluar dari kamar setelah mengambil jaket untuk dirinya dan Kaisar.

Ajeng memakaikan jaket pada Kai, menggendongnya, lalu mengambil kunci motor.

Ajeng keluar mengendarai motor sambil menggendong Kaisar menuju rumah orang tuanya. Di sepanjang jalan, Ajeng memikirkan banyak hal.

"Apa mungkin Mas Adit selingkuh di belakangku? Apa dia memberikan sisa gajinya pada kekasihnya? Aku harus ngomong sama siapa? Aku nggak bisa berpikir jernih sekarang... Astaga... Otakku blank..."

Ajeng merutuk dalam hati, memaki kebodohannya.

Sesampainya di rumah orang tuanya, Ajeng memarkirkan motor dan masuk ke dalam rumah. Sang Mama yang melihat anak dan cucunya datang langsung berdiri dan mendekati Ajeng.

Dia memeluk dan mencium putrinya, lalu merebut Kaisar untuk menggendongnya.

"Sendirian aja, Jeng? Ardi mana?" tanya Bu Maya, ibu Ajeng.

"Mas Ardi nggak ikut, Mah. Capek... Kemarin lembur sampai malam."

Ibu Maya menatap anaknya dengan menyelidik. Sepertinya, sang putri sedang banyak pikiran.

"Ya sudah, nggak apa-apa." Bu Maya sambil menciumi pipi gembul cucunya karena sangat rindu.

"Ayah ke mana, Ma? Kok nggak kelihatan?" Ajeng melihat sekeliling dan tidak menemukan ayahnya.

"Ke rumah Pakdemu. Katanya ada urusan. Mama juga nggak tahu urusan apa."

Ajeng dan mamanya bermain serta bercanda bersama Kaisar. Sebenarnya, Bu Maya ingin menanyakan kepada Ajeng apakah ada masalah, tapi melihat Ajeng tampaknya enggan bercerita, maka ia mengurungkan niatnya.

Setelah makan siang, Ajeng membawa Kaisar masuk ke kamarnya yang dulu. Di dalam kamar, Ajeng merenungkan masalah rumah tangganya, kemudian dia berniat menelepon Yuli.

Yuli: "Halo... Ada apa, Jeng? Tumben hari Minggu telepon gue, nggak nyantai sama laki lu emang?"

Ajeng: "Yul... Gue pengen cerita nih, end minta pendapat lu. Enaknya gue harus gimana ya, Yul? Gue bingung... Sumpah, otak gue ngeblank, nggak bisa buat mikir."

Yuli: "Cerita aja, Jeng. Kalau gue bisa bantu, pasti bakalan gue bantu... Tentang laki lu, ya?"

Ajeng: "Iya, Yul. Tadi pagi gue ribut sama Mas Ardi. Masa dia ngasih jatah bulanan ke gue cuma 2,5 juta, padahal kan lemburannya banyak. Empat juta dapatlah itu gaji dia. Terus, masih mau diminta lagi 500. Lha, yang 1,5 juta ke mana coba?"

Yuli: "Apa mungkin gosip yang menyebar itu bener ya, Jeng? Kalau laki lu ada main sama janda gatel itu? Tapi kalau nggak, kok Ardi sekarang berubah, ya? Kita yang cuma temen aja ngerasain, loh, perubahannya. Apalagi elu yang bininya."

Ajeng: "Gue harus gimana dong, Yul? Gue bingung."

Yuli: "Kalau lu ngerasa Adit curang, lu harus dapetin bukti buat membuka kebenaran ini. Pertama, kita harus cari info soal tuh janda, terus kita selidiki. Tenang, gue bakal bantu elu. Ntar gue kirim nomornya Bang Tio. Lu bisa korek info soal laki lu ke dia, gimana?"

Ajeng: "Iya, gitu juga boleh. Kalau sampai kecurigaan kita benar, aku nggak bakal maafin Mas Ardi. Sakit hati gue, Yul. Nggak inget apa gimana perjuangan kita dulu buat bisa nikah. Apalagi kalau sampai mereka sudah berzina, jijik gue, Yul... Hiks... hiks..."

Yuli: "Sabar dulu, dong, sayang. Jangan negatif thinking gitu. Apa pun keputusan lu, kita semua bakal dukung lu. Kita harus punya rencana dulu. Oke?"

Ajeng: "Iya, Yul. Makasih, ya, udah dukung gue. Udah dulu ya... Ini Kaisar bangun kayaknya. Muah!"

Yuli: "It's okay, say. Ntar gue kirim nomornya Bang Tio. Sabar, ya... Muah!"

Ajeng dan Yuli mengatur rencana untuk membongkar kebenaran yang disembunyikan Ardi.

Sore harinya, Ajeng berpamitan pada Ibu Maya untuk pulang ke rumahnya dan segera menjalankan rencana yang sudah disusun bersama Yuli.

_____________________

Bab terkait

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 4 Rencana

    Setelah kepergian Ajeng ke rumah orang tuanya, Ardi mendapat omelan dari ibunya. Ia berada di dalam kamar, merenungkan setiap kata-kata Ratih, ibunya. "Sebenarnya kamu menyembunyikan apa sih, Ar? Jangan melakukan kebodohan yang bisa menghancurkan rumah tanggamu, atau kamu akan kehilangan apa yang kamu miliki saat ini. Sudahi main-mainmu di luar sana, Ar. Ibu nggak mau kalau sampai rumah tanggamu berantakan. Kasihan Kaisar, dia masih terlalu kecil dan sangat membutuhkan orang tuanya." Ardi memikirkan semua yang dikatakan ibunya. Dia tidak mencintai Dian seperti mencintai Ajeng. Dia hanya main-main saja. "Apa aku harus memutuskan hubunganku dengan Dian, ya? Sebelum semuanya terlambat. Ya, aku harus menemui Dian sekarang." Ardi meyakinkan dirinya untuk segera mengakhiri hubungannya dengan Dian. Dia bangkit dari tidurnya, memakai jaket, mengambil kunci motor, dan keluar dari kamar. Bu Narsih, yang sedang menonton TV, melihatnya dan bertanya, "Mau ke mana, Ar?" "Keluar bentar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 5 Rencana Dijalankan

    Senin adalah hari yang paling sibuk. Setelah kemarin libur, hari ini orang-orang sudah mulai beraktivitas untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Ajeng sedang menggoreng telur setelah selesai membuat nasi goreng untuk sarapan pagi ini. Kemarin, sebelum pulang, dia sempat membeli seperempat kilogram telur untuk sarapan karena belum sempat berbelanja. Ajeng mendapat giliran masuk malam selama seminggu ini. Harusnya dia bisa sedikit santai, tapi tidak bagi Ajeng. Banyak hal yang harus ia lakukan hari ini. "Dek, Mas berangkat dulu, ya?" Setelah menyelesaikan sarapan, Ardi segera bersiap berangkat kerja. Ajeng mencium tangan suaminya, kemudian Ardi mendekati Kai, mencium pipi gembul anaknya. "Hati-hati, Mas," ujar Ajeng melepas kepergian suaminya. Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Ajeng bersiap untuk menemui petugas tempat ia menggadaikan ATM-nya. Dia akan mengambil sisa gajinya sekaligus mengambil kembali kartu ATM karena hari ini adalah setoran terakhir dari jangka wak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 5 Hamil

    Dian menyerahkan hasil pemeriksaannya siang tadi. Benar, siang tadi dia pergi ke klinik dokter kandungan karena dua hari ini dia selalu merasa lemas dan mual di pagi hari, dia juga terlambat datang bulan selama hampir 2 minggu. Ardi menerima kertas itu dan mulai membukanya, POSITIF.. Terdapat tulisan seperti itu dikertas yang diterimanya. "Apa maksudnya ini, kamu positif apa? Apa ada penyakit yang serius?? ". Ardi pikir wanita itu mengidap penyakit yang serius. Dian yang semula berbinar mendadak jadi cemberut, reaksi yang diberikan kekasihnya tidak sesuai ekspektasinya. "Iiihhhh... Bukan penyakit sayang, tapi positif hamil. " Dunia Ardi seakan berhenti berputar, dia masih belum bisa mencerna kata kata Dian dengan baik. Sekian detik kemudian Ardi mendapatkan kesadarannya, dia menjatuhkan kertas itu dan bangkit berdiri. "Kamu serius? Bagaimana bisa?? Emang kamu nggak minum obat pencegahan kehamilan? Kan udah aku bilang minum obat itu, biar ngga hamil.. Apa kamu sengaja??!!

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-15
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 7 Terjerat (Flashback POV Ardian)

    Ardi sampai rumah jam 18.10,sangat terlambat dari jam pulang kerja yang seharusnya. Dia terlihat kusut dan berantakan, wajahnya murung, dia berjalan masuk kerumah tanpa melihat dan menyapa orang orang yang duduk dikursi ruang tamu. Ajeng dan Bu Naksir yang melihatnya merasa terheran, Ajeng kemudian berdiri dan bergegas menyusul Ardi masuk kekamar. Dia khawatir dengan keadaan suaminya, tanpa tau apa yang sedang menimpa suaminya saat ini."Ada apa Mas, kamu baik baik saja kan? Kenapa muka mu kusut begitu? ". Tanya Ajeng dengan khawatir.Ardi tidak menjawab apapun pertanyaan Ajeng, dia membuka bajunya dan melemparnya kedalam keranjang cucian kemudian mengambil pakaian bersih dan membawanya kekamar mandi, meninggalkan Ajeng yang mematung melihat perubahan sikapnya yang sangat dingin itu. Ajeng yang mendapat perlakuan seperti itu hanya menghela nafas saja, dan keluar menghampiri Kaisar yang sedang bermain. 'Sabar.. Ajeng kamu pasti kuat'. Kalimat itulah yang dia tanamkan pada dirinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 8 Surprise

    Terdengar suara motor didepan rumah, rumah mungil yang setahun ini di huni oleh keluarga kecil Ardian Pratama. Rumah yang dibeli secara KPR, dikredit selama 10 tahun, dan baru setahun berjalan. Rumah yang diambang kehancuran, hubungan yang berdiri diatas janji suci, janji kepada Illahi ini sebentar lagi mengalami guncangan yang akan memporak-porandakan hati keduanya. Karena kebodohan dan nafsu yang tidak dapat dikendalikan oleh Ardi. Karena minimnya iman yang dengan mudahnya terbujuk oleh rayuan birahi. Ajeng memasuki rumahnya, terlihat Ibu mertuanya sedang memasak. "Ibu, hari ini masak apa ya? tukang sayurnya sudah datang belum sih Bu? ". Tanya Ajeng. " Kamu sudah pulang? Ibu tidak dengar ada tukang sayur lewat, jangan jangan nggak jualan lagi?. " Ucap Bu Narsih."Kalau nggak datang nanti biar Ajeng ke pasar saja Bu, kita mau masak apa hari ini?. ""Masak terserah Ajeng saja, Ibu sih apa apa juga suka, atau tanya suamimu sana, sekalian bangunin, dari tadi belum ada suara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 9 Bencana

    Semua orang mematung dengan pikiran masing-masing setelah mendengar apa yang Dian ungkapkan, hanya terdengar suara isak tangis Dian di ruang tamu rumah itu. Ibu Narsih begitu syok, dia tidak menyangka bahwa anaknya berbuat sehingga itu hingga menghamili seorang wanita. "Jangan bercanda ya kamu! saya tidak pernah mendidik anak-anak saya menjadi manusia rendahan seperti itu. Anak saya tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu, apa yang kamu inginkan? menghancurkan keluarga ini dengan memfitnah anak saya?. ""Saya tidak memfitnah Bu, ini semua benar, kami sudah menjalin kasih kurang lebih 2 bulan. Saya tidak bohong, Ibu bisa tanya sendiri ke anak Ibu. " Ucap Dian. "Diam kamu Di.. (𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘐𝘣𝘶-𝘯𝘺𝘢) Ibu jangan percaya, aku akan atasi masalah ini.. (𝘬𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘬𝘦 𝘢𝘳𝘢𝘩 𝘋𝘪𝘢𝘯).. apa apaan sih kamu? keluar dari sini Di!!. "Ardi berniat menyeret Dian keluar dari rumahnya, tapi baru saja dia memegang tangannya, Dian sudah meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 10 Hancur

    "Maaf??.. Maaf katamu? apa perbuatanmu bisa selesai hanya dengan 'maaf' saja Mas? dan apa tadi, Khilaf? khilaf itu kalau hanya sekali Mas, tapi kalau berkali kali bahkan sampai memghamili, itu bukan khilaf.. Tapi br*ngs*k, kamu memang br*ngs*k!! Aku benci sekali padamu Mas, benci sekali.. Jadi biarkan aku dan Kau pergi dari rumah ini.!! " Ucap Ajeng. Ardi tertunduk, dia menyesal sekali kenapa harus terjerat pesona Dian waktu itu, hingga melakukan kesalahan seperti ini. Ajeng tidak mungkin mau memaafkannya sekarang. Kebodohannya telah menghancurkan rumah tangganya. Ajeng mendekati Kaisar dan memakaikan jaket kepadanya. "Jeng, Mas mohon jangan tinggalkan Mas, Mas mengakui kalau salah telah berselingkuh. Tapi aku melakukannya karena kamu sering nggak perhatian lagi sama Mas, jadi Mas sedikit mencari perhatian diluar, tidak disadari malah jadi seperti ini. " Ardi mencoba membenarkan tindakannya. "Kamu menyalahkan aku?? perhatian seperti apa yang membuatmu berpaling dariku, katakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Cinta Kedua Kami   Bab. 11 Dukungan Keluarga

    Ajeng dan Yuli tiba di rumah Mama Maya, terlihat Mama Maya dan Ayah Teguh sedang menikmati secangkir teh di teras depan rumah. Mereka terkejut melihat kedatangan Ajeng dan Yuli, buru buru Mama Maya mendekati mereka dan mengambil Kai untuk dia gendong. "Ajeng, Yuli, ada apa ini? kenapa kalian datang bawa kendaraan sendiri sendiri. " Tanya Bu Maya. Ajeng langsung menghambir memeluk Mama-nya sambil menangis, Pak Teguh yang melihat putrinya menangis langsung berdiri dan mendekat. "Ada apa ini? Mana Ardi? kenapa datang dengan Yuli?? bawa mereka kedalam Mah, jangan disini, kita bicara di dalam. "Mereka masuk ke dalam rumah dan duduk disofa ruang tamu, Bu Maya menurunkan Kaisar agar bermain sendiri, dan berlalu kedapur untuk mengambil air untuk mereka. "Ada apa Jeng? cerita ke kami." Tanya Pak Teguh. Ajeng menangis dan langsung memeluk Ayah-nya. "Maafin Ajeng Yah, Ajeng salah, Ajeng membantah Ayah untuk laki laki br*ngs*k itu dulu, padahal Ayah sudah memperingatkan Ajeng, tapi Ajeng

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20

Bab terbaru

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 41 Mahar dan Pernikahan

    Selama dua minggu ini, Ajeng disibukkan dengan persiapan pernikahannya, meskipun semua sudah diatur oleh calon suaminya tapi tetap saja ada hal hal yang membutuhkan dirinya untuk terjun langsung, seperti gaun pernikahan. Entah konsep pernikahan seperti apa yang disiapkan oleh Allard hingga Ajeng mendapatkan banyak sekali model gaun pengantinnya, tak tanggung tanggung total ada enam gaun termasuk baju yang akan dia pakai saat akad nikah. Ajeng harus melakukan fitting ke enam baju itu agar nanti muat saat dia kenakan di moment sakral itu. Dan bisa dilihat dimana butik yang membuat gaun itu, pasti semua gaun itu berharga mahal. Semua pernak perniknya sangat detail disiapkan, bahkan ada sebuah tiara yang akan dia pakai nantinya. Ajeng sudah pernah mengatakan jika hanya ingin mengadakan pernikahan yang sederhana, tapi tentu saja Allard menolaknya, karena Allard yang seorang pembisnis, maka dia pasti ingin mengenalkan istrinya kepada semua rekan bisnisnya. Allard juga mengatakan aka

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 40 Kejutan

    Sudah dua minggu berlalu setelah hari lamaran, dan Ajeng sekarang sudah libur dari segala aktifitas kerjaannya, Allard yang memintanya. Saat ini, mereka sedang berkumpul dirumah Ajeng, tapi orang tua Allard tidak hadir. Mereka sedang berada di Solo, menyiapkan sesuatu untuk resepsi pernikahan. "Ajeng, apa yang kamu inginkan sebagai mahar?. " tanya Allard. "Apapun akan aku terima Mister, selama tidak memberatkan Mister. " ucap Ajeng. "Jeng, kenapa panggilannya masih Mister, diganti dong, apa kek. " ucap Ayu. "Apa dong Yu?. " ucap Ajeng. "Ya nggak tau, kok tanya saya!. " ucap Ayu mengikuti ucapan Pak Presiden. "Cck..!" "Jeng, Ayu benar. Ganti panggilannya, Masa sama calon suami manggilnya masih Mister. 'Mas' gitu, atau yang lainnya. " ucap Bu Maya. "Em, Mister maunya dipanggil apa?. " tanya Ajeng. "Untuk sekarang 'Mas' juga tidak masalah, tapi nanti setelah menikah saya mau dipanggil 'Papa', Kaisar sudah saya ajari agar tidak memanggil uncle bule lagi, tapi l

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 39 Persiapan Pernikahan

    Setelah diterimanya lamaran Allard, mereka melanjutkan dengan pemasangan tanda lamaran, bukan cincin yang didapat Ajeng, tapi sebuah gelang dan kalung berhiaskan berlian asli. Setelah itu mereka menikmati makan malam, hasil masakan Bu Maya, Ajeng dan Ayu. Masakan sederhana dan untungnya keluarga Allard bisa menikmatinya, yang penting tidak pedas, jika ingin pedas tinggal tambahkan sambal saja. Pernikahan Allard dan Ajeng rencananya akan diadakan satu bulan lagi dihitung dari hari lamaran ini. Dan Allard meminta keluarga Ajeng untuk tidak repot repot melakukan apapun, karena semua dia yang akan menyiapkannya. Mulai dari akad nikah sampai resepsi semua Allard yang akan menyiapkan, jika ditanya akan dilakukan akad dan resepsi dimana, maka Allard akan menjawab, nanti juga tau. Ajeng hanya menyiapkan dokumen dokumen untuk mengesahkan pernikahan mereka baik secara agama maupun negara saja. "Allard, dalam agamamu saat akan menikah bukannya harus ada mahar? kenapa kamu tidak bertany

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 38 Ketemu Camer

    Dan setelah ditentukan jika seminggu lagi acara lamaran resmi untuk Ajeng, Allard sudah memberitahu keluarganya, dan hari ini seluruh keluarga Allard tiba di Indonesia. Ada Daddy, Mommy, adiknya Allard dan Neneknya. Allard memberitahu keluarga tentang rencana pernikahannya dengan wanita Indonesia, dan wanita yang sama dengan Agama yang baru saja dia yakini. Tuan William Harold Wycliffe adalah Daddy dari Allard, Nyonya Julia adalah Mommynya sedangkan adik perempuannya bernama Sydney Harold Wycliffe. Grany nya bernama Maria Belleza. Mereka sangat antusias dalam menyambut kabar gembira dari Allard yang sudah bisa move on dari mantan istrinya. Dan sore ini, rencananya acara lamaran resmi itu akan dilakukan, baik dari keluarga Allar maupun Ajeng saat ini sedang sibuk dengan berbagai macam persiapannya. Seperti yang terjadi di rumah Ajeng, perbedaan kulture dan kebiasaan serta selera makan, membuat Ibu Maya heboh sendiri. "Ini kira kira sudah sesuai belum dengan selera mereka ya

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 37 Surat Perjanjian Pra Nikah

    "Surat Perjanjian Pra Nikah?? memangnya harus banget ya pakai begituan?. " tanya Ayu. "Nak Allard, apa harus pakai seperti itu? memang apa yang harus diperjanjikan?" tanya Pak Teguh. "Surat itu hanya untuk pengukuhan hak dan kewajiban antaran suami dan istri, saya akan membuatnya, nanti kita sah kan surat itu disini, dibawah saksi kuasa hukum saya, jadi surat itu ada perlindungan hukumnya. " ucap Allard. "Nggak perlu Mister, saya percaya dengan anda kok. Jadi kita tidak memerlukan surat itu. " ucap Ajeng. "Sudah saya putuskan, kita akan membuat surat Perjanjian Pra Nikah. Nanti kamu tinggal menambah Poin poin yang lain jika dirasa tidak sesuai dengan keinginanmu. Apakah masih ada yang ingin kamu tanyakan lagi? tanyakan saja semuanya, jadi tidak ada beban yang akan mengganjal dihatimu. "ucap Allard. " Baiklah, terserah Mister saja. Pertanyaan terakhir saya, Mister tidak akan merubah keyakinan Mister kan, setelah kita menikah?. "tanya Ajeng. " InsyaAllah tidak akan, karena

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 36 Jawaban Ajeng

    Selama seminggu ini, baik Ajeng dan Allard tidak pernah saling bertemu, Allard akan datang menemui Kaisar saat Ajeng bekerja, dan saat jam pulang kerja, Allard akan kembali ke hotel. Bukan karena mereka saling menghindar, tapi memang mereka sedang memantapkan hati, dan mendalami perasaan masing masing jika lama tidak bertemu apakah sudah tumbuh rindu. Dan memang benar, Allard sudah merasakan perasaan ingin menemui Ajeng, tapi tidak dia lakukan karena dia benar benar ingin agar Ajeng juga memahami perasaannya sendiri. Ajeng pun juga mulai merasakan hal yang sama, tapi dia masih ingin lebih memahami keinginan hatinya, karena dia merasa jika ingin bersama Allard rintangan yang harus dia hadapi akan semakin lebih besar. Allard, pria sejuta pesona, tampan dan kaya. Serta perbedaan karakter dan kebudayaan negara, semua itu juga menjadi bahan pertimbangan Ajeng. Apalagi dia sama sekali tidak mengetahui bagaimana tanggapan keluarga Allard mengenai dirinya dan Kaisar, sanggup kan dia be

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 35 Mencoba Membuka Hati

    Ajeng dan Ayu ikut bergabung dengan keluarga dan Allard. Ada sedikit rasa canggung yang Ajeng rasakan setelah mendengar pengakuan Allard, dan Allard menyadarinya. Mereka sedang berbincang santai dan bermain dengan Kaisar sambil menunggu waktu Maghrib tiba. "Ajeng, apa tadi kamu sudah mendengar percakapan ku dengan orang tuamu?. " tanya Allard. Ajeng yang ditanya seperti itu mendadak diam, dia bingung ingin menjawab apa. Ayu yang mengerti situasi Ajeng dengan jahilnya menjawab. "Ya, kami berdua mendengar dengan sangat jelas Mister. " ucap Ayu. Ajeng menoleh dan menatap Ayu dengan melotot, seakan bola matanya ingin melompat keluar, berharap temannya ini diam dan tidak membuatnya lebih malu lagi. "Bagus kalau kalian sudah mendengar, jadi aku bisa mengatakan tujuanku dengan jelas. " ucap Allard. "Memang Mister punya tujuan apa?. " ucap Ayu. "Ayu udah deh, kamu ini apa apaan sih. " ucap Ajeng. "Lohh, ya harus ditanya dong, kita ngga mau kalau ternyata si Mister punya maksud dan tu

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 34 Kembali Ke Indonesia

    Sudah hampir tiga bulan Allard meninggalkan Indonesia, meskipun begitu berita tentang Kaisar dan keluarga semua diketahui olehnya. Ajeng dan keluarganya sudah resmi pindah kerumah Bu Rahmi, karena pembangunannya sudah selesai, rumah dua tingkat dengan empat buah kamar. Uang penjualan rumah di Solo sudah sangat cukup untuk mereka membeli dan membangun rumah di Bali. Dan untungnya Bu Rahmi memberikan harga yang murah untuk Ajeng. Meskipun tiga bulan tidak berada di Indonesia, Allard selalu berkomunikasi dengan Kaisar, hanya seminggu waktu dia dirawat Paul saja, Allard tidak menghubungi Kaisar. Hari ini, Allard sudah mendarat kembali ke Indonesia, dia sudah sangat merindukan bocah ganteng itu. Dan dia sudah menyiapkan semua hal yang dia butuhkan nanti untuk memulai misinya. Allard tiba dihotel sekitar jam 2 siang, saat ini dia sedang beristirahat sebentar karena rencananya nanti sore akan berkunjung kerumah baru Kaisar. Sore hari sekitar jam 4, Allard tiba didepan rumah baru Ajeng,

  • Cinta Kedua Kami   Bab. 33 Hidayah Untuk Allard

    Dan nun jauh disana, di negara Jerman seorang pria sedang belajar Agama yang selama ini tidak pernah terpikirkan olehnya akan mempelajarinya. Disela sela kesibukannya mengurus bisnisnya, dia selalu menyempatkan diri membaca sebuah buku yang mengupas tentang Agama Islam, entah kenapa dia melakukannya. Apakah ucapannya waktu itu terhadap Ajeng memang sebenar benarnya keluar dari dalam hatinya sehingga dia melakukan hal sampai sejauh ini. "Bos, bos yakin ingin belajar agama itu?. " ucap Eddie. "Kenapa?. " ucap Allard. "Agama itu susah lho, banyak sekali larangannya, dan semua hal yang dilarang adalah kegemaran Bos semua. " ucap Eddie. "Kan baru belajar, tidak semua harus diikuti kan?. " ucap Allard. "Bos salah, karena dalam Agama itu tidak ada yang namanya setengah setengah. Jika memang yakin mau mengikuti Agama itu ya harus mau meninggalkan semua kebiasaan Bos yang bertentangan dengan ajaran dalam Agama itu. " ucap Eddie. "Benarkah harus begitu? tidak bisa sedikit

DMCA.com Protection Status